Anda di halaman 1dari 12

TUGAS GEOGRAFI

TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I
PENGINDERAAN JAUH

A. Konsep Penginderaan Jauh


1) Penginderaan jauh menurut para ahli :

a. Lillesand dan Kiefer

Penginderaan Jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah atau fenomena dengan jalan analisis data yang diperoleh melalui
alat perekam (sensor) yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai media
perantaranya tanpa menyentuh objek tersebut.

b. Lindgren
Penginderaan Jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis
informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

c. Curran
Penginderaan Jauh (remote sensing) adalah penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk
merekam gambar lingkungan bumi yang dapat di interpretasikan sehingga menghasilkan
informasi yang berguna.

d. Everett dan Simonett


Penginderaan Jauh merupakan suatu ilmu karena di dalamnya terdapat suatu sistematika
tertentu untuk dapat menganalisis suatu informasi mengenai permukaan bumi.

e. American Society of Fotogrametry


Penginderaan Jauh adalah pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau
fenomena dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung
atau bersinggungan dengan objek atau fenomena yang dikaji.

f. Aronof
Penginderaan Jauh merupakan ilmu pengetahuan teknologi dan seni perolehan informasi
objek dari suatu jarak jauh

Sedangkan sistem Penginderaan Jauh menurut Sutanto adalah serangkaian komponen


yang digunakan untuk penginderaan jauh yang meliputi sumber energi, atmosfer, interaksi
antara energi dan objek, sensor, perolehan data dan pengguna data

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh


geografi adalah ilmu dan seni untuk mendapat informasi permukaan bumi dengan
menganalisis gambaran permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek permukaan
bumi tersebut.
2) Komponen Penginderaan Jauh

1. Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :

 Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari.


 Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang mikro.
Jumlah tenaga yang diterima oleh objek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari)
lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima objek,
makin cerah warna objek tersebut.
b. Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada
permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang
bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat
lebih terang dan jelas
c. Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam
memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan hasil
inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.

2. Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen dan
helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap,
memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik.
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum elektromagnetik
yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber
tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan
sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan bumi.

3. Sensor dan Wahana


Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor
dapat dibedakan menjadi dua :

a. Sensor fotografik, merekam objek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan
foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor
yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit)
b. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini
direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data visual
atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih dikenal dengan
sebutan citra.

4. Perolehan Data
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :

- Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi
citra secara manual diperlukan alat bantu bernama stereoskop. Stereoskop dapat
digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi.
- Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan
jauh yang diterapkan pada komputer.

5. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu orang
atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka data inderaja
tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data inderaja misalnya adalah:
- Bidang militer
- Bidang kependudukan
- Bidang pemetaan
- Bidang meteorologi dan klimatologi

3. Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto atau citra dengan maksud untuk mengenali
objek dan gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut. Dalam interpretasi
citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu:
1. Deteksi
2. Identifikasi
3. Analisis
Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai
kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup dan sebagainya. Pada
dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu:
1. Pengenalan objek melalui proses deteksi, yaitu pengamatan atas adanya suatu
objek. Berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui
benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk
mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaan tidak dilakukan secara langsung
atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil reklamasi dari foto udara atau satelit. Dalam
identifikasi ada tiga ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan cirri yang
terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:
a. Spektoral, ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik
dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.
b. Spatial, ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi.
c. Temporal, ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
2. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara menginterpretasi
dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju kea rah terorisasi dan
akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini interpretasi
dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung
pada kemampuan penafsir citra.

Citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti


dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Interpretasi citra berlandaskan
9 metode kunci interpretasi yang dijelaskan oleh Sutanto; 1986 sebagai berikut ini:
a) Rona
Merupakan tingkat kehitaman atau tingkat kegelapan obyek pada citra/ foto ,
rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya, dengan mata
biasa rona dapat dibedakan menjadi 5 tingkatan putih, kelabu-putih, kelabu,
kelabu hitam dan hitam.
b) Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum tampak, contohnya
warna atap pabrik adalah putih, warna taman adalah hijau, dsb.
c) Bentuk
Merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali
berdasarkan bentuknya saja, contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk;
Bangunan Gedung: berbentuk I, L, U, tajuk pohon alma: berbentuk bintang,
Gunung berapi: berbentuk kerucut, dsb.
d) Ukuran
Atribut obyek yang berupa panjang (sungai,jalan), luas (lahan), volume,
ukuran ini merupakan fungsi skala. Misalnya ukuran rumah berbeda dengan
ukuran perkantoran, biasanya rumah berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan bangunan perkantoran.
e) Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra/ foto atau pengulangan rona pada
kelompok objek (permukiman) tekstur dinyatakan dengan kasar (hutan)
sedang (belukar) halus (tanaman padi, permukaan air).
f) Pola
Susunan keruangna merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek
bentukan manusia dan bagi beberapa objek bentukan alamiah, contoh; pola
teratur (tanaman perkebunan.Permukiman transmigrasi), pola tidak teratur:
tanaman di hutan, jalan berpola teratur dan lurus berbeda dengan sungai yang
berpola tidak teratur atau perumahan (dibangun oleh pengembang) berpola
lebih teratur jika dibandingkan dengan perumahan diperkampungan.
g) Bayangan
Merupakan kunci pengenalan objek yang penting untuk beberpa jenis objek,
misalnya, untuk membedakan antara pabrik dan pergudangan, dimana pabrik
akan terlihat adanya bayangan cerobong asap sedangkan gudang tidak ada.
h) Situs
Menjelaskan letak objek terhadap objek lain disekitarnya, contoh pohon kopi
di tanah miring, pohon nipah di daerah payau, sekolah dekat lapangan
olahraga, pemukiman akan memanjang di sekitar jalan utama.
i) Assosiasi
Diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lain.
Sehingga asosiasi ini dapat dikenali 2 objek atau lebih secara langsung.
Contohnya stasiun KA, terdapat jalur rel KA.
j) Konvergensi Bukti, ialah penggunaan beberapa unsure interpretasi citra
sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit kea rah satu kesimpulan
tertentu . Contoh: TUmbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra,
menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsurinterpretasi lain, seperti
situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut
adalah sagu.

3). Jenis-jenis Citra Penginderaan Jauh

1. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran suatu objek yang dibuat dari pesawat udara, dengan
menggunakan kamera udara sebagai alat pemotret. Hasilnya dikenal dengan istilah foto
udara. Citra foto dapat dibedakan menurut beberapa aspek, antara lain sebagai berikut:

a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan


Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu:
1) Foto Ultraviolet
Foto Ultraviolet adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya adalah
mudah untuk mengenali beberapa objek karena perbedaan warna yang sangat
kontras. Kelemahan dari citra foto ini adalah tidak banyak informasi yang dapat
disadap. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut,
membedakan atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur, juga
untuk mengetahui, mendeteksi, dan memantau sumber daya air.

2) Foto Ortokromatik
Foto Ortokromatik adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56 mikrometer). Cirinya
banyak objek yang bisa tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena
filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih
20 meter.

3) Foto Pankromatrik
Foto pankromatrik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak
mata mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan
kepekaan mata manusia. Pada umumnya digunakan film sebagai negatif dan
kertas sebagai positifnya. Wujudnya seperti pada foto, tetapi bersifat tembus
cahaya. Foto pankromatik dibedakan menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan
foto infra merah.
a. Foto Pankromatik Hitam Putih
- rona pada objek serupa dengan warna pada objek aslinya, kare
na kepekaan film sama dengan kepekaan mata manusia.
- resolusi spasialnya halus
- stabilitas dimensional tinggi, dan foto pankromatrik hitam putih
telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa
menggunakannya.
Foto Pankromatrik digunakan dalam berbagai bidang, sebagai berikut.
1. Di bidang pertanian, untuk pengenalan dan klasifikasi jenis tanaman,
evaluasi kondisi tanaman, dan perkiraan jumlah produksi tanaman,
2. Di bidang kehutanan, digunakan untuk identifikasi jenis pohon,
perkiraan volume kayu, dan perkembangan luas hutan,
3. Di bidang sumber daya air, digunakan untuk mendeteksi
pencemaran air, evaluasi kerusakan akibat banjir, agihan air tanah,
dan air permukaan.
4. Di bidang perencanaan kota dan wilayah, digunakan untuk penafsiran
jumlah dan agihan penduduk, studi lalu lintas, studi kualitas
perumahan, penentuan jalur transportasi, dan pemilihan letak
berbagai bangunan penting,
5. Penelitian ekologi hewan liar, berguna untuk mendeteksi habitat
dan untuk pencacahan jumlah populasinya, dan
6. Evaluasi dampak lingkungan.

