Anda di halaman 1dari 11

PEMBANGUNAN RADAR VHF LAPAN

M. Sjarifudin

ABSTRAK

Radar VHF LAPAN yang akan dibangun di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat
termasuk pada jenis radar MST dan merupakan radar atmosfer hamburan koheren yang
akan dioperasikan pada frekuensi 150MHz dengan daya puncak pancar 1kW. Radar ini
merupakan versi kecil dari radar TRAINERS yang akan dibangun dalam rangka
kerjasama proyek multi-nasional TRAINERS yang didukung LAPAN Indonesia, DLR
Jerman, dan ISRO India. Penggunaan frekuensi 150MHz ini cukup unik karena radar
atmosfer di dunia umumnya menggunakan frekuensi antara 30-50MHz. Lokasi radar di
Pameungpeuk yang terletak di tepi pantai Lautan Hindia selain meningkatkan
pemahaman tentang cuaca dan iklim di Kawasan Barat Indonesia, juga akan mendukung
informasi tentang fenomena-fenomena seperti ENSO dan QBO yang menjadi perhatian
pakar iklim dunia. Dengan pengaturan arah pancar sinyal yang ditransmisikan, radar VHF
TRAINERS dapat juga dipakai untuk penelitian irregularitas ionosfer pada lapisan E dan
F seperti fenomena ES dan ESF, serta penelitian VHF-TEP di daerah ekuator.
Pada tahun 2006, telah dilakukan studi literatur tentang prinsip dasar, teknik dasar,
prinsip instrumentasi, antena radar atmosfer, perancangan sistem instrumentasi dan
konfigurasi radar VHF LAPAN. Pengetahuan tentang perangkat keras dan lunak radar
atmosfer juga diperoleh dari Workshop and Training on Atmospheric Radar di Bandung
dan ISAR-NCU (International School of Atmospheric Radar di National Central
University, Chung-Li Taiwan). Telah dikaji berbagai aspek sistem instrumentasi radar
VHF LAPAN mulai dari jenis radar, hamburan koheren, modulasi pulsa, deteksi koheren,
sistem antena, pemancar, penerima, pembangkit pulsa, kontroler, konverter A/D,
pemroses data, dan lain-lain. Juga telah dibuat desain perangkat keras radar VHF LAPAN
termasuk data teknis peralatan yang digunakan. Pengadaan penerima dan pemancar radar
150MHz dari India telah dilakukan sedangkan sistem antena Yagi, generator sinyal pulsa
radar 150MHz dan pengontrolan radar berbasis ME-4660S DAQ Card dan perangkat
lunak LabVIEW Professional versi 8 dibangun sendiri oleh LAPAN. Gedung radar dan
lahan antena telah disiapkan di SPD Pameungpeuk.
Sebagai tindak lanjut, pada tahun 2007 akan dilakukan instalasi dan pengoperasian
radar VHF LAPAN 1 kW di Pameungpeuk. Pada tahun 2008 akan dilakukan
pengembangan lebih lanjut yang berupa peningkatan daya hingga 10 kW, pengembangan
sistem antena, penerima digital, pemrosesan dan analisis data, serta terlaksananya operasi
radar secara rutin.

Kata Kunci : radar VHF LAPAN, frekuensi 150MHz, daya puncak 1kW, sistem antena,
pemancar, penerima, generator sinyal pulsa radar, pengontrol radar

