Anda di halaman 1dari 4

1.

Majas Perbandingan
Kata kiasan yang menyatakan perbandingan dalam menciptakan kesan dan pengaruh kepada pembaca dan
pendengar. Macam-macam majas perbandingan

 Perumpamaan atau Asosiasi : perbandingan dua hal yang berbeda, namun dianggap sama yang
menggunakan kata seperti, umpama, ibarat, sebagainya, bagai. Contohnya : Semangat belajarnya ibarat
baja, Mukanya pucat bagai mayat, wajahnya terlihat bagai bulan purnama, kamu sangat cantik bagai
awan dilangit, pendiriannya selalu berubah-ubah bagai air didaun alas.

 Metafora berisi ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Metafora merupakan
pemakaian kata buka dengan arti sebenarnya yang digunakan dalam persamaan dan perbandingan.
Contohnya : Jonathan adalah bintang kelas dunia, sampah masyarkat akhirnya ditangkap oleh polisi, satu
persatu tikus-tikus berhasil ditangkap KPK, Perpustakaan adalah gudang nya ilmu, Raja siang keluar dari
ufuk timur, jantung hatinya hilang tiada berita.

 Personifikasi : membandingkan benda-benda yang tak bernyawa seakan-akan bernyawa atau hidup
dengan sifat seperti manusia. Contohnya : Ombak berkejar-kejaran ditepi pantai, hujan itu menari-nari
diatas genting, bulan tersenyum kepada bintang, badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk,
angin membelai rambutnya yang tergerai.

 Alegori : penggunaan bahasa yang menyatakan dengan cara lain dengan kiasan dan penggambaran. Pada
umumnya alegori berbentuk cerita dengan simbol-simbol bermuatan moral. kalimat yang dibuat cukup
panjang, terdapat beberapa kiasan namun membentuk suatu kesatuan yang jelas dan tersurat. Contohnya
: iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman, suami sebagai nahkoda dan istri sebagai juru mudi,
Contoh alegori berbentuk cerita : Pernikahan bagai bahtera yang harus dijalani dengan hati-hati. Suami
sebagai nahkoda dan istri sebagai juru mudi yang melayarkan bahterai mengarungi lautan penuh badai
dan gelombang.

 Simbolik : menggunakan kiasan atau melukiskan dengan menggunakan simbolik atau lambang dalam
menyatakan maksudnya. adanya penggunaan kata hewan, benda atau hewan pada majas tersebut.
maksudnya disampaikan secara tersirat. Contohnya : Dia terkenal sebagai buaya darat, Rumah itu hangus
dilalap oleh sijago merah, Teratai adalah lambang pengabdian, Bunglon adalah lambang orang tak
berpendirian, Melati adalah lambang kesucian.

 Simile : membandingkan secara eksplisit (jelas) antara dua hal dengan menggunakan kata
penghubung,layaknya, ibarat, umpama, bak, bagai dan lain sebagainya. Dilihat sekilas majas ini mirip
dengan majas perumpamaan / asosiasi. Con : Senyumanmu sungguh indah bagaikan bunga-bunga yang
bermekaran, Wanita itu begitu cantik bak bidadari yang baru turun dari khayangan Pendengaran anak itu
sangat tajam seperti pendengaran kelinci. Sejuknya perkataan ibu bagaikan embun di pagi hari. Kau dan
aku laksana minyak dan air.kita tak mungkin bisa bersatu, Mereka bagaikan keyboard dan mouse yang
tidak bisa dipisahkan, Memberi nasihat kepada anak kecil tak ubahnya seperti mengukir diatas batu, akan
selalu di ingat selamanya.

