Anda di halaman 1dari 7

Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005 Sari Pediatri, Vol. 7, No.

3, Desember 2005: 125 - 131

Masalah Etis dalam Proses Pengambilan Keputusan


pada Praktik Pediatri
Sudigdo Sastroasmoro

Masalah etika dalam praktik pediatri membawa masalah tersendiri karena ketidakmampuan
sang pasien (bayi atau anak) untuk memberikan informed consent. Pada umumnya secara
legal dan etis orangtua pasien dianggap sebagai pihak yang berhak memberikan persetujuan
untuk tindakan pengobatan maupun diagnostik. Namun hal tersebut harus dibatasi selama
tindakan orangtua tersebut memberi kebaikan pada anak, atau setidaknya tidak
memperburuk keadaan pasien. Dokter anak harus siap dengan konsep informed consent
(yang diberikan oleh anak remaja atau dewasa muda), parental permission (izin), serta
meminta assent kepada anak untuk melakukan tindakan medis terutama yang bersifat
traumatik, invasif, atau membawa bahaya tertentu. Dalam tiap kesempatan sebaiknya
dokter anak selalu meminta persetujuan kepada pasien selama yang bersangkutan sudah
memahami (meskipun sebagian) keuntungan dan kerugian bila suatu tindakan dilakukan
atau tidak dilakukan. Kunci utama dalam pelaksanaan etika dalam praktik adalah
komunikasi yang harus terselanggara dengan baik antara dokter, orangtua, dan anak.
Implikasi legal dari perbuatan yang tidak etis dapat terjadi bila perbuatan dokter yang
tidak etis tersebut menyebabkan kerugian di pihak pasien, baik morbiditas, mortalitas,
atau kerugian material. Masalah etika dalam praktik menyangkut setiap langkah dalam
pelayanan pasien, mulai dari appointment, anamnesis, pemeriksaan fisis, tindakan
diagnostik, tindakan pengobatan, dan tindak lanjut. Rekam medis merupakan bagian dari
tugas profesi dokter untuk menjalankannya dengan baik.
Banyaknya tuntutan terhadap apa yang sering dituduhkan sebagai malpractice harus
diwaspadai, dan untuk sebagian berkaitan langsung dengan masalah etika itu sendiri.

Kata kunci: etika, informed conent, parental permission, parental assent, komunikasi.

K
emajuan dan perkembangan ilmu dan memperoleh pelayanan terbaik, efektif, dan efisien serta
praktik kedokteran yang pesat telah aman. 1 Tidak kurang pula kemajuan tuntutan
diikuti dengan kemajuan pemahaman masyarakat akan haknya untuk memperoleh penjelasan
masyarakat tentang hak-haknya ter- yang komprehensif tentang rencana tindakan
hadap pelayanan kesehatan, termasuk tuntutan untuk pencegahan, diagnostik, maupun terapeutik sebelum
tindakan dilakukan, termasuk hak untuk menolak
dilakukannya suatu tindakan.
Alamat korespondensi: Dari pengamatan dan pengalaman sehari-hari kita
Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K).
Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jl.
melihat bahwa pada umumnya sebagian besar rencana
Salemba 6, Jakarta 10430. dokter yang dipandu oleh etika kedokteran untuk
Tel. 314 7342, 315 5742, Fax. 3907743 melakukan yang terbaik kepada pasien berjalan selaras