1
1 PENDAHULUAN

Proyek kerjasama TRAINERS (Terrestrial Research of Atmosphere and Ionosphere


using Radiowave System) didukung oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional) Indonesia, DLR (Deutsche Zentrum für Luft und Raumfahrt) Jerman, and ISRO
(Indian Space Research Organisation) India. Proyek TRAINERS merupakan proyek
kerjasama multi-nasional yang terbuka bagi peserta lainnya. Saat ini University of
Leipzig, University of Chemnitz (TUC), Max-Plank Institut (MPI) - Jerman, serta
Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) dan University of Kyoto -
Jepang telah menunjukkan minat dan aktivitas untuk ikut berpartisipasi. Pada proyek
TRAINERS akan dibangun sebuah radar atmosfer TRAINERS 150 MHz 10 kW di
Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat yang akan digunakan untuk memantau perilaku
atmosfer dan ionosfer di kawasan Barat Indonesia. Kegiatan dalam proyek ini cukup
unik, karena adanya kegiatan mengkonstruksi sistem radar VHF dari awal dan
menciptakan komunitas pengguna ilmiah yang kompeten dari semua pendukung proyek.
Juga terdapat misi pendidikan teknologi, rekayasa, riset ilmiah, dan penanganan logistik
yang berguna bagi LAPAN (Joergen Roettger, 2004).
Penggunaan frekuensi 150MHz ini cukup unik karena radar atmosfer/ionosfer VHF
umumnya menggunakan frekuensi antara 30 - 50MHz, misalnya di Kototabang-
Bukittinggi EAR (Equatorial Atmospheric Radar) 47MHz, radar VHF Nagoya 38.5MHz,
sedangkan radar VHF Chung-Li di Taiwan 52MHz. Penelitian penggunaan frekuensi 150
MHz ini yang menyebabkan DLR, ISRO dan institusi lainnya tertarik untuk berpartisipasi
dalam proyek TRAINERS.
Akan dapat diperoleh informasi tentang Planetary Boundary Layer (PBL), komponen
spektral dari hamburan dan angin di atmosfer hingga ketinggian 18 km (Joergen Roettger,
2004). Lokasi radar di Pameungpeuk yang selain meningkatkan pemahaman tentang
cuaca dan iklim di Kawasan Barat Indonesia, juga akan mendukung informasi tentang
fenomena-fenomena seperti ENSO (El-Nino and Southern Oscillation) dan QBO (Quasi
Biennial Oscillation) yang menjadi perhatian pakar iklim dunia (Eddy Hermawan, 2005).
Data radar TRAINERS di Pameungpeuk juga merupakan data pembanding atau
komplemen dari data EAR di Kototabang.

2 PRINSIP DASAR RADAR ATMOSFER

Teknologi radar (Radio Detection And Ranging) dikembangkan saat PD II untuk


mendeteksi pesawat terbang, namun sebenarnya teknik dasar radar digunakan pertama
kali oleh Sir Edward Victor Appleton pada tahun 1920 untuk riset ionosfer. Penggunaan
radar untuk sains dimulai setelah PD II dipelopori oleh para ahli pengetahuan yang
bekerja pada radar saat itu. Teknik radar yang digunakan untuk pengamatan atmosfer
dimulai dari teknik pengamatan ionosfer dengan ionosonda yang merupakan simbol awal
sejarah pengamatan dengan radar, dan dilanjutkan dengan pengembangan pengamatan
memakai berbagai tipe radar seperti radar refleksi parsial, radar meteor, radar hamburan
koheren dan inkoheren.
Target (sasaran) pada radar atmosfer adalah atmosfer bumi yang trasparan. Target ini
lebih tepat disebut sebagai echo udara bebas dari atmosfer bumi yang dihasilkan oleh
fluktuasi indeks refraksi atmosfer. Radar atmosfer (atmospheric radar) mirip dengan

2
radar cuaca (weather radar) yang dipakai untuk mengamati presipitasi udara sebagai
target utamanya. Banyak kesamaan prinsip antara radar cuaca dengan radar atmosfer.
Perbedaan utamanya adalah radar atmosfer dirancang khusus untuk mengamati echo
udara bebas. Perbedaannya mempengaruhi pemilihan frekuensi, kebutuhan sensitivitas,
dan cara memproses data.
Radar cuaca biasanya menggunakan frekuensi pada band SHF (3-30 GHz),
sedangkan radar atmosfer menggunakan frekuensi yang lebih rendah yaitu HF (3-30
MHz), VHF (30-300 MHz), atau UHF (300 MHz-3 GHz). Radar cuaca mengamati
daerah horisontal atmosfer yang lebarnya hingga radius beberapa ratus km dengan cara
menscanning antenanya pada sudut elevasi yang rendah. Sebaliknya sebagian besar radar
atmosfer mengamati daerah dengan sudut yang sempit di sekitar zenith, namun dengan
cakupan arah vertikal yang jauh lebih tinggi dari radar cuaca (Toru Sato, 1988).
Radar atmosfer seperti radar TRAINERS yang dipakai untuk mengamati struktur dan
dinamika lapisan troposfer, stratosfer, dan mesosfer, juga termasuk jenis radar MST
(Mesosfer-Stratosfer-Troposfer).