 Metonimia : digunakan untuk menyebutkan satu kata dengan kata lainnya yang masih berhubungan erat.
seperti menggunakan merk atau nama khusus suatu benda sebagai pengganti benda lain yang lebih
umum. Lebih mudahnya kita lihat contoh kalimat majas metonimia berikut ini. Perjalanan solo ke jakarta
menggunakan garuda akan terasa lebih cepat (pesawat terbang) Abang OB membawakan 5 gelas aqua
untuk para tamu yang sedang menunggu (air minum) Rojolele makin hari semakin mahal padahal upah
buruh tak kunjung naik (beras), Dia selalu menaiki kuda hitam (Mobil Ferrari)

 Sinekdoke : menyebutkan bagian untuk menggantikan keseluruhan atau sebaliknya menyebutkan


keseluruhan untuk suatu bagian. Terdapat dua jenis majas ini, yaitu majas sinekdoke pars pro toto dan
sinekdoke totem pro parte.

o Sinekdo pars pro toto : menyatakan suatu bagian untuk keseluruhan. Con : Per kepala diharuskan
membayar Rp. 25.000 untuk bisa masuk ke bioskop tersebut Hingga detik ini belum terlihat batang
hidung anak itu.
o Sinekdoke totem pro parte, kebalikan dari sebelumnya. menggambarkan keseluruhan untuk suatu
bagian hal. Con :Dalam pertandingan bulutangkis yang digelar semalam, Indonesia sukses bisa
memenangi laga bergengsi tersebut. Solo akhirnya menjuarai cabang olahraga atletik di PON tahun
ini.

2. Majas Pertentangan
kata-kata kias yang menyatakan pertentangan yang dimaksud oleh penulis atau pembicara dalam memberikan
pengaruh atau kesan kepada pembaca dan pendengar. Macam-macam majas pertentangan

 Hiperbola : memberikan kesan yang berlebihan dari kenyataannya agar lebih berkesan atau meminta
perhatian.Contohnya : ia terkejut setengah mati begitu melihat mayat perempuan tersebut, tubuhnya
tinggal kulit pembalut tulang, keringatnya menganak sungai, kita berjuang sampai titik darah
penghabisan, suaranya menggelegar ke angkasa. karya-karya anak negeri yang mampu mengguncang
dunia Suara deru langkah para prajurit mengalahkan kebisingan suara kereta api ini. Andi berlari pulang
secepat kilat ketika mendengar kabar ayahnya pulang dari Australia. Luasnya samudera akan ku selami
demi mencari keberadaan dirimu, Hati teriris2 ketika mendengar berita sedih

 Paradoks : mengandung pertentangan antara pernyataan dengan fakta yang telah ada. sering dijumpai
dalam sebuah roman atau novel Contohnya : Hatiku merintih ditengah hingar bingar pesta yang sedang
berlangsung, dia besar tapi nyalinya kecil, aku merasa sendirian ditengah kota jakarta yang ramai ini,
hidupnya sangat mewah tetapi mereka tidak bahagia mungkin karna ia tidak mempunyai anak, Tinggal di
kota yang besar dan megah tetapi hidupnya kesepian. Ketegangan membuat semua orang kepanasan di
ruang ber AC

 Antitesis : menggunakan pasangan kata yang artinya berlawanan. Contohnya : Tua muda, besar kecil ikut
meramaikan pesta kembang api, Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata tuhan, hidup matinya
manusia ada di tangan tuhan.

 Litotes : menyatakan dengan berlawanan dari kenyataannya yang bertujuan untuk merendahkan diri.
Contohnya : Terimalah kado tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku, perjuangan kami hanya
setitik air dalam samudra luas, Karangan ini belum sempurna sertakan kritik dan sarannya, Sebenarnya ini
sangat dulit tapi dapat diselesaikan.

 Alusio : majas yang menggunakan kata-kata berkaitan dengan peristiwa umum yang terjadi atau
penggunaan kata yang umum dalam menunjukkan maksud, peribahasa atau kata kiasan yang sudah
sering digunakan, penggunaan ungkapan yang tidak di selesaikan, sebab hal itu sudah umum diketahui.
Con: Kamu ini memang tua-tua keladi. Bandung sering disebut sebagai Paris van java. Pada contoh
pertama maksud dari tua-tua keladi adalah makin tua makin menjadi. Perkataan tersebut tidak perlu
penjelasan karena sudah jamak diketahui oleh umum. kamu jangan kura-kura dalam perahu