125
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005

dengan kebutuhan dan pemahaman pasien akan Makalah ini membahas secara ringkas beberapa hal
kebutuhan tersebut. Oleh karenanya sebagian besar penting tentang pengambilan keputusan klinis dalam
praktik seperti yang direncanakan oleh dokter dapat praktik pediatri, disesuaikan dengan keadaan mutakhir
berlangsung dengan baik. Namun tidak jarang terdapat yang berkembang dalam masyarakat kita. Pada akhir
konflik antara rencana dokter di satu sisi dengan uraian disajikan beberapa contoh masalah etika dalam
pendapat dan preferensi pasien di lain sisi. Bila hal ini praktik pediatri yang dijumpai sehari-hari.
terjadi maka dokter sebagai pihak yang paling berperan
dalam praktik kedokteran harus memahami dan
merujuk kembali pada hal-hal yang berkaitan dengan Pediatri sebagai disiplin tersendiri
etika praktik, termasuk hak-hak pasien yang perlu
dihormati. Spesialisasi ilmu kesehatan anak pada awalnya
Dalam perkembangannya, masalah etika makin merupakan bagian dari spesialisasi ilmu penyakit
dipengaruhi oleh banyak hal. 1 Kemajuan dalam dalam. Kesadaran untuk memisahkan pediatri dari
kedokteran membawa perubahan serta masalah etika ilmu penyakit dalam diawali dengan pemahaman
tersendiri; terdapat hal-hal yang dahulu dianggap tidak bahwa terdapat aspek khas dalam pediatri yang ”tidak
etis sekarang berkembang menjadi etis, sebaliknya ada terdapat” dalam disiplin ilmu penyakit dalam, yakni
hal-hal yang dahulu dianggap etis sekarang menjadi aspek pertumbuhan dan perkembangan atau tumbuh-
tidak etis. Kemajuan masyarakat secara keseluruhan kembang.
mengakibatkan berkembangnya kemampuan pe- Dalam bahasa yang lazim digunakan, ”anak
nguasaan materi kedokteran dan kesehatan pada bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini”. Kalimat
sebagian orang. Hal ini ditunjang oleh berkembangnya ini memperlihatkan bahwa meskipun secara umum
sistem informasi dan komunikasi, baik melalui media semua organ pada anak sama fungsinya dengan organ
massa cetak, elektronik, serta internet. dewasa, namun semua organ pada anak masih dalam
Perhatian yang makin meningkat akhir-akhir ini tahapan pertumbuhan dan perkembangan, sesuai
terhadap hak asasi manusia yang juga merupakan dengan aspek fisiologis anak. Jadi bukan hanya
perhatian pelbagai badan dunia menjadikan masalah bentuknya saja yang kecil, namun kualitas fungsinya
etika dalam praktik kedokteran menjadi semakin pun berbeda, sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
kompleks. Demikian pula perubahan dan per- perkembangannya. Ukuran anatomis yang normal
kembangan sistem kesehatan di masing-masing negara untuk manusia dewasa dapat dianggap abnormal untuk
membawa konsekuensi etis (dan legal) dalam anak, dan sebaliknya. Tidak hanya itu; hasil labo-
pelayanan terhadap pasien. Hal ini juga berkaitan ratorium dan pemeriksaan penunjang yang normal
dengan ekonomi kesehatan, termasuk pembiayaan untuk bayi atau anak tidak berarti normal pula untuk
pelayanan kesehatan masyarakat. ukuran dewasa. Sebagai contoh, kadar kalium serum
Masalah etika dalam praktik dapat timbul sejak pada bayi baru lahir adalah tinggi, sampai 7 mEq/liter;
masa sebelum konsepsi (misalnya pemeriksaan genetika dengan kadar ini seorang dewasa dapat mengalami
pranikah) sampai dengan saat-saat terakhir dokter fibrilasi yang mengancam kehidupan. Demikian pula
merawat pasien menjelang ajal (termasuk kapan harus gambaran EKG yang normal untuk bayi, bila
menghentikan pengobatan), atau bahkan saat seorang diterapkan pada orang dewasa akan disimpulkan
pasien telah meninggal (misalnya masalah donor sebagai sangat abnormal.
organ).2,3 Tingkat perkembangan mental pasien juga
Dokter anak sebagai anggota praktisi kedokteran membawa akibat perlunya modifikasi dalam pen-
tentu menghadapi masalah yang sama. Bahkan masalah dekatan diagnostik dan terapeutik. Kemajuan praktik
tersebut menjadi lebih besar karena alasan yang nyata: kedokteran mengharuskan pasien berhak untuk
sebagian besar pasien pediatri belum dianggap cukup memperoleh penjelasan sebelum memberikan
mampu untuk menentukan sikap apakah ia akan persetujuan (informed consent). Hal yang sama juga
menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan berlaku dalam praktik pediatri. Namun karena bayi
kepadanya. Atas alasan inilah maka para dokter anak dan anak kecil belum mampu memberikan consent
diharuskan memahami etika praktik pediatri selain maka perlakuannya juga berbeda. Pada umumnya
memahami etika praktik secara umum. orangtua pasien dainggap mempunyai hak dan