3 RADAR VHF LAPAN

Di lingkungan LAPAN timbul gagasan dan inisiatif untuk membuat sendiri sebuah
prototipe radar VHF atau radar VHF TRAINERS versi kecil (mini) yang dapat digunakan
untuk pengamatan awal atmosfer dan ionosfer. Radar VHF LAPAN ini akan dioperasikan
juga pada frekuensi 150 MHz dengan daya 1 kW. Dengan daya radar ini, diperhitungkan
dapat diamati atmosfer hingga ketinggian 2 km. Adanya fasilitas pengaturan arah pancar
antena radar memungkinkan dilakukannya penelitian VHF-TEP (Very High Frequency –
Trans Equatorial Propagation) di ekuator bersama NCU (National Central University)
Taiwan. Peningkatan daya radar hingga 10 kW dan konfigurasi antena yang sesuai akan
meningkatkan ketinggian atmosfer yang dapat diamati dan memungkinkan pengamatan
irregularitas di ionosfer seperti fenomena ES (E-sporadic) dan ESF (Equatorial Spread
F) pada ketinggian antara 100-500 km (Joergen Roettger, 2004; Mohamad Sjarifudin,
2004). Dengan demikian radar VHF LAPAN sebenarnya merupakan basis dari sistem
radar TRAINERS.
Dengan bimbingan dari DLR Jerman dan ISRO India, telah dibuat desain sistem
instrumentasi perangkat keras radar VHF LAPAN. Desain ini mengacu pada teknologi
saat ini serta pemakaian komponen radar yang murah dan ada di pasaran bebas tanpa
mengabaikan persyaratan teknis yang harus dipenuhi. Beberapa komponen radar yang
digunakan seperti misalnya antena radar dan generator pembangkit sinyal pulsa 150 MHz
telah dirancang dan dibuat sendiri oleh LAPAN.
Untuk itu pada tahun anggaran 2006 dimulai pembangunan radar VHF LAPAN yang
dituangkan dalam bentuk program kegiatan penelitian berjudul Pembangunan Radar VHF
LAPAN di Pameungpeuk (Mohamad Sjarifudin dkk., 2006). Pada program penelitian
tahun 2006 telah diperoleh konfigurasi awal perangkat keras radar VHF terdiri dari
pemancar berupa 150MHz 1kW T-R Module, penerima 150MHz 3-kanal, modul antena
Yagi untuk pemancar dan penerima 1-kanal, serta sistem pengontrol radar berbasis ME-
4660S DAQ Card dengan memakai perangkat lunak LabVIEW Professional versi 8.
Telah dilakukan pengujian skala laboratorium pada modul antenna Yagi, 150MHz T-R

3
Module dan penerima 150 MHz dengan bantuan DLR, TUC, ISRO dan NARL. Gedung
radar dan lahan untuk antena telah tersedia di SPD Pameungpeuk.
Pada tahun 2007, kegiatan ini dilanjutkan dengan judul Pembangunan Radar VHF
LAPAN di Pameungpeuk Tahap Kedua. Target tahun 2007 adalah instalasi dan
pengoperasian radar VHF LAPAN dengan daya 1 kW. Tahun 2008 akan dilakukan
pengembangan lebih lanjut yang berupa peningkatan daya hingga 10 kW, pengembangan
sistem antena, penerima digital, pemrosesan dan analisis data, serta terlaksananya operasi
radar secara rutin.

