Anda di halaman 1dari 15

PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN TULUNGANGUNG

“SEJARAH LAWANG SEWU”

Disusun Oleh :

Nama : Rusmi Arti Puji R.


Kelas : XII

MAK NU 09 DARUSSA’ADAH ROWOSARI


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas karunia serta
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar
walaupun masih banyak kekurangannya. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Kepala SMA 1 Bojong, Bapak/Ibu guru dan karyawan SMA 1
Bojong serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat diharapkankan untuk penyempurnaan
karya tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan
semua pihak.

17 Februari 2020

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Lawang sewu ............................................................................................................... 3
2.2 Sejarah Lawang Sewu ................................................................................................. 3
2.3 Menelusuri lebih dalam Lawang Sewu ....................................................................... 4
2.4 Identifikasi jenis Rayap yang ada di Bangunan Lawang Sewu ................................... 4
2.5 Peresmian Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu ............................... 5
2.6 Upaya Pelestarian Cagar Budaya Lawang Sewu......................................................... 5
2.7 Perlindungan Cagar Budaya Lawang Sewu ................................................................ 5
2.8 Tujuan Perlindungan Cagar Budaya ............................................................................ 5
2.9 Manfaat Perlindungan Cagar Budaya .......................................................................... 6
2.6.1 Perlindungan Cagar Budaya Lawang Sewu ................................................................ 6
2.6.2 Pengembangan Cagar Budaya Lawang Sewu ............................................................. 6
2.6.3 Pemanfaatan lawang sewu dan Kawasannya............................................................... 6
2.6.4 Pengembangan Kawasan Lawang Sewu ..................................................................... 7
2.6.5 Pemanfaatan Lawang Sewu dan Kawasannya............................................................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
3.2 Saran-saran ..................................................................................................................... 8
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Lawang Sewu adalah gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota


Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-
Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada
tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki


pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai
seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga
masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai
kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta
Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando
Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian
Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah
tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14
Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat
antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan
Kidobutai, Jepang.

Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota
Nomor. 650/50/1992, memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan
kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Setelah cukup lama Lawang Sewu seperti tak terurus, kondisi bangunan Lawang Sewu,
terdapat 3 gedung dari total keseluruhan gedung terdapat kerusakan dimana kerusakan
tersebut dapat memicu rayap untuk masuk dan menyerang ke dalam gedung, Lawang
Sewu dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada
akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011
diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event
Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk - produk tradisional
dari seluruh Nusantara.

Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang
dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero.
Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI, Ella Ubaidi berkata bahwa Gedung Lawang
Sewu bukan sekedar warisan sejarah (historical heritage) tapi harus mampu menjadi
sumber daya budaya (cultural resource) sebagaimana layaknya sumber daya yang lain,
seperti sumber daya alam, manusia, dan sosial.

1
Berbagai kegiatan diharapkan mampu menjadi kekuatan yang menghasilkan manfaat
yang lebih luas. Lawang Sewu pada saatnya akan mampu menghidupi dirinya sendiri
untuk pembiayaan konservasinya, bahkan menghidupi lingkungannya.

Dengan kata lain akan mampu menjadi pusat kegiatan usaha baru guna mengusung
Pendayagunaan Cagar Budaya Lawang Sewu sebagai Pusat Kriya Nusantara untuk
Kebanggan Bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah Lawang Sewu?


2. Bagaimanakah peresmian Cagar Budaya Lawang Sewu?
3. Bagaimanakah identifikasi rayap digedung lawang sewu?
4. Bagaimana upaya untuk melestarikan cagar budaya lawang sewu?

1.3 Tujuan penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan karya
tulis ilmiah ini yaitu:

1. Menjelaskan sejarah cagar budaya Lawang Sewu


2. Menelusuri lebih dalam Lawang Sewu
3. Mengidentifikasi jenis rayap dibangunan Lawang Sewu
4. Mengatahui Peresmian Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu
5. Menjelaskan berbagai upaya untuk melestarikan lawang sewu
6. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan keutuhan cagar budaya.