126
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005

kewajiban moral dan legal untuk memberikan dinyatakan sebagai praktik yang tidak etis, karena:5
persetujuan tindakan yang akan diberikan kepada 1. Asas beneficence (menguntungkan) tidak terpenuhi
anaknya.4 karena tidak terdapat evidence yang valid bahwa
tindakan tersebut bermanfaat.
2. Asas non-maleficence (tidak merugikan) juga tidak
Dasar-dasar etika praktik kedokteran dipenuhi karena tindakan bedah, bagaimanapun
kecilnya, menyebabkan rasa sakit dan membawa
Pada umumnya kontrak antara pasien dan dokter potensi risiko terjadinya efek samping, misalnya
dimulai dengan wawancara antara dokter dengan perdarahan, infeksi, atau reaksi alergi akibat obat
pasien. Selain mendengar keluhan dan riwayat anestsi.
penyakitnya, pada kesempatan tersebut dokter harus 3. Asas justice (keadilan) tidak terpenuhi karena di
dapat menangkap apa maksud pasien berkonsultasi, luar kehendaknya bayi telah dirampas bagian
dengan kata lain dokter harus mengerti benar harapan tubuhnya yang utuh dan masih berfungsi.
pasien. Bila dokter menyanggupi untuk memenuhi 4. Asas autonomy (autonomi) jelas tidak dipenuhi oleh
harapan pasien, maka kontrakpun terjadilah. Dalam karena izin untuk melakukan sirkumsisi tidak
tahapan ini dokter secara implisit menyatakan bahwa diberikan oleh bayi, melainkan secara ’proxy’ oleh
ia mempunyai kompetensi untuk mengatasi masalah orangtuanya.
pasien, dan ia bersedia untuk memberikan pelayanan
terbaik dan etis. Di lain sisi pasien juga berkewajiban Catatan: Sirkumsisi atas alasan agama atau kepercayaan
untuk bekerja sama dengan dokter, dalam arti dikesampingkan dalam hal ini.
mengikuti petunjuk atau instruksi dokter yang
berkaitan dengan tindakan atau pengobatan yang telah
dijelaskan dan disetujui sebelumnya.1 Beberapa pertimbangan dalam proses
Sebagai tenaga profesional dokter harus senantiasa pembuatan keputusan dalam praktik
mendasarkan tugasnya pada profesionalisme yang pediatri
dapat dipandang memiliki dimensi kompetensi,
akuntabilitas, altruisme, kolegialitas, serta etika. Tiap Para dokter telah memahami bahwa untuk melakukan
dimensi tersebut dapat diuraikan menjadi komponen- tindakan medis, baik diagnostik maupun terapeutik
komponen yang relevan. Dalam etika hubungan yang mengandung risiko diperlukan informed consent,
dokter-pasien, terdapat 4 hal utama atau asas yang atau persetujuan setelah penjelasan. Hal ini tidak dapat
menjadi landasan bagi dokter, yakni asas beneficence, diberlakukan kepada pasien anak; karenanya diper-
non-maleficence, justice, dan autonomy.1,4 Meskipun lukan pihak lain yang dianggap dapat ”mewakili”
asas-asas tersebut tampak sederhana dan mudah pasien bayi atau anak untuk keperluan tersebut.1,4,6,7
dimengerti, namun penerapannya dalam praktik tidak Di lain sisi sulit diterima untuk mengatakan bahwa
jarang menimbulkan konflik, dari yang paling orangtua mempunyai hak penuh untuk mewakili anak
sederhana sampai yang paling kompleks; lebih-lebih dalam memberikan informed consent. Besarnya masalah
bila diingat bahwa tidak semua praktik kedokteran perlakuan salah dan penelantaran anak (child abuse and
didasarkan pada evidence yang kuat. neglect) mengingatkan kita bahwa tidak semua
Salah satu contoh yang cukup kontemporer adalah orangtua atau pengasuh memberikan yang terbaik
masalah sirkumsisi pada neonatus lelaki. Di negara- untuk anak.8
negara Barat praktik ini dahulu dilakukan secara luas Anak bukanlah bagian dari orangtuanya. Ia
oleh para dokter, dengan asumsi: (1) sirkumsisi dapat merupakan individu terpisah. Ia memiliki hak-hak
mengurangi kejadian kanker penis, (2) sirkumsisi pada yang dimiliki oleh orang dewasa.9,10,11 Dokter dan
lelaki dapat mengurangi kejadian kanker serviks pada orangtua tidak dapat menafikan hak anak. Bila
pasangannya. Namun kemudian ternyata bahwa kedua seseorang ayah atau ibu membawa anaknya ke dokter,
hal yang dijadikan alasan utama tersebut tidak yang menjadi pasien adalah sang anak, bukan
memiliki evidence yang sahih. Karenanya sirkumsisi orangtuanya. Karenanya tanggung jawab utama dokter
non-terapeutik, yang dulu dianjurkan sekarang juga harus kepada pasiennya, anak tersebut, bukan
menjadi wacana, bahkan di banyak negara telah kepada orangtuanya. Pasien anak harus menjadi