3.1 Karakteristik umum radar VHF LAPAN

Radar VHF LAPAN dengan frekuensi 150MHz , daya pancar puncak 1kW, sistem
antena pemancar-penerima masing-masing terdiri dari empat buah antena Yagi, dan
memakai penerima analog tiga kanal, merupakan versi mini radar TRAINERS dengan
daya 10kW, sistem antena Yagi sebanyak 128 buah, dan penerima digital 5 kanal.
Kesamaannya selain pada frekuensi operasi 150MHz juga pada mode pengukurannya
yaitu mode SAD (Spaced-Antenna-Drift) dan DBS (Doppler Beam Swinging). Juga
keduanya dapat dipakai untuk aplikasi riset atmosfer dan riset ionosfer. Radar VHF
LAPAN termasuk radar multi-statik karena menggunakan satu pemancar dan tiga
penerima serta antena masing-masing yang terpisah (Joergen Roettger, 2004).
Target radar VHF LAPAN adalah lapisan atmosfer netral maupun bermuatan listrik
yang transparan dan terdistribusi yang termasuk jenis target lunak. Adanya fluktuasi
indeks refraksi radio pada atmosfer akan menimbulkan hamburan balik sinyal radar yang
ditransmisikan.
Sensitivitas radar VHF LAPAN yang menunjukkan kualitasnya ditentukan oleh
indikator radar PAP (Power Aperture Product) = Pa.Ae, dimana Pa adalah daya rata-rata
pemancar dan Ae adalah luas effektif antena. PAP radar VHF LAPAN dengan daya pancar
puncak 1kW, siklus kerja 25%, dan memakai empat buah antena Yagi besarnya adalah 2 x
103 Wm2. Harga PAP ini masih jauh di bawah PAP radar MST Gadanki (5 x 10 8 Wm2)
dan radar Wind Profiler SHAR (4 x 107 Wm2) di India (Viswanathan G., 2004). PAP radar
VHF LAPAN akan menjadi 6.4 x 10 5 Wm2 bila dayanya 10kW dengan antena Yagi
sebanyak 128 buah. Penggunaan antena Yagi sebanyak 256 buah akan meningkatkan PAP
nya menjadi 6.4 x 106 Wm2.

3.2 Sistem antena radar VHF LAPAN

Sistem antena pemancar radar atmosfer (MST) didesain agar menghasilkan pancaran
sinyal quasi-vertikal dengan sudut zenith ≤ 20o dengan memakai antena polarisasi linier
(horisontal). Sistem antena yang umum digunakan saat ini adalah susunan antena Yagi
(Yagi array antennas) yang terdiri dari sejumlah antena tunggal Yagi. Radar MU Jepang
terdiri dari 475 buah antena crossed-Yagi, EAR Kototabang: 560 antena Yagi tiga elemen,
radar VHF Nagoya Kototabang: 18 antena Yagi tiga elemen, radar VHF Chung-Li: 192
antena Yagi empat elemen, radar TRAINERS: 256 antena Yagi 4 elemen (rencana),
sedangkan radar VHF LAPAN dari empat buah antena Yagi empat elemen akan
ditingkatkan secara bertahap menjadi 64 buah dan kemudian menjadi 128 buah antena
Yagi empat elemen. Jumlah antena Yagi radar VHF LAPAN yang besar akan

4
meningkatkan penguatan sinyal ditransmisikan dan diterima melalui lobe utama antena
dan mengurangi penguatan sinyal derau (noise) yang masuk melalui lobe samping antena
yang berarti meningkatkan kemampuan penerima radar untuk mengurangi derau yang
berasal dari radio interferensi, sky noise, internal, DC, langit (petir, pesawat udara,
satelit), sea clutter, dan proses ADC seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3-1: Sinyal yang diterima radar VHF LAPAN

Secara teknis, sistem antena radar VHF LAPAN terdiri dari antena-antena Yagi 4
elemen phasa horisontal yang membentuk suatu phased array dalam bentuk sistem
modular, dimana setiap modul antena terdiri dari empat antena Yagi dengan 4-port power
splitter/combiner seperti terlihat pada Gambar 3-2. Sudut azimuth dan elevasinya (beam-
steering) dapat diatur dengan rotator azimuth-elevasi rotator KR-5500. Power
splitter/combiner berfungsi mengatur fase dari setiap antena pemancar dan membagi daya
input dari pemancar secara merata pada keempat antena tersebut.
Radar VHF Chung-Li mengatur beam-steering 192 (konfigurasi 3 x 8 x 8) antenna
Yagi dengan active phased array antenna system. Dengan demikian radar VHF LAPAN
pun merupakan spaced/phased array radar dimana pada tahap awal direncanakan
penggunaan satu modul antena pemancar dan tiga modul antena penerima.