b. Foto Infra Merah


Foto infra merah adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
infra merah dekat, dengan panjang gelombang 0,9 – 1,2 mikrometer, yang
dibuat secara khusus yang terletak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.
Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto infra merah
daun tidak ditentukan berdasarkan warna tetapi oleh sifat jaringannya.

b. Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi


Berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, citra foto dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu foto vertikal (tegak) dan foto condong (miring).
1. Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2. Foto condong atau miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini
umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar, tetapi bila sudut condongnya masih
berkisar antara 1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto
vertikal. Foto condong dibedakan menjadi menjadi dua, sebagai berikut.
a. Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila pada foto
tampak cakrawalanya.
b. Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila cakrawala
tidak tergambar pada foto.

c. Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan


Berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi
2, yaitu foto tunggal dan foto jamak.
1. Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto
hanya tergambar satu lembar foto.
2. Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan
menggambarkan daerah liputan yang sama.
d. Berdasarkan Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu foto
berwarna semu dan foto berwarna asli.
1. Foto berwarna semu (false color) atau foto infra merah berwarna. Pada foto ini
warna objek tidak sama dengan warna foto. Misal, pada foto suatu vegetasi berwarna
merah sedangkan warna aslinya adalah hijau.
2. Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna. Dalam foto berwarna
asli lebih mudah penggunaannya karena foto yang tergambar mirip dengan objek
aslinya.

e. Berdasarkan Wahana yang Digunakan


Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dapat dibagi menjadi foto udara dan
foto satelit.
1. Foto udara, yaitu foto yang dibuat dari pesawat/balon udara.
2. Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit.

2. Citra Nonfoto
Citra nonfoto adalah gambaran suatu objek yang diambil dari satelit dengan menggunakan
sensor. Hasilnya dikenal dengan istilah foto satelit, citra nonfoto dapat dibedakan sebagai
berikut:

a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik


Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan
menjadi 2 sebagai berikut.
1. Citra infra merah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah
ther mal. Pengindraan pada spektrum ini berdasarkan pada perbedaan suhu objek
dan daya pancarnya pada citra, tercermin dengan adanya perbedaan rona atau
warnanya.
2. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil pengindraan dengan sistem aktif
yaitu dengan sumber tenaga buatan. Citra gelombang mikro dihasilkan dengan
sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.

b. Berdasarkan Sensor yang Digunakan


Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, sebagai
berikut.
1. Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
2. Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak.

c. Berdasarkan Wahana yang Digunakan


Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, sebagai
berikut.
1. Citra dirgantara (Airborne image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: citra infra merah thermal, citra radar, dan
citra MSS.
2. Citra satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa
atau angkasa luar.
B. Manfaat Penginderaan Jauh Untuk Tata Guna Lahan
Tata guna lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang
dilakukan dengan memperhatikan kondisi alam.

1. Penginderaan Jauh Untuk Kawasan Permukiman


Menurut UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan
permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana utilitas
umum , serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan /
kawasan pedesaan.

Syarat – syarat yang harus diperhatikan untuk penentukan kawasan


permukiman sebagai berikut:

a. Tidak berada pada kawasan lindung


b. Berada pada kemiringan 0-8%. Kemiringan lereng diatas 15% tidak sesuai
digunakan untuk kawasan permukiman karena rawan longsor.
c. Bebas polusi
d. Tidak mengganggu kawasan bandar udara
e. Ketersediaan sarana prasarana yang memadai.
f. Dekat dengan pusat kegiatan dan pelayanan kota.