1.4 Manfaat penulisan


Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:

1. Bagi pemerintah daerah


Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah daerah sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan mengenai cagar budaya.
2. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat pembuatan karya tulis ilmiah ini dapat dimanfaatkan dalam
upaya mendapatkan informasi tentang upaya pelestarian cagar budaya semarang
jawa tengah agar kelestariannya tetap terjaga.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Bagi ilmu pengetahuan karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesejarahan dan pelestarian
cagar budaya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lawang Sewu


Lawang Sewu (bahasa Indonesia: seribu pintu) adalah gedung gedung bersejarah di
Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang
merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS.
Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu
Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Bangunan Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama lain Het
hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Kantor Pusat NIS).
Awalnya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang
(Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang sangat pesat,
mengakibatkan bertambahnya personil teknis dan tenaga administrasi yang tidak sedikit
seiring berkembangnya administrasi perkantoran.

Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu
yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini
memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya
sebagai pintu.

Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah,
dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian
dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan
engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).

2.2 Sejarah Lawang Sewu


Sejarah gedung ini tak lepas dari sejarah perkeretaapian di indonesia karena dibangun
sebagai Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch – Indische Spoorweg Maatscappij
(NIS) yaitu kantor pusat NIS, perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan
Hindia belanda yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia
menghubungkan Semarang dengan “Vorstenlanden” (Surakarta dan Yogyakarta)
dengan jalur pertamanya Jalur Semarang Temanggung 1867.

Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS. Pertumbuhan


jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan
membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota
dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang.
Direksi NOS menyerahkan perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer
dan B.J Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda.

3
Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah di
jalan harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter
dan diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah
penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah
dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat
bangunan tambahan pada tahun 1916 – 1918.

Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di Hindia Belanda selesai dibangun. Jalan itu
dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan
swasta yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah
pertanian yang subur di Jawa Tengah dengan kota pelabuhan Semarang (Durrant, 1972).
Stasiun di Semarang yang berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan.
Pada peralihan abad ke-20 NIS membangun stasiun stasiun baru yang besar. Pada tahun
1914 stasiun Tambaksari digantikan oleh Stasiun Tawang. Sebelumnya pada tahun 1908
selesai dibangun pula kantor pusat NIS yang baru, bangunan itu berada di ujung jalan
Bodjong, di Wilhelmina Plein berseberangan dengan kediaman gubernur.

Kantor pusat NIS yang baru itu adalah bangunan besar 2 lantai berbentuk “L” yang
dirancang oleh J.F Klinkhamer dan Ouendag dalam gaya Renaissance Revival
(Sudrajat,1991). Menurut Sudrajat pembangunan kantor pusat NIS di Semarang adalah
tipikal 2 dasawarsa awal abad 20 ketika diperkenalkan politik etis, ketika itu “…
Muncul kebutuhan yang cukup besar untuk mendirikan bangunan bangunan publik dan
perumahan, akibat perluasan daerah jajahan, desentralisasi administrasi kolonial dan
pertumbuhan usaha swasta”.
Penduduk Semarang memberinya nama “Lawang Sewu” (pintu seribu), mengacu pada
pintu pintunya yang sangat banyak, yan gmerupakan usaha para arsiteknya untuk
membangun gedung kantor modern yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Semua
bahan bangunan didatangkan dari Eropa kecuali batu bata, batu alam dan kayu jati.

Pada saat yang bersamaan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) berusaha mengambil
alih kereta api, pertempuran pecah antara pemuda dan tentara Jepang, belasan pemuda
terbunuh di gedung ini, 5 diantara mereka dimakamkan di halaman (tetapi pada tahun
1975 jenazah mereka dipindah ke Taman Makam Pahlawan). Di depan Lawang Sewu
berdiri monumen untuk memperingati mereka yang gugur di Pertempuran Lima Hari.

Sesaat setelah kemerdekaan Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api,
kemudian militer mengambil alih gedung ini, tetapi sekarang telah kembali ke tangan
PT KAI.

3
2.3 Menelusuri lebih dalam Lawang Sewu
Sebutan “Sewu” [Jawa: Seribu], merupakan penggambaran sedemikian banyaknya
jumlah pintunya. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung
sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun
pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu
jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu
geser). terdapat penjara bawah tanah. Cukup dengan uang Rp 5000,-/orang dahulunya
sebagai tempat penjara dan penyiksaan tahanan. Penjara yang dimaksud berlokasi
dibawah tanah, mempunyai kedalam 3 meter dari permukaan. lorong selebar kurang
lebih 1,5 meter dengan ketinggian langit-langit 2 meter tanpa ada cahaya. Dahulu disini
adalah tempat penyiksaan bagi para tahanan oleh pihak Belanda dan Jepang.
Berikutnya, sampai pada ruangan yang berisi bak-bak beton yang tingginya mencapai 1
meter. Tempat ini juga digunakan untuk menyiksa para tahanan dengan dipaksa
berjongkok dengan direndam air setinggi leher sementara bagian atasnya ditutup jeruji
besi. Dengan cara penyiksaan itu ruangan ini diberi nama penjara jongkok. sekat jejeran
batu bata yang ukurannya 1x1 meter bentuknya seperti lemari. Sekat-sekat sempit inilah
yang disebut penjara berdiri di tempat ini biasanya diisi 5 sampai 6 tahanan setelah
disiksa dengan tertutup jeruji besi dan dibiarkan berdiri hingga mati lemas.
Ruangan terakhir adalah ruang eksekusi.

Tampak satu meja terbuat dari baja tertanam dilantai. Disinilah para tahanan dieksekusi
mati dengan di penggal kepalanya. Ruangan ini cukup membuat merinding, saat
membayangkan kejadian kala itu, dimana para tahanan di eksekusi.

2.4 Identifikasi jenis rayap yang ada dibangunan Lawang Sewu


Rayap dikenal sebagai serangga perusak kayu dan bangunan gedung yang paling
penting. Lawang Sewu merupakan bangunan cagar budaya dimana komponen kayu
yang dipakai dalam bangunan ini adalah kayu jati yang tahan terhadap serangan rayap.
Namun hasil survey pendahuluan tanda keberadaan rayap di salah satu sudut bangunan
menunjukkan adanya liang kembara rayap. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
ditemukan rayap jenis Macrotermes gilvus Hagen prajurit mayor & minor dan
Coptotermes curvignathus Holmgren. Suhu udara berkisar antara 28,9⁰C - 33⁰C,
kelembaban udara berkisar antara 41,6% - 89,7%. Sedangkan kondisi bangunan Lawang
Sewu, terdapat 3 gedung dari total keseluruhan gedung terdapat kerusakan dimana
kerusakan tersebut dapat memicu rayap untuk masuk dan menyerang ke dalam gedung,
yaitu Gedung B, D dan E. Oleh karena itu perlu adanya pembersihan terhadap kayu,
pohon yang telah mati dan bahan berlignoselulosa lain yang berhubungan langsung
dengan tanah, bangunan yang rusak segera diperbaiki dan perlu adanya evaluasi
terhadap treatment anti rayap yang sudah dilakukan.

4
2.5 Peresmian Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu
Setelah cukup lama lawang sewu seperti tak terurus, akhirnya Lawang Sewu
dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada akhir
Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011 diresmikan
oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event Pameran
Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk produk tradisional dari seluruh
Nusantara.