Gambar 3-2: Modul 4 antenna Yagi dengan power combiner

2.3 Diagram blok radar VHF LAPAN

Diagram blok radar VHF LAPAN ditunjukkan pada Gambar 3-3. Penguat daya
pemancar (TX amplifier) berupa 150MHz, 1kW T-R Module telah dibeli dari Vikas
Communication Pvt. Ltd. India (vikascommunication@rediffmail.com), sedangkan
penerima 150 MHz tiga kanal dalam tahap pembelian dari United System Engineering
Ltd. India (unisysindia@netscape.net). Sistem modul antena Yagi empat elemen untuk
penerima dan pemancar radar telah dibuat sendiri oleh LAPAN. Generator sinyal pulsa
RF 150 MHz untuk pemancar dan sistem kontrol radar juga dibuat sendiri oleh LAPAN

5
dengan berbasis Meilhaus ME-4660S DAQ Card (http://www.meilhaus.com) dan
pengontrolan berbasis perangkat lunak LabView Professional versi 8.

Gambar 3-3: Diagram blok radar VHF LAPAN

3.4 Modul penguat daya pemancar 150 MHz 1 kW

Diagram blok penguat daya pemancar yang berupa 150MHz 1kW T-R Module dan
telah dibeli dari Vikas Communication Pvt. Ltd. India terlihat pada Gambar 3-4,
sedangkan spesifikasinya ditunjukkan pada Tabel 3-1.

Gambar 3-4: Diagram blok modul T-R 150 MHz 1 kW

Tabel 3-1: Spesifikasi modul T-R 150 MHz 1 kW

Operating frequency : 150 Pulse width: 0.5 – 200 μs


MHz
Input power: - 5 dBm maks Duty ratio: Up to 10%
Output power: 1 kW Rise / Fall time: 100 ns
Bandwidth: >3.4 MHz Operating temperature: 10-
55oC
Harmonic level: < 40 dB Power supply: 220 VAC, 50
Hz
Mode of operation: Pulsed Weight: < 10 kg
Control & monitor : RS-422 interface

6
Agar menghasilkan sinyal output pulsa 150MHz 1kW, maka modul T-R 150 MHz 1
kW perlu mendapat input sinyal input 150MHz maksimum sebesar – 5dBm. Sinyal ini
dibangkitkan pada Generator sinyal pulsa RF 150 MHz. Pengontrolan dan monitoring
modul ini menggunakan RS-422 interface.

3.5 Penerima radar VHF LAPAN

Spesifikasi penerima radar VHF LAPAN 150 MHz tiga kanal yang sedang dibeli dari
United System Engineering Ltd. India (USE) ditunjukkan pada Tabel 3-2.

Tabel 3-2: Spesifikasi penerima radar VHF LAPAN

Operating frequency : 150 MHz


LO frequency: 120 MHz
IF frequency: 30 MHz
Bandwidth: 3.4 MHz
Overall gain: 45 – 80 dB (in step of 5 dB)
Gain control: Manual
IF output compression point: + 8 dBm
Detector type: Coherent quadrature
Video (LPF) bandwidth: 1 MHz
Max video output: +/- 5.0 V
Power supply: 220 VAC, 50 Hz

Desain blok diagram penerima radar VHF LAPAN dikembangkan sendiri dari desain
standar penerima VHF buatan USE. Desain standar penerima VHF USE terlihat pada
Gambar 3-5 sedangkan desain penerima radar VHF LAPAN terlihat pada Gambar 3-6.
Pada desain ini sinyal LO IN 120+∆F MHz untuk penerimaan sinyal radar 150+∆F MHz
dimasukkan melalui input LO IN di bawah pengontrolan LO switch. Sinyal 120MHz
OUT, 150MHz OUT, dan 30MHz OUT akan digunakan untuk membangkitkan sinyal LO
IN 120+∆F MHz dan sinyal pulsa radar 150+∆F MHz.

Gambar 3-5: Diagram blok standar penerima VHF USE

7
Gambar 3-6: Diagram blok penerima radar VHF LAPAN 150MHz

Dari penerima radar 150MHz tiga kanal ini akan diperoleh enam buah sinyal output
yang terdiri dari tiga sinyal output in-phase dan tiga sinyal output quadrature yang
merupakan sinyal nyata dan imajiner dari sinyal output penerima radar.

