PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat, yang
mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang baru. Dalam
masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem komunikasi ataupun relasi
sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian pesat majunya sudah pasti sangat
menentukan dalam perubahan sosial itu.
Beberapa pengamat terutama ahli antropologi memerinci dua tahap tambahan dalam
urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang terjadi telah invensi
sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses terbentuknya ide baru dari suatu bentuk
hingga menjadi suatu bentuk yang memenuhi kebutuhan audiens penerima yang
menghendaki. Kami tidak memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika
inovasi itu dalam bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi,
adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi.
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga
terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor
pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat
yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan.
Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka
terhadap hal yang baru serta adat yang berlaku.
Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan
lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak direncanakan.
Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada masyarakat yang sedang
mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu penemuan teknologi baru dapat
mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari perubahan sosial antara lain
meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial, teknologi serta kultural. Berikut di bawah ini
merupakan penjelasan dari bentuk-bentuk sosial.
4
suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi
pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan
keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau
bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali
serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa
yang bermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang
memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai
berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu
menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas
kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah
penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya
salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-
hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia
itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka menyimpang
dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang
mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok)
yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4)
adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki
spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang
membutuhkannya.
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau
menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi
universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai
tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang
diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok
sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang
lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu
yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun
dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang
keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok
(masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti
yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia
mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua
8
fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model apa
yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang disukai, yang disenangi, yang
biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-norma yang dari tempat ke tempat,
dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka
ragam.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi
adalah sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh
dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi, (2) ada pula sejumlah
norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan,
dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses
modernisasi, (3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan
nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai
tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa
masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari
kepercayaan terhadap tahyul. Konsep modernisasi digunakan untuk menamakan
serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat tradisional
sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu
masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur
sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan
ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan
sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu
pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang
semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses
menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada
arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya
masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan
semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya
secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya.
Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk
mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap
mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba
merencanakan masa depannya, (2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa
9
sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan
kompleks.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan maka kesimpulan yang dapat dipaparkan dalam
makalah ini adalah :
1. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga
sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial
itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu
yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
2. Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses di
mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses dimana ide-
ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian
atau penolakan inovasi.
3. Perubahan sosial selalu menimbulkan perubahan dalam masyarakat, salah satunya
adalah globalisasi yang menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun
negative dari sisi positif misalnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dapat dinikmati seluruh kelompok sosial masyarakat.
11