2. Penginderaan Jauh Untuk Kawasan Perkebunan Dan Pertanian


Data penginderaan jauh turut berperan di bidng perkebunan dan pertanian.
Adanya citra satelite resolusi tinggi mmudahkan pemilik lahan menghitung dan
memprediksi hasil produksi pertanian maupun perkebunannya untuk keperluan lebih
lanjut. Foto udara penginderaan jauh memudahkan petani maupun pemilik lahan
mendeteksi jumlah tanaman perkebunan dan pertaniannya yang terserang hama
penyakit. Foto udara yang digunakan untuk mendeteksi jenis gangguan hama penyakit
pada tanaman adalah foto udara inframerah. Foto inframerah dapat mencapai jaringan
daun. Jaringan daun yang sehat dan terserang penyakit berbeda. Oleh karena itu, foto
udara inframerah dapat digunakan untuk membedakan tanamn sehat dan tanaman yang
terserang penyakit.
3. Penginderaan Juah Untuk Ruang Terbuka Hijau
Menurut UU Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau adalah
area memanjang atau jalur dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja
ditanam. RTH memiliki banyak fungsi bagi wilayah perkotaan selain bermanfaat secara
estetika yang memperindah penampilan wilayah kota, ruang terbuka hijau mnjadi
penyeimbang ekologi lingkungan perkotaan, Salah satunya dengan mengendalikan
pencemaran dan kerusakan pada lapisan tanah, air, udara. Pentingnya keberadaan RTH
bagi wilayah perkotaan menyebabkan keberadaan RTH perlu dikelola secara baik.
Untuk mengidentifikasi lokasi dan luasan RTH dari waktu ke waktu dapat digunakan
citra resolusi menengah. Identifikasi tersebut penting dilakukan karena dapat menjadi
bahan evaluasi bagi pemerintah dalam menetapkan serangkaian kebijakan yang
bermanfaat menjaga ketersediaan luasan RTH di kawasan perkotaan.
4. Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Penggunaan Lahan
Jumlah luasan lahan cenderung tetap, tetapi penggunaan lahan selalu
berkembang dari waktu ke waktu. Penggunaan lahan terjadi akibat alih fungsi lahan
sebagai upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup. Alih fungsi lahan yang sering
terjadi yaitu : Perubahan lahan dari lahan kosong menjadi lahan terbangun. Pada
umumnya lahan terbangun dimanfaatkan manusia ebagai kawasan permukiman serta
kawasan industri dan jasa. Dengan perekaman sensor penginderaan jauh dapat
diketahui perubahan luasan lahan serta perubahan pengguanaan lahan pada suatu
wilayah.
Citra satelite yang sesuai untuk memonitoring perubahaan penggunaan lahan
adalah citra atelite dengan resolusi spasial yang tinggi seperti quickbird sehingga
tampak mata. Kenampakan objek spasial yang mudah diamati akan memudahkan
penggunaan data dalam mengidentifikasi dan menginterprestasi perubahan
penggunaan lahan. Dengan demikian, data maupun informasi yang diperoleh lebih
akurat jika dibandingkan menggunakan data citra satelite resolusi menengah atau
rendah. Penginderaan jauh berperan besar dalam pengorganisasain ruang. Tata guna
lahan yang dapat diturunkan menjadi fungsi – fungsi lain, terbantu untuk keberadaan
output penginderaan jauh yang berupa citra satelite maupun foto udara. Output
penginderaan jauh tersebut sebagian besar berperan dalam lingkup memonitoring dan
evaluasi lahan.