 Eufimisme : menggunakan kata-kata sopan dan halus. Contohnya : Dimana saja bisa menemukan kamar
kecilnya, anak ibu lamban menerima pelajaran, anak ibu tidak bodoh tapi hanya malas belajar. Dia adalah
siswa tunarungu. Saya mohon ijin untuk pergi ke belakang. Pada contoh pertama, yang dimaksud
“tunarungu” adalah siswa yang tidak bisa mendengar. Tidak digunakan kata “tuli” yang bermakna lebih
kasar dan digantikan dengan “tunarungu”. Sementara pada contoh kedua, maksudnya adalah hendak
buang hajat (kencing/BAB). Agar lebih halus, maka kemudian dipilihlah untuk menggunakan kata yang “ke
belakang” itu.

3. Majas Sindiran

majas yang ditujukan untuk menyatakan sindiran pada pendengar atau pembacanya. bertujuan untuk merubah
perilaku seseorang. Majas ini dibagi menjadi tiga.

 Ironi : digunakan dengan menyatakan sesuatu hal secara bertentangan dengan kenyataan. ketika
diungkapkan terdengar seperti pujian tetapi sebetulnya bermakna negatif/sindiran. Con :Bau badanmu
harum sekali, sampai sampai aku tak tahan. Wah tulisanmu terlalu indah hinga tidak ada seorangpun bisa
membacanya kecuali dia Dia memang anak yang rajin, tugas dari guru menggunung tak tersentuh Ini baru
namanya siswa teladan, jarang masuk, sekalinya masuk selalu terlambat. Bagus sekali kata katamu.
sampai sampai siapapun yang mendengarnya merasa sakit hati Kamu memang hebat, sungguh keren
layak diagungkan, kamu bisa menipu seluruh rakyatmu dan menganggapmu sebagai dewa Kamu anak
yang beruntung setiap hari kedua orangtuamu menghajar dirimu
 Sarkasme: majas sindiran yang disampaikan dengan konotasi paling kasar. lazimnya hanya diucapkan oleh
orang yang sedang marah besar. Berbeda dengan majas ironi yang kesannya halus namun dalem, pada
majas sarkasme ini tanpa tedeng aling-aling langsung menyindir pada sasaran, tidak ad sopan santun.
Con : Sikapmu membuatku muntah. Pergi Kau! Dasar Bodoh! kerja beginian saja kau tak becus! Kau lelaki
kere! menyesal aku pernah mengenalmu!
 Sinisme : dipakai dengan menyatakan sindiran secara tidak langsung atau implisit. Jenis sindiran langsung
dan sifatnya lebih kasar dari ironi. Sering ungkapan ini terlontar dalam percakapan langsung.Con: Sungguh
tidak pantas kata kata seperti itu diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu Lama kelamaan aku bisa gila
bila terus melihat tingkah lakumu yang memuakkan itu. Kan sudah aku bilang jangan mencari hanya dari
kecantikan, sekarang baru ketahuan kan yang kau pilih itu transgender Aku bangga mendapatkan nilai 8
dari jerih payah sendiri daripada kamu mendapat nilai sempurna dengan cara curang. Kamu kan sudah
pandai? Mengapa mesti harus bertanya padaku?

4. Majas Perulangan/Penegasan

Pengertian majas perulangan/penegasan adalah kata-kata kias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan
kesan dan pengaruh kepada pendengar dan pembaca.

Macam-macam majas perulangan/penegasan

 Aliterasi : kata-kata yang memanfaatkan kata yang permulaannya sama dengan bunyinya. Contohnya :
Dara damba daku, datang dari danau.

 Pleonasme : menggunakan kata-kata dengan berlebihan untuk menegaskan arti suatu kata. Contohnya :
Saya naik ke tangga ke atas, ayo kita berjalan ke depan untuk melihat sendiri, aku menyaksikan dengan
mata kepalaku sendiri, Dara yang merah itu membasahi bajunya, Dia menangis dengan meluarkan air
dimatanya. Lekas turun ke bawah, jika kau masih ingin mendapatkan jatah makan (turun ke bawah) Para
pelajar yang tengah melakukan tawuran langsung mundur kebelakang ketika polisi datang (mundur ke
belakang)

 Anataklasis : mengandung pengulangan kata yang sama, dengan makna yang berbeda. Contohnya : Ayah
selalu membawa buah ditangan untuk buah hatinya, Karena buah penanya sudah jadi buah bibir
masyarakat.

