Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, dan
semua kerangka etika tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika. (Utami,
2016)
Ada berbagai model penyelesaian dilema etik perawat, salah satunya menurut Tappen
(2005) adalah :
a. Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam
dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang
berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil
keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu :
1. Apa yang menjadi fakta medik ?
2. Apa yang menjadi fakta psikososial ?
3. Apa yang menjadi keinginan klien ?
4. Apa nilai yang menjadi konflik ?
b. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan,
yaitu :
1. Tentukan tujuan dari treatment.
2. Identifikasi pembuat keputusan
3. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
c. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan beserta
anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan
saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan
bernegosiasi. Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak
memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa
bersalah, sedih / berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat
menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat harus
ingat “Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien”.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang
menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali
tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala
kesepakatan tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem
dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien.
Seringkali klien / keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam
situasi lain permintaan klien dapat dihormati.
d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai
outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial
dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk
dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.
(Muhidin, 2009 )
Di Indonesia untuk mekanisme penyelesaian masalah etik keperawatan, dibuatlah alur strategi
dan kerangka penyelesaian masalah etik sebagai berikut :
1) membuat kronologis kejadian
2) menilai bobot masalah (pelanggaran ringan, sedang, atau berat)
3) penyelesaian masalah secara berjenjang, yaitu Kepala Ruangan, Kepala Bidang
Pelayanan Keperawatan, Direktur Rumah Sakit dengan melibatkan Sub Komite Etik
Komite Keperawatan dan organisasi profesi (PPNI dan IBI).
Setiap terjadi pelanggaran etik keperawatan dilakukan pencatatan dan pelaporan menggunakan
formulir baku yang telah ditentukan, seperti Formulir Peringantan Lisan, Formulir Laporan
Kejadian Pelanggaran Kode Etik Keperawatan, dan Formulir Pengarahan/Konseling.
Kemudian setiap pelanggaran kode etik keperawatan terdapat nomor pelanggaran yang sesuai
jenis pelanggaran etik keperawatan. (Setiani, 2018)
Selanjutnya, tanggung jawab hukum perawat dapat ditinjau dari pembidangan hukum itu
sendiri. Bila ditinjau berdasarkan hukum administrasi negara, maka tanggung jawab hukum itu
akan bersumber pada masalah kewenangan yang dimilikinya. Bila tanggung jawab hukum itu
berdasarkan hukum perdata, maka unsur terkait adalah ada tidaknya suatu perbuatan melawan
hukum atau wanprestasi dan bila bersumber pada hukum pidana maka unsurnya adalah ada
tidaknya suatu kesalahan terhadap perbuatan yang harus/tidak seharusnya dilakukan
berdasarkan hukum tertulis maupun tidak tertulis (Setiani, 2018)
Daftar Pustaka
PPNI, P. P. (2005). STANDAR PRAKTIK Keperawatab Indonesia Persatuan Perawat Nasional
Indonesia ( PPNI ). (15), 1–18.
Muhidin. (2009). Analisa Pemecahan Dilema Etik. pkko.fik.ui.ac.id
Setiani, B. (2018). Pertanggungjawaban Hukum Perawat dalam Hal Pemenuhan Kewajiban dan
Kode Etik dalam Praktik Keperawatan. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 8,
497–507.
Utami, N. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Professional (1st ed.).
https://doi.org/10.1192/bjp.111.479.1009-a