3.6 Generator sinyal pulsa RF 150-152 MHz

Diagram blok generator pulsa RF 150-152MHz -5dBm ditunjukkan pada Gambar 3-


7. Sinyal kontinyu 150-152MHz yang dihasilkan dari penerima radar akan dicampur
dengan sinyal-sinyal pulsa yang dibangkitkan dari Meihaus ME-4660S DAQ Card pada
RF Pulse Generator dengan menggunakan ADEX-10L Frequency Mixer yang
mempunyai frekuensi kerja 10Hz-1.5GHz, 7.2dB conversion loss, mampu mencampur
50mW RF Power dengan arus IF 40mA. Output dari RF Pulse Generator akan berupa
sinyal-sinyal pulsa 150-152MHz -5dBm yang akan dipakai untuk mendorong modul T-R
150 MHz 1 kW.

Gambar 3-7: Diagram blok generator pulsa RF 150-152 MHz

Untuk keperluan pengujian modul T-R 150MHz 1kW diperlukan dua jenis pulsa.
Pulsa jenis pertama adalah pulsa untuk membuat modul T-R dalam keadaan ON
(transmit). Pulsa ini harus muncul di depan (leading) pulsa kedua sekitar 6 μdet dan
berakhir 1 μdet setelah pulsa kedua yang lebarnya antara 1-10 μdet (sesuai siklus kerja
sinyal radar diinginkan). Kedua jenis pulsa ini untuk operasi radar akan dibangkitkan dari

8
ME-4660S DAQ Card, namun untuk pengujian modul T-R dibangkitkan oleh Generator
Pulsa berbasis mikrokontroler 8-bit Atmel AT89C2051. Rangkaian listrik generator pulsa
ini dan bentuk sinyal pulsa yang dibangkitkan ditunjukkan pada Gambar 3-8. Sedangkan
diagram blok rangkaian pengujian modul T-R ditunjukkan pada Gambar 3-9. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa modul T-R 150MHz 1kW telah berfungsi dengan baik.

Gambar 3-8: Generator pulsa

Gambar 3-9: Diagram blok pengujian modul T-R 150MHz 1kW

3.7 Pengontrolan radar dan pengolahan awal sinyal radar

Pengontrolan operasi radar dan pengolahan awal sinyal radar yang diterima oleh
penerima radar VHF LAPAN dilakukan dengan menggunakan Meihaus ME-4660S DAQ
Card di bawah pengontrolan perangkat lunak LabVIEW Professional versi 8. dari
National Instrument. ME-4660S merupakan 16-bit ADC (Analog to Digital Converter)
dengan 16 A/D channel dimana 8 diantaranya mempunyai kemampuan S/H (Sample and
Hold) yang memungkinkan digitasi 8 buah sinyal analog secara simultan. Laju kecepatan
pencuplikan (sampling rate) adalah 500kHz dengan 4 buah Port I/O 8-bit. Diagram blok
dari Meihaus ME-4660S DAQ Card (Meilhaus Editor, 2005) dapat dilihat pada Gambar
3-10. Dengan demikian, fungsi dari ME-4660S:
a. Mengubah 6 sinyal baseband in-phase dan quadrature (output dari penerima radar)
dari bentuk sinyal analog menjadi sinyal digital.
b. Membuat sinyal pulsa bagi RF-Pulse Generator yang akan membangkitkan pulsa-

9
pulsa 150 MHz bagi pemancar radar.
c. Mengendalikan operasi radar di bawah pengontrolan perangkat lunak LabVIEW
Professional versi 8 dari National Instruments.
Pemilihan perangkat lunak LabVIEW Professional versi 8 dari National Instruments
sebagai pengontrol operasi radar dan akuisisi data awal sinyal radar, didasarkan pada
kemampuan perangkat lunak tersebut yaitu:
a. LabVIEW merupakan perangkat lunak pemrogaman secara grafis bagi insinyur dan
ahli pengetahuan.
b. Program-program pada LabVIEW disebut Virtual Instruments (VIs), karena tampilan
dan operasinya meniru instrument secara fisik.
c. Berisi sekumpulan alat-alat untuk akuisisi, analisis, peragaan, dan penyimpanan data.
d. Dapat dipakai untuk berkomunikasi dengan perangkat keras seperti data acquisition,
vision, dan motion control devices, seperti peralatan GPIBV, PXI, RS232, dan
RS485