127
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005

pertimbangan utama dokter. Dengan demikian maka Pendekatan yang lazim dilakukan terhadap pasien
keputusan untuk melakukan atau tdak melakukan dewasa tersebut dapat diterapkan pada kelompok
sesuatu harus mengacu pada kepentingan anak, bukan remaja yang dianggap sudah memiliki kemampuan
orangtua atau yang membawa anak berobat. Dokter untuk memahami informasi dan mengambil ke-
tidak boleh membuat keputusan untuk pasiennya putusan. Biasanya anak yang berusia 14 tahun atau
semata-mata karena keinginan orang lain, meskipun lebih sudah layak untuk memberi informed consent,
orang lain itu adalah orangtua pasien, dengan namun harus disesuaikan dengan kondisi per-
mengabaikan dampaknya terhadap pasien. Hak kembangan individual, besarnya masalah, risiko
orangtua untuk memutuskan sesuatu dalam pelayanan tindakan yang akan dilakukan, dan definisi hukum
medis harus dibatasi pada keputusan yang meng- setempat.
untungkan anak.
Pemahaman atas hak-hak anak juga membawa Parental permission
pada anjuran agar prosedur yang tidak esensial harus
ditunda sampai anak dapat memberikan consent-nya. Bayi dan anak kecil jelas tidak dapat memberikan
Anak harus dilindungi terhadap tindakan yang tidak informed consent. Karenanya proses pengambilan
perlu, dan sedapat mungkin disertakan dalam decision keputusan dalam praktik pediatri menjadi tanggung
making process. Dokter harus selalu mencari izin jawab bersama antara dokter dan orangtua. Orangtua
orangtua, namun dalam keadaan tertentu harus siap pada umumnya dianggap secara legal dan etika
untuk mencari pendapat hukum bila keputusan memiliki hak untuk memilih tindakan yang terbaik
oangtua membawa anak pada risiko yang substansial. bagi anaknya. 7 Dalam keadaan ini dokter harus
berusaha memperoleh izin orangtua (parental
permission) untuk melakukan tindakan medis kepada
Konsep informed consent, parental per- pasien bayi dan anak. Proses untuk memperoleh
mission, dan child’s assent parental permission ini sama dengan proses untuk
memperoleh informed consent yang diuraikan di atas.4,13
Informed consent Perlu diingatkan kembali bahwa beberapa faktor
harus menyebabkan dokter waspada terhadap
Informed consent hanya dapat diberikan oleh orang keputusan orangtua, termasuk keterbatasan pe-
dewasa yang telah mempunyai kemampuan untuk nguasaan orang awam terhadap ilmu kedokteran,
menerima dan mencernakan penjelasan dari dokter. terdapatnya kasus perlakuan salah terhadap anak. Hal-
Pada sebagian besar pasien anak hal tersebut belum hal tersebut, selain faktor agama, kepercayaan, tradisi
dapat diberlakukan. Autonomy pasien sebagai asas dalam pengasuhan anak, dapat membawa orangtua
penting dalam etika hubungan dokter-pasien untuk menolak dilakukannya tindakan pencegahan,
mengandung unsur penjelasan yang benar dan lengkap, diagnostik, dan terapi yang diperlukan oleh anak,
keterbukaan, dan informed consent. Hal terakhir inilah padahal tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa
yang tidak dimilik oleh anak, sehingga ia diwakili oleh anaknya. Dengan kata lain pilihan yang dilakukan oleh
orangtua atau pengasuhnya. orangtua mungkin bukan yang terbaik untuk anaknya
Pada umumnya informed consent diperoleh dengan dipandang dari segi kedokteran.
langkah-langkah sebagai berikut: 12 (1) Dokter
memberikan informasi yang akurat dan lengkap Informed assent
mengenai keadaan medis pasien, jenis, sifat dan tujuan
tindakan, serta risiko tindakan tersebut bila dilakukan Bila yang dihadapi adalah anak yang lebih besar atau
atau bila tidak dilakukan. (2) Dokter meyakini bahwa remaja, maka proses pengambilan keputusan menjadi
informasi tersebut telah dipahami oleh pasien; (3) sedikit berbeda. Dokter harus membimbing orangtua
Dokter memastikan bahwa pasien berada dalam agar pengambilan keputusan dilakukan dengan
keadaan mampu untuk mengambil keputusan; (4) melibatkan anak dalam suatu proses interaktif. Inilah
Dokter meyakini, sedapat mungkin, bahwa pasien yang disebut dengan child’s assent.4 Besarnya peran anak
memberikan keputusan tanpa paksaan atau mani- dalam proses pengambilan keputusan ini sangat
pulasi.1,4 tergantung pada tingkat perkembangan anak, dengan