C. Manfaat Penginderaan Jauh Untuk Pengembangan Jaringan


Transportasi
Keberadaan sistem transportasi dan tata guna lahan saling berhubungan. Tata guna
lahan dapat terwujud sesai dengan perencanaan pembngunan wilayah apabila diikuti dengan
pembangunan sistem transportasi yang mendukung. Penginderaan jauh berperan penting
dalam pengembangan jaringan transportasi wilayah. Jaringan Transportasi Wilayah
dibedakan menjadi :
1. Penginderaan Jauh Untuk Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan
jalur kereta api dan jaringan jalur transportasi sungai maupun danau. Dalam
pengembangan jaringan transportasi darat data penginderaan jauh sangat aplikatif dan
dapat digunakan untuk beberapa keperluan. Contoh: Penggunaan data penginderaan
jauh adalah menentukan jarak tempuh terdekat ke suatu wilayah ataupun jalur
alternatif untuk menghindari kemacetan. Untuk mengatasi kmacetan dan keterbatasan
lahan pembangunan jalan tol menjadi pilihan alternatif. Dengan citra dan resolusi
spasial tinggi, dapat dilakukan perencaan pembangunan infra struktur jalan tol secara
tepat sehingga dapat menjadi solusi dalam mengatasi kemacetan dan keterbatasn
lahan untuk pembangunan jalan raya maupun alternatif.
a. Penginderaan Jauh Untuk Perencanaan Jaringan Jalan
Aksebilitas merupakan sarana penting yang dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah jalan adalah sarana aksesbilitas yang
digunakan dalam transportasi darat. Jalan dapat menghubungkan beberapa
daerah sekaligus sehingga salah satunya jalan timbul interaksi antar daerah.
Pembuatan jalan memerlukan perencanaan matang tidak hanya soal biaya
konstruksi, tetapi juga soal jalur yang akan dibangun. Manfaat penginderaan
jauh untuk transportasi darat yang berhubungan dengan jaringan jalan yaitu
menentukan rute pembangunan jalan, perencanaan pembangunan alte bus/
busway, perencanaan pembangunan terminal, pembuatan rute jalur alternatif
dan analisis kemacetan lalu lintas.
b. Penginderaan Jauh Untuk Perencanaan Rel Kereta Api
Selain jalan raya dalam transportasi darat terdapat sarana aksebilitas
lain yaitu: rel kereta api. Tetapi saat ini merupakan angkutan umum baik antar
kota maupun antar provinsi yang sangat diminati. Selain jam keberangatan dan
jam tiba yang tepat waktu, karena kereta api juga memiliki jalur tersendiri
sehingga waktu tempuhnya lebih cepat daripada menggunakan transportasi
jaringan jlan. Selain itu, untuk perjalanan antar provinsi kereta api lebih
diminati karena biayanya lebih murah dengan fasilitas memadai. Penginderaan
jauh untuk perencanaan rel kereta api berfungsi untuk menentukan jalur rel
kereta api yang akan dibuat dan perencanaan pembuatan jembatan rel kereta
api.
2. Penginderaan Jauh Untuk Transportasi Laut
Sistem transportasi Laut terdiri atas: tatanan ke pelabuhan dan alur pelayaran.
Alur pelayaran dapat dibedakan menjadi: Alur pelayaran internasional dan nasional.
Citra penginderaan jauh baik citra fotografis maupun citra nonfotografis dapat
dimanfaatkan dalam pengembangan sistem jaringan trasnportasi laut. Citra satelite
penginderaan jauh yang sesuai untuk pengembangan transportasi laut adalah citra satelite
beresolusi spasial menengah seperti citra landsat dan citra satelite beresolusi spasial
rendah seperti NOAA. Pegebangan jaringan transportai laut membutuhkan citra dalam
cakupan wilayah luas atau global sehingga membudahkan dalam penggabilan keputusan
maupun untuk monitori evaluasi.
Dermaga pada pelabuhan berfungsi untuk merapat dan merambahkan kapal yang sedang
melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan barang.dasar pertimbangan dan
perencanaan dermaga salah satunya yaitu elevasi dermaga.
3. Penginderaan Jauh Untuk Jaringan Transportasi Udara
Transportasi udara
bergantung pada kondisi cuaca. Pemantauan kondisi cuaca oleh citra penginderaan jauh
sangat membantu dalam bidang transportasi udara seperti citra satelit NOAA. Dengan
mengetahui kondisi cuaca, pilot dapat memperkirakan jarak pandang yang masih bisa di
toleransi untuk keamanan penerbangan.
D. Tata Kelola Lembaga Penginderaan Jauh di Indonesia
1. Badan Informasi Geospasial

Program yang di jalankan badan ini berhubungan dengan pembangunan dan


pemutakhiran informasi geospasial dasar serta pengintegrasian informasi geospasial teknik
yang memudahkan dalam proses perencanaan pembangunan wilayah secaa nasional.

2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)

Tugas dari lembaga ini yaitu mengembangkan kedirgantaraan, dan di bidang


penelitian. Kajian utama Lapan adalah penginderaan jauh teknologi kerdirgantaraan, sains
antariksa dan kebijakan dirgantara.

3. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Badan ini berorientasi pada kajian dan penerapan teknologi, salah satunya terkait
penginderaan jauh.

4. Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda)

Tugas dari badan ini yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Data penginderaan jauh memiliki peran
besar dalam proses pembangunan daerah.

5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Lembaga yang bergerak di bidang pengembangan ilmu terapan dan teknologi juga
program – program yang berhubungan dengan ilmu teknik dan ilmu kebumian termasuk radar
pengawasan dan penginderaan jauh.

Anda mungkin juga menyukai