Selasa, 5 Juli 2011, Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono meresmikan Purna Pugar
Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu dan Pameran Kriya Nusantara di Semarang.
Peresmian yang dilakukan di Wisma Perdamaian ini dihadiri oleh Ketua Umum
Dekranas, Herawati Budiono, Menbudpar Jero Wacik, Meneg BUMN Mustafa
Abubakar, Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng, Bibit Waluyo dan Rustriningsih,
Komisaris dan Direktur Utama beserta jajaran PT Kereta Api Indonesia (KAI)
(Persero), dan para undangan. Dalam sambutannya, Ibu Negara berkata bangga dengan
Gedung Lawang Sewu, yang memiliki keunikan dan nilai sejarah, tapi ironisnya selama
ini justru ditampilkan sisi mistis dan seram dari gedung ini, Pada masa datang, Ibu Ani
Yudhoyono berharap lebih ditonjolkan dari sisi keunikannya, kemegahan dan historis
Gedung Lawang Sewu yang dahulunya merupakan bekas Het Hoofdkantoor van de
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau kantor perusahaan kereta api
swasta masa Pemerintahan Hindia Belanda yang pertama kali membangun jalur kereta
api di Indonesia.

2.6 Upaya pelestarian cagar budaya Lawang Sewu


Pelestarian cagar budaya adalah upaya untuk mempertahankan keberadaan warisan
budaya yang bersifat kebendaan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan dengan cara melindungi, mengembangkan
dan memanfaatkannya. Oleh karena itu, dengan adanya cagar budaya laang sewu maka
perlu adanya pelestarian sebagai wujud kepedulian kita. Upaya pelestarian dapat
dilakukan dengan :

2.7 Perlindungan Cagar Budaya lawang sewu


Menurut UU Nomor 11 tahun 2010 pasal 1 ayat 23, Pelindungan adalah upaya
mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan
cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.

2.8 Tujuan Perlindungan Cagar Budaya


Tujuan perlindungan benda cagar budaya adalah untuk mencegah dari 1) Kerusakan
karena faktor alam dan akibat ulah manusia 2) Berubahnya keaslian dan nilai
sejarahnya 3) Beralihnya kepemilikan dan penguasaan kepada orang yang tidak berhak.

5
2.9 Manfaat Perlindungan Cagar Budaya
Manfaat dari pelindungan cagar budaya yaitu 1) Kelestarian cagar budaya tetap terjaga
2) Cagar budaya akan terhindar dari kerusakan, 3) Terjaganya benda cagar budaya
sebagai nilai penting dalam sejarah, pengetahuan, pendidikan, dan budaya

J. Upaya Melindungi Cagar Budaya lawang sewu


Upaya melindungi benda cagar budaya lawang sewu dilakukan Melalui 1) Undang-
Undang, yaitu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan
hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti. 2) cagar budaya lawang sewu telah
mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda
dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero 3) Melakukan pemugaran cagar budaya
lawang sewu. Pemugaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengembalikan keaslian bentuk benda cagar budaya dan mernperkuat strukturnya bila
diperlukan, yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi, historis, dan teknis dalam
upaya pelestarian benda cagar budaya 4) Penyuluhan kepada masyarakat untuk berperan
serta dalam pengelolaan benda cagar budaya termasuk di dalamnya upaya sadar lestari
terhadap generasi muda, masyarakat dan pelestari budaya 5) Pemasangan papan
petunjuk, larangan, ajakan, dan keterangan dikawasan lawang sewu 6) pembentukan
petugas keamanan dan kebersihan.

K. Pengembangan Cagar Budaya lawang sewu


Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya
serta pemanfaatannya tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian. Kawasan lawang
sewu memiliki struktur bangunan yang sangat indah.

L. Tujuan Pengembangan Kawasan lawang sewu


Tujuan pengembangan kawasan lawang sewu yaitu guna 1) Memelihara
keutuhan cagar budaya 2) Menjadikan lawang sewu sebagai lokasi wisata yang berdaya
tarik tinggi 3) Meningkatkan mutu pelayanan kepada wisatawan 5) Menggali potensi-
potensi yang dapat dikembangkan di kawasan lawang sewu.

M. Manfaat Pengembangan Kawasan lawang sewu


Manfaat dari pengembangan kawasan lawang sewu yaitu agar :

1) Terpeliharanya keutuhan cagar budaya lawang sewu


2) Meningkatnya daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan lawang sewu
3) Membuat wisatawan merasa nyaman ketika berada di kawasan lawang sewu.