128
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005

merujuk pada kemampuannya untuk memahami Beberapa contoh


informasi yang diberikan dan kemampuannya 1. Hal yang sehari-hari dihadapi oleh dokter anak
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang memberikan nasihat makanan bayi, dalam hal ini
diberikan tersebut. Selama proses interaktif antara air susu ibu (ASI). Asas utama dalam etika
dokter, orangtua, dan anak ini dokter harus lebih bijak kedokteran ”memberikan yang terbaik kepada
dalam menggunakan kata dan istilah agar mudah pasien” mengandung arti bahwa dokter (anak)
dimengerti oleh anak. Dokter juga harus jeli untuk harus senantiasa menganjurkan agar setiap ibu
menilai bagaimana kemampuan anak menerima yang baru melahirkan memberikan ASI kepada
informasi, reaksi anak selama dan setelah diberikan bayinya. Banyaknya keuntungan dan nyaris tidak
informasi, serta tingkat kemandiriannya dalam adanya kerugian pemberian ASI merupakan
memberikan pendapat atau keputusan. jaminan bahwa ASI memang yang terbaik untuk
Pengecualian terhadap keperluan memperoleh bayi. Namun tidak jarang sang ibu (terus terang
consent, permission, atau assent dapat berbeda antara atau tersembunyi) enggan untuk memberikan ASI,
satu negara dengan negara lainnya. Pengecualian dapat atau hanya mau sekedarnya (”kalau nanti cukup
diklasifikasi berdasarkan pelbagai aspek:1,4,14,15 ASI-nya”). Dalam hal ini dokter harus memberikan
1. Pengecualian atas dasar keadaan gawat darurat. waktu yang cukup untuk memotivasi pemberian
Untuk pelayanan gawat darurat, lebih-lebih ASI dengan alasan yang akurat dan jelas. Dokter
terhadap keadaan yang membahayakan jiwa, tidak yang tidak melakukan upaya ini dapat dianggap
diperlukan consent atau permission, namun dokter melanggar etika.16,17
wajib berusaha untuk memperolehnya segera 2. Peserta Program Dokter Spesialis (PPDS) De-
setelah keadaan memungkinkan. partemen Ilmu Kesehatan Anak sering menjumpai
2. Pengecualian atas dasar emansipasi. Seorang orangtua yang menolak tindakan pungsi lumbal
yang masih dikategorikan sebagai anak (menurut untuk anaknya guna memastikan diagnosis
Konvensi Hak Anak adalah di bawah usia 18 meningitis bakterialis. Meskipun upaya untuk
tahun) dianggap independen dan dapat mem- memperoleh izin harus dilanjutkan, namun jangan
berikan consent bila: ia sudah menikah, remaja sampai hal tersebut menunda terlalu lama
dalam dinas militer, remaja yang diberi hak oleh (misalnya menunggu kedatangan neneknya dari
pengadilan, mereka yang hidup terpisah dari kampung) untuk memberikan antibiotik yang
orangtua dan secara finansial independen. adekuat guna mengatasi meningitisnya setelah
Remaja hamil atau remaja yang telah memiliki memberikan penjelasan kepada orangtua kenapa
anak juga dianggap telah mampu memberikan antibiotik harus cepat diberikan. Ada pula orangtua
consent. yang menolak anaknya dirawat untuk terapi yang
3. Pengecualian atas dasar asumsi bahwa remaja telah adekuat, dan memilih membawa pulang anaknya
kompeten (mature minor): remaja berusia 14 yang sakit berat dengan alasan akan dibawa ke
tahun atau lebih dapat dipertimbangkan layak dukun atau menjalani upacara keagamaan tertentu.
memberikan consent sepanjang dokter meyakni Segala cara yang mungkin harus diupayakan agar
bahwa yang bersangkutan dapat memahami jenis, anak dapat dirawat dan diobati. Dalam hal seperti
manfaat, risiko tindakan dan lain-lain yang akan ini paling tidak dokter jaga harus melakukan
dilakukan terhadap dirinya. Dalam hal ini yang konsultasi kepada dokter yang lebih senior. Di
harus amat dipertimbangkan adalah risiko negara-negara maju upaya yang dilakukan dapat
tindakan yang akan dilakukan serta kemampuan sampai ke pengadilan.
pasien. Bila terdapat keraguan hendaknya 3. Contoh lain adalah penolakan orangtua pasien
dimintakan izin kepada orangtua. terhadap imunisasi yang akan diberikan kepada
4. Pengecualian atas dasar keadaan medis tertentu: anaknya. Dalam beberapa tahun terakhir ini para
remaja yang mencari pertolongan kesehatan jiwa, dokter bersilang pendapat tentang peran vaksinasi
pelayanan kontrasepsi, pemeriksaan HIV, tertentu terhadap kejadian autisme. Karena
penyakit menular seksual, konsultasi keter- masalah ini mendapat publikasi yang luas baik di
gantungan obat, luka akibat perbuatan kriminal, media massa maupun di internet, banyak orangtua
dan sebagainya. pasien yang menolak diberikan imunisasi, misalnya