Gambar 3-10: Diagram blok Meihaus ME-4660S DAQ Card

4 KESIMPULAN

a. Radar VHF LAPAN yang diawali dengan adanya proyek multi-nasional TRAINERS
yang didukung oleh LAPAN Indonesia, DLR Jerman, dan ISRO India, merupakan
radar VHF yang unik karena dioperasikan pada 150MHz dan lokasinya di
Pameungpeuk Garut, Jawa Barat terletak di tepi laut.
b. Radar VHF LAPAN dengan frekuensi 150 MHz , daya pancar puncak 1kW, sistem
antena pemancar-penerima masing-masing terdiri dari empat buah antena Yagi, dan
memakai penerima analog tiga kanal, merupakan versi mini radar TRAINERS dengan
daya 10 kW, sistem antena Yagi sebanyak 128 buah, dan penerima digital 5 kanal.
c. PAP radar VHF LAPAN dengan daya pancar puncak 1kW, siklus kerja 25%, dan
memakai empat buah antena Yagi besarnya adalah 2 x 10 3 Wm2. Harga PAP ini masih
jauh di bawah PAP radar MST Gadanki (5 x 108 Wm2) dan radar Wind Profiler SHAR

10
(4 x 107 Wm2) di India. PAP radar VHF LAPAN akan menjadi 6.4 x 10 5 Wm2 bila
dayanya 10kW dengan antena Yagi sebanyak 128 buah. Penggunaan antena Yagi
sebanyak 256 buah akan meningkatkan PAP nya menjadi 6.4 x 106 Wm2.
d. Sistem antena radar VHF LAPAN terdiri dari antena-antena Yagi 4 elemen phasa
horisontal yang membentuk suatu phased array dalam bentuk sistem modular,
dimana setiap modul antena terdiri dari empat antena Yagi dengan 4-port power
splitter/combiner telah dibuat sendiri oleh LAPAN.
e. Penguat daya pemancar radar VHF LAPAN berupa 150MHz, 1kW T-R Module yang
dibeli dari Vikas Communication Pvt. Ltd. India telah diuji dan berfungsi dengan
baik.
f. Penerima radar VHF LAPAN 150MHz tiga kanal dibeli dari United System
Engineering (USE) Ltd. India dimana desain penerima tersebut dikembangkan dari
desain standar penerima 47 MHz buatan USE.
g. Generator sinyal pulsa RF 150 MHz untuk pemancar dan sistem kontrol radar juga
dibuat sendiri oleh LAPAN dengan berbasis Meilhaus ME-4660S DAQ Card dan di
bawah pengontrolan berbasis perangkat lunak LabView Professional versi 8.
h. Meilhaus ME-4660S merupakan 16-bit ADC (Analog to Digital Converter) dengan
16 A/D channel dimana 8 diantaranya mempunyai kemampuan S/H (Sample and
Hold) yang memungkinkan digitasi 6 buah sinyal analog in-phase dan quadrature
output penerima radar secara simultan.

DAFTAR PUSTAKA

Eddy Hermawan,, 2005, Trainers, Radar Unik di Garut, Harian Pikiran Rakyat, hal 17,
17 Februari 2005, Bandung.
Joergen Roettger, 2004, Terrestrial Research by Atmosphere and Ionosphere Networks
Employing Radio Science, TRAINERS Multinational Project for Equatorial
Atmosphere and Ionosphere Studies 1st Workshop, Bandung.
Mohamad Sjarifudin, 2004, Ionospheric Observations in Indonesia : Ionospheric
Research Possibilities by Using VHF Radar, TRAINERS Multinational Project for
Equatorial Atmosphere and Ionosphere Studies 1st Workshop, Bandung.
Meilhaus Editor, 2005, Manual ME-4650/4660/4670/4680, Meilhaus Electronic Manual,
(http://www.meilhaus.com).
Mohamad Sjarifudin, Aries Kurniawan, Adi Purwono, Peberlin Sitompul, 2006, Sistem
Instrumentasi dan Konfigurasi Perangkat Keras Radar VHF LAPAN, Seminar
Nasional Sains Antariksa III, LAPAN, Bandung
Viswanathan G., 2004, A Wind Profiler for Satish Dhawan Space Centre-Shar,
TRAINERS Multinational Project for Equatorial Atmosphere and Ionosphere Studies
1st Workshop, Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai