Disusun Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas karunia serta
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar
walaupun masih banyak kekurangannya. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Kepala SMA 1 Bojong, Bapak/Ibu guru dan karyawan SMA 1
Bojong serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat diharapkankan untuk penyempurnaan
karya tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan
semua pihak.
17 Februari 2020
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota
Nomor. 650/50/1992, memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan
kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Setelah cukup lama Lawang Sewu seperti tak terurus, kondisi bangunan Lawang Sewu,
terdapat 3 gedung dari total keseluruhan gedung terdapat kerusakan dimana kerusakan
tersebut dapat memicu rayap untuk masuk dan menyerang ke dalam gedung, Lawang
Sewu dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada
akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011
diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event
Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk - produk tradisional
dari seluruh Nusantara.
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang
dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero.
Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI, Ella Ubaidi berkata bahwa Gedung Lawang
Sewu bukan sekedar warisan sejarah (historical heritage) tapi harus mampu menjadi
sumber daya budaya (cultural resource) sebagaimana layaknya sumber daya yang lain,
seperti sumber daya alam, manusia, dan sosial.
1
Berbagai kegiatan diharapkan mampu menjadi kekuatan yang menghasilkan manfaat
yang lebih luas. Lawang Sewu pada saatnya akan mampu menghidupi dirinya sendiri
untuk pembiayaan konservasinya, bahkan menghidupi lingkungannya.
Dengan kata lain akan mampu menjadi pusat kegiatan usaha baru guna mengusung
Pendayagunaan Cagar Budaya Lawang Sewu sebagai Pusat Kriya Nusantara untuk
Kebanggan Bangsa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bangunan Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama lain Het
hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Kantor Pusat NIS).
Awalnya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang
(Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang sangat pesat,
mengakibatkan bertambahnya personil teknis dan tenaga administrasi yang tidak sedikit
seiring berkembangnya administrasi perkantoran.
Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu
yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini
memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya
sebagai pintu.
Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah,
dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian
dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan
engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).
3
Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah di
jalan harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter
dan diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah
penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah
dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat
bangunan tambahan pada tahun 1916 – 1918.
Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di Hindia Belanda selesai dibangun. Jalan itu
dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan
swasta yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah
pertanian yang subur di Jawa Tengah dengan kota pelabuhan Semarang (Durrant, 1972).
Stasiun di Semarang yang berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan.
Pada peralihan abad ke-20 NIS membangun stasiun stasiun baru yang besar. Pada tahun
1914 stasiun Tambaksari digantikan oleh Stasiun Tawang. Sebelumnya pada tahun 1908
selesai dibangun pula kantor pusat NIS yang baru, bangunan itu berada di ujung jalan
Bodjong, di Wilhelmina Plein berseberangan dengan kediaman gubernur.
Kantor pusat NIS yang baru itu adalah bangunan besar 2 lantai berbentuk “L” yang
dirancang oleh J.F Klinkhamer dan Ouendag dalam gaya Renaissance Revival
(Sudrajat,1991). Menurut Sudrajat pembangunan kantor pusat NIS di Semarang adalah
tipikal 2 dasawarsa awal abad 20 ketika diperkenalkan politik etis, ketika itu “…
Muncul kebutuhan yang cukup besar untuk mendirikan bangunan bangunan publik dan
perumahan, akibat perluasan daerah jajahan, desentralisasi administrasi kolonial dan
pertumbuhan usaha swasta”.
Penduduk Semarang memberinya nama “Lawang Sewu” (pintu seribu), mengacu pada
pintu pintunya yang sangat banyak, yan gmerupakan usaha para arsiteknya untuk
membangun gedung kantor modern yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Semua
bahan bangunan didatangkan dari Eropa kecuali batu bata, batu alam dan kayu jati.
Pada saat yang bersamaan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) berusaha mengambil
alih kereta api, pertempuran pecah antara pemuda dan tentara Jepang, belasan pemuda
terbunuh di gedung ini, 5 diantara mereka dimakamkan di halaman (tetapi pada tahun
1975 jenazah mereka dipindah ke Taman Makam Pahlawan). Di depan Lawang Sewu
berdiri monumen untuk memperingati mereka yang gugur di Pertempuran Lima Hari.
Sesaat setelah kemerdekaan Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api,
kemudian militer mengambil alih gedung ini, tetapi sekarang telah kembali ke tangan
PT KAI.
3
2.3 Menelusuri lebih dalam Lawang Sewu
Sebutan “Sewu” [Jawa: Seribu], merupakan penggambaran sedemikian banyaknya
jumlah pintunya. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung
sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun
pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu
jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu
geser). terdapat penjara bawah tanah. Cukup dengan uang Rp 5000,-/orang dahulunya
sebagai tempat penjara dan penyiksaan tahanan. Penjara yang dimaksud berlokasi
dibawah tanah, mempunyai kedalam 3 meter dari permukaan. lorong selebar kurang
lebih 1,5 meter dengan ketinggian langit-langit 2 meter tanpa ada cahaya. Dahulu disini
adalah tempat penyiksaan bagi para tahanan oleh pihak Belanda dan Jepang.
Berikutnya, sampai pada ruangan yang berisi bak-bak beton yang tingginya mencapai 1
meter. Tempat ini juga digunakan untuk menyiksa para tahanan dengan dipaksa
berjongkok dengan direndam air setinggi leher sementara bagian atasnya ditutup jeruji
besi. Dengan cara penyiksaan itu ruangan ini diberi nama penjara jongkok. sekat jejeran
batu bata yang ukurannya 1x1 meter bentuknya seperti lemari. Sekat-sekat sempit inilah
yang disebut penjara berdiri di tempat ini biasanya diisi 5 sampai 6 tahanan setelah
disiksa dengan tertutup jeruji besi dan dibiarkan berdiri hingga mati lemas.
Ruangan terakhir adalah ruang eksekusi.
Tampak satu meja terbuat dari baja tertanam dilantai. Disinilah para tahanan dieksekusi
mati dengan di penggal kepalanya. Ruangan ini cukup membuat merinding, saat
membayangkan kejadian kala itu, dimana para tahanan di eksekusi.
4
2.5 Peresmian Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu
Setelah cukup lama lawang sewu seperti tak terurus, akhirnya Lawang Sewu
dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada akhir
Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011 diresmikan
oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event Pameran
Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk produk tradisional dari seluruh
Nusantara.
Selasa, 5 Juli 2011, Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono meresmikan Purna Pugar
Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu dan Pameran Kriya Nusantara di Semarang.
Peresmian yang dilakukan di Wisma Perdamaian ini dihadiri oleh Ketua Umum
Dekranas, Herawati Budiono, Menbudpar Jero Wacik, Meneg BUMN Mustafa
Abubakar, Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng, Bibit Waluyo dan Rustriningsih,
Komisaris dan Direktur Utama beserta jajaran PT Kereta Api Indonesia (KAI)
(Persero), dan para undangan. Dalam sambutannya, Ibu Negara berkata bangga dengan
Gedung Lawang Sewu, yang memiliki keunikan dan nilai sejarah, tapi ironisnya selama
ini justru ditampilkan sisi mistis dan seram dari gedung ini, Pada masa datang, Ibu Ani
Yudhoyono berharap lebih ditonjolkan dari sisi keunikannya, kemegahan dan historis
Gedung Lawang Sewu yang dahulunya merupakan bekas Het Hoofdkantoor van de
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau kantor perusahaan kereta api
swasta masa Pemerintahan Hindia Belanda yang pertama kali membangun jalur kereta
api di Indonesia.
5
2.9 Manfaat Perlindungan Cagar Budaya
Manfaat dari pelindungan cagar budaya yaitu 1) Kelestarian cagar budaya tetap terjaga
2) Cagar budaya akan terhindar dari kerusakan, 3) Terjaganya benda cagar budaya
sebagai nilai penting dalam sejarah, pengetahuan, pendidikan, dan budaya
6
N. Upaya Pengembangan Kawasan lawang sewu
Berikut adalah upaya-upaya mengembangkan gedung lawang sewu semasa pengolahan
1) Pemeliharaan obyek wisata yang telah ada. Upaya pemeliharaan ini dilakukan guna
menjaga keutuhan, daya tarik, dan keindahan obyek wisata yang telah ada dikawasan
lawang sewu melalui badan keamanan dan kebersihan yang telah dibentuk 2)
Mengenalkan ke masyarakat luas dengan cara menyebarkan informasi dan promosi
obyek wisata di kawasan lawang sewu melalui berbagai media, baik media cetak
maupun media elektronik guna memperkenalkan keelokan obyek wisata dan
meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke lawang sewu 4) Menyediakan
Fasilitas Umum. Untuk meningkatkan mutu pelayanan wisatawan maka
dibangunlah fasilitas umum, seperti tempat parkir, jalan, MCK, mushala dan tempat
penginapan.
7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian karya tulis ilmiah ini, dapat disimpulkan bahwa:
3.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan karya tulis ilmiah ini penulis ingin
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
a. Cagar budaya perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya
pelestarian dalam rangka memajukan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan,
dan kesejahteraan masyarakat.
b. Sebagai generasi muda hendaknya kita lebih memperhatikan keutuhan cagar
budaya sebagai warisan kekayaan budaya bangsa.
c. Masyarakat sekitar, pengunjung ataupun wisatawan sebaiknya lebih
memperhatikan kegiatan yang mereka lakukan agar tidak mencederai keutuhan
warisan budaya bangsa.
d. Pemerintah dalam menentukan kebijakan mengenai cagar budaya perlu
dipertimbangkan secara matang agar hasil akhirnya tidak mengecewakan, baik
untuk pemerintah sendiri maupun masyarakat.
e. Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai upaya pelestarian
cagar budaya lawang sewu.
8
LAMPIRAN
9
DAFTAR PUSTAKA
http://fisipunsil.blogspot.com/2014/08/cara-membuat-makalah.html
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmakassar/wp-
content/uploads/sites/21/2014/01/Undang-Undang-Nomor-11-Tahun-2010-Cagar
Budaya.pdf
http://seputarsemarang.com/lawang-sewu-pemuda-1272/
10