 Repetisi : majas perulangan kata atau kelompok kata yang sama dalam menarik perhatian atau
menegaskan. Contohnya : tidak setiap penderitaan menjadi luka dan tidak setiap sepi jadi duri, dialah
yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharapkan. Cinta itu seru, cinta itu asik, cinta itu rumit
tapi cinta juga bisa memabukkan jadi berhati hatilah jika sudah mengenal cinta, Siti terus belajar, belajar
dan belajar hanya untuk mengejar beasiswa untuk siswa berperstasi

 Tautologi : gaya bahasa dengan mengulang kata dalam sebuah kalimat untuk beberapa kali dengan tujuan
sebagai penegasan maksud. Terkadang digunakan kata yang bersinonim. Con : Hancur-luluh hatiku, ketika
enkau putuskan semua jalinan cinta kita Betapa sepi malam ini, betapa sunyi pengharapan ini. Tetap
bersamamu di dalam suka di dalam duka, waktu bahagia, waktu merana, masa tertawa masa kecewa Kau
memang kuat. Kau memang kekar. Kau memang kuasa. Tidak, tidak, tidak, sama sekali bukan itu yang aku
inginkan. Aku ke sini hanya ingin silaturahmi. Tendangan pemain sepakbola itu begitu hebat, dahsyat dan
luar biasa.

 Klimaks : gaya bahasa yang menyatakan lebih dari dua hal secara berurutan dengan tingkatan semakin
lama semakin meningkat. Con : Hari itu semua orang mulai dari bayi, anak anak, remaja, orang dewasa
hingga orang tua ikut turun ke jalan melakukan aksi demo menuntut seorang penista agama yang
notabene seorang gubernur Kepala desa, camat, bupati, walikota, gubernur, sampai presiden harusnya
dipilih berdasar kemampuannya. Dari mulai rakyat jelata, orang biasa, polisi, tentara, tokoh masyarakat
sampai para ulama memberikan pernyataan atas apa yang dikatakan sang gubernur. Di toko itu tersedia
barang dengan harga bervariasi mulai dari Rp 25.000 sampai yang harga Rp 2.500.000

 Retorik : gaya bahasa yang berupa kalimat tanya tetapi sebetulnya tak perlu untuk dijawab. berfungsi
untuk penegasan sekaligus Sindiran. Con: Sholat jum’at dilakukan hari apa? Apa ini orang yang selalu
kamu sebut sebut itu? Waktu kemarin jatuh dari atap apakah itu sakit? Siapa yang bilang cita cita bisa
digapai cukup dengan sekolah saja? Benar begitu? kamu tidak perlu uang ini padahal kebutuhanmu masih
banyak?

 Antiklimaks : gaya bahasa yang menyatakan lebih dari 2 hal secara berturut-turut dengan tingkatan yang
semakin lama semakin menurun. Con : Setiap senin, kepala sekolah, guru, staf dan para siswa di SMK N 2
Surakarta rutin melakukan upacara bendera di pagi hari Tersedia ukuran baju dari mulai XXL, XL, L, M
sampai yang terkecil S Segenap jajaran dari yang paling atas, kepala sekolah, guru, wali murid, siswa hadir
di perpisahan minggu kemarin. Tak peduli kamu tua, muda atau masih anak-anak, merokok itu tidak baik
untuk kesehatan.

 Paralelisme : paralelisme adalah majas perulangan yang pada umumnya terdapat dalam puisi yang
disusun atas baris yang berbeda. Contohnya :
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lapus

Cinta itu adalah pengertian


Cinta itu adalah kesetiaan
Cinta itu adalah rela berkorban

Anda mungkin juga menyukai