6
N. Upaya Pengembangan Kawasan lawang sewu
Berikut adalah upaya-upaya mengembangkan gedung lawang sewu semasa pengolahan
1) Pemeliharaan obyek wisata yang telah ada. Upaya pemeliharaan ini dilakukan guna
menjaga keutuhan, daya tarik, dan keindahan obyek wisata yang telah ada dikawasan
lawang sewu melalui badan keamanan dan kebersihan yang telah dibentuk 2)
Mengenalkan ke masyarakat luas dengan cara menyebarkan informasi dan promosi
obyek wisata di kawasan lawang sewu melalui berbagai media, baik media cetak
maupun media elektronik guna memperkenalkan keelokan obyek wisata dan
meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke lawang sewu 4) Menyediakan
Fasilitas Umum. Untuk meningkatkan mutu pelayanan wisatawan maka
dibangunlah fasilitas umum, seperti tempat parkir, jalan, MCK, mushala dan tempat
penginapan.

C. Pemanfaatan lawang sewu dan Kawasannya


Menurut UU Nomor 11 tahun 2010 pasal 1 ayat 33, Pemanfaatan adalah pendayagunaan
Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap
mempertahankan kelestariannya. Berbagai upaya pemanfaatan lawang sewu dan
kawasannya guna mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan daya guna kawasan
lawang sewu yaitu 1) Sebagai tempat pariwisata dimana Kawasan lawang sewu
merupakan kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang
PT Kereta Api Indonesia. 2) Sebagai sarana pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagai
kawasan Cagar Budaya, lawang sewu memiliki sejarah warisan leluhur yang berperan
dalam menambah ilmu pengetahuan dan juga dapat dijadikan sebagai lokasi penelitian
dalam bidang sejarah dan arkeologi 3) Sebagai sarana olahraga, rekreasi, dan
merupakan salah satu tempat yang indah untuk Pre Wedding.6) dari hasil
pengembangan kawasan lawang sewu dapat menghasilkan pendapatan pemerintah
daerah atau pemerintah.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian karya tulis ilmiah ini, dapat disimpulkan bahwa:

a. Gedung lawang sewu dipakai sebagai kantor PT Kereta Api Indonesia


b. Lawang Sewu merupakan cagar budaya bangsa yang penting sehingga perlu
adanya upaya pelestarian.
c. Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu diresmikan oleh ibu Ani
Yudhoyono pada tgl 5 juli 2011.
d. Ditemukan rayap jenis Macrotermes gilvus Hagen prajurit mayor & minor dan
Coptotermes curvignathus Holmgren. Gedung yang terancam dimasuki rayap
yaitu gedung B,D, dan E.
e. Upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan cagar budaya lawang sewu
berupa upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya
lawang sewu.

3.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan karya tulis ilmiah ini penulis ingin
memberikan beberapa saran sebagai berikut:

a. Cagar budaya perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya
pelestarian dalam rangka memajukan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan,
dan kesejahteraan masyarakat.
b. Sebagai generasi muda hendaknya kita lebih memperhatikan keutuhan cagar
budaya sebagai warisan kekayaan budaya bangsa.
c. Masyarakat sekitar, pengunjung ataupun wisatawan sebaiknya lebih
memperhatikan kegiatan yang mereka lakukan agar tidak mencederai keutuhan
warisan budaya bangsa.
d. Pemerintah dalam menentukan kebijakan mengenai cagar budaya perlu
dipertimbangkan secara matang agar hasil akhirnya tidak mengecewakan, baik
untuk pemerintah sendiri maupun masyarakat.
e. Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai upaya pelestarian
cagar budaya lawang sewu.

8
LAMPIRAN

9
DAFTAR PUSTAKA

http://fisipunsil.blogspot.com/2014/08/cara-membuat-makalah.html

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmakassar/wp-
content/uploads/sites/21/2014/01/Undang-Undang-Nomor-11-Tahun-2010-Cagar
Budaya.pdf

http://seputarsemarang.com/lawang-sewu-pemuda-1272/

informasi By: hengki kristianto Posted on Senin, 24 Februari 2014

10

Anda mungkin juga menyukai