129
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005

imunisasi MMR. Bahkan sebagian kecil orangtua penyakit jantung bawaan cenderung untuk
menolak pemberian imunisasi apapun yang dinasihatkan tidak usah dikoreksi kelainan
mengandung timerosal, bahan preservasi beberapa jantungnya. Namun dewasa ini anak dengan
jenis vaksin. Untuk jenis imunisasi yang belum sindrom Down dan penyakit jantung bawaan yang
diharuskan, masalahnya tidak terlalu serius; namun dikoreksi kelainan jantungnya dapat hidup bahagia
untuk jenis vaksin yang diharuskan seperti DPT mendekati anak normal. Contoh tersebut dapat
dan hepatitis-B, sikap orangtua tersebut jelas membuat dokter ragu untuk memberi nasihat
mengancam kesehatan dan keselamatan tidak saja medis apakah sebaiknya bayi dengan kelainan
bagi anak namun mungkin juga bagi masyarakat bawaan tertentu diberikan pengobatan maksimal
umum. ataukah diberikan pengobatan minimal karena
4. Seorang remaja berusia 12 tahun didiagnosis prognosisnya buruk sekali.
dengan pasti bahwa ia menderita demam
reumatik akut. Konsekuensinya ia harus mem- Contoh-contoh di atas merupakan sekelumit dari
peroleh perlindungan terhadap infeksi Strepto- masalah etika yang dapat ditemukan dalam praktik
coccus beta-hemolyticus, yakni penisilin benzatin sehari-hari. Seribu satu kasus yang unik dapat timbul,
setiap bulan, setidaknya selama 5 tahun. Bila yang seringkali sejalan dengan perubahan sosial dalam
pasien menolak untuk disuntik dan memilih masyarakat. Dokter anak tidak jarang menjumpai
untuk diberi obat oral (penisilin V, eritromisin, masalah etika ketika menghadapi bayi baru lahir
sulfa) sedangkan orangtua memilih untuk dengan golongan darah yang tidak kompatibel dengan
diberikan suntikan, bagaimana sikap dokter? golongan darah ayah, atau ayah dan ibu bayi sudah
Dokter harus menjelaskan keuntungan pem- bercerai, atau pendapat ayah dan ibu pasien saling
berian suntikan yakni pemberiannya dapat bertentangan, dan sebagainya. Belum lagi budaya
dikontrol dan tidak menyebabkan resistensi keluarga batih di tanah air, yang memungkinkan peran
kuman streptokok terhadap penisilin. Sebaliknya anggota keluarga lain (khususnya kakek, nenek)
remaja yang selama bertahun-tahun harus minum menjadikan masalah proses penghambilan keputusan
obat sedangkan ia sama sekali tidak merasa sakit lebih kompleks.
dapat menyebabkannya enggan atau bosan atau Dimensi etika dalam kedokteran sepintas tampak
tidak melakukannya dengan teratur. Akibatnya sebagai masalah yang universal, namun dalam praktik
pemberian menjadi tidak terkontrol. Di lain sisi tidak demikian halnya. Jangankan lintas-negara;
banyak juga dilaporkan resistensi kuman bila perbedaan dapat terjadi antara negara bagian dalam
diberikan obat oral. Dalam kasus ini dapat saja satu negara. Seperti telah disebut di atas, masalah etika
ibu mengabaikan pendapat anaknya dengan kon- bukan masalah yang statis; ia merupakan produk dari
sekuensi terjadi dampak terhadap hubungan banyak faktor, baik medis maupun non-medis.
antara ibu dan anak, terutama bila anak mengang- Karenanya sesuai dengan dimensi profesionalisme,
gapnya merupakan beban yang berat. pemahaman dokter anak terhadap masalah etika
5. Tidak jarang seorang anak datang ke Unit Gawat dalam praktik harus memperoleh prioritas yang
darurat anak tanpa diantar oleh orangtua atau tinggi.
pengasuhnya. Bila keadaannya memang gawat Akhir-akhir ini, dimensi ketiga etika mulai
darurat tidak diperlukan izin untuk melakukan dibicarakan, yaitu kepentingan generasi masa depan.
tindakan terapeutik yang menyelamatnya jiwa. Walaupun keputusan medis yang dibuat saat ini
Bagaimana dengan anak perempuan berusia 14 berdampak besar pada kesehatan generasi mendatang,
tahun yang datang dengan teman lelakinya dan hal ini belum menjadi isu popular dalam perdebatan
minta dilakukan tes kehamilan? etika kedokteran. Misalnya masalah lingkungan hidup
6. Masalah yang paling pelik (setidaknya bagi penulis) yang saat ini masih sering diabaikan dalam pertim-
adalah ketika dokter anak dihadapkan pada bayi bangan medis, padahal lingkungan hidup berperan
baru lahir dengan kelainan kongenital multipel. besar dalam kesehatan anak-cucu kita. Kesehatan
Perkembangan ilmu dan pengobatan telah generasi yang akan datang menjadi tanggung jawab
menggeser pendapat medis. Beberapa dasawarsa seorang dokter yang tak kalah pentingnya dengan
yang lalu bayi dengan sindrom Down dengan kesehatan pasien dan masyarakat saat ini.18

130
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005

Daftar Pustaka abuse. Arch Dis Child 2004;89:799-804.


9. United Nations Organization. United Nations Conven-
1. ACP Ethics and Human Rights Committee. Ethics tion on the Rights of Children.
manual. Ann Intern Med 1998;128:576-94. 10. Lansdown G. Implementing children’s rights and health.
2. Savulescu J. Is there a “right not to be born”? Reproduc- Arch Dis Child 2000;83:286-8.
tive decision making, options and the right to informa- 11. Webb E. Discrimination against children. Arch Dis
tion. J Med Ethics 2002;28:65-7. Child 2004;89:804-8.
3. Burns JP, Mitchell C, Griffith JL. End-of-life care in 12. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan
the pediatric care unit: Attitude practices of pediatric Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2001.
critical care physicians and nurses. Crit Care Med 13. University of Washington, School of Medicine. Ethic
2001;29 cases 2000-2001. Diunduh dari http://www.cmaj.ca/misc/
4. Committee on Bioethics. Informed consent, parental bioethics.shtml
permission, and assent in pediatric practice. Pediatrics 14. American Academy of Pediatrics, Committee on Pedi-
1995;95:314-7. atric Emergency Medicine. Consent for emergency medi-
5. CIRP. The bioethics of the circumcision of male chil- cal services for children and adolesecents. Pediatrics
dren. 2004 Aug 26. Available from: URL: http:// 2003;111:703-6.
www.cirp.org/library/ethics. 15. Fallat M, Donovan GK. Ethical and legal considerations
6. Nelson RM, Fost N. Ethics in pediatric care. In: in pediatric surgery. Diunduh dari http://emedicine.com.
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson Diakses tanggal 25 November 2004.
textbook of pediatrics. 17 th ed. Philadelphia: WB 16. Gatrad AR, Sheikh A. Medical ethics and Islam: prin-
Saunders; 2004. p. 6-10. ciples and practice. Arch Dis Child 2001;84:72-5.
7. Webb E. Health services: who are the best advocates for 17. Yurdakok M. Pediatric ethics in the holy Quran. Letter.
children. Arch Dis Child 2002;87:175-7. Arch Dis Child 2001; 85:79.
8. David TJ. Avoidable pitfalls when writing medical re- 18. Marais BJ. Ethics; the third dimension. Letter. Arch Dis
ports for court proceedings in cases of suspected child Child 2004;89:1077-8.

131

Anda mungkin juga menyukai