PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Empat kelompok utama bakteri (berdasarkan fenotipik) menurut Bergey’s
Manual determinative of Bacteriology digambarkan secara singkat, dilanjutkan
dengan daftar sifat-sifat yang sering digunakan untuk membedakan beberapa dari
kelompok tersebut.
3
termasuk bakteri asporogenous sederhana dan bakteri sporogenous, juga
actinomycetes dan yang berhubungan.
3) Kelompok III. Eubakteria Tanpa Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel (biasa
disebut Mycoplasma dan termasuk kelas Mollicutes) dan tidak mensintesis
bahan baku (prekursor) peptidoglikan. Sel dilindungi oleh suatu unit
membran, membran plasma. Sel sangat pleomorfik, dengan ukuran
mulai dari yang besar, mampu merusak vesikula sampai ke yang sangat
kecil (0.2 (m), elemen yang dapat tersaring. Bentuk filamen biasa
ditemukan dengan penonjolan-penonjolan percabangan. Reproduksi dapat
dengan pertunasan, fragmentasi, dan/atau pembelahan biner.
4) Kelompok IV. Archaebakteria
Archaebakteria merupakan mikroba utama dalam lingkungan terrestrial
dan akuatik, hidup dalam lingkungan anaerobik, dalam kadar garam
tinggi, atau air panas, dan dalam lingkungan yang terkena panas bumi,
serta beberapa terdapat sebagai simbion saluran pencernaan hewan.
Kelompok yang termasuk aerob, anaerob, dan fakultatif aerob yang
tumbuh secara kemolitoautotrofik, organotrofik. Archaebakteria dapat
bersifat mesofil atau termofil, bahkan beberapa spesies dapat tumbuh pada
suhu di atas 100 derajat.
2.3 Mekanisme Bakteri dalam Menginfeksi Tanaman
Kerja bakteri pada tanaman inang ada berbagai cara:
(1) Dengan adanya enzyme bakteri dapat memecah sel, sehingga
menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan,
(2) Dengan adanya enzyme, bakteri dapat memecah tepung menjadi gula,
senyawa nitrogen yang kompleks menjadi lebih sederhana, untuk
mendapatkan energi hidup,
(3) Bakteri menghasilkan zat racun, dan lain-lain, yang merugikan tanaman,
(4) Menghasilkan zat yang dapat merangsang sel-sel inang membelah secara
tidak normal. Penyebaran penyakit bakteri juga bervariasi: (1) Melalui
bibit berupa biji, buah, umbi, batang stek, dan lain-lain, sehingga pada
waktu ditanam bakteri dapat tersebar, (2) Melalui serangga, burung,
4
siput, ulat, manusia, dan lain-lain, (3) Melalui pupuk kandang atau
kompos. Reaksi tanaman inang terhadap serangan bakteri bervariasi:
(1) Pertumbuhan jaringan atau keseluruhan tanaman menjadi
terhambat, (2) Terjadi perubahan warna, dapat menjadi hijau tua,
menguning atau pucat, (3) Terjadi distorsi pada daun, batang, atau
bagian tanaman yang lain, (4) timbul jaringan baru, karena pembelahan
sel bertambah (hyperplasia) atau terjadi hypertrophy.
2.4 Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri
Pada tahun 1930, Elliot melaporkan telah mencatat 177 jenis penyakit
bakteri pada tanaman. Bergey pada tahun 1930 mengatakan bahwa penyakit
tanaman dibagi dalam dua genus, yaitu Erwinia dengan 12 jenis dan Phytomonas
dengan 81 jenis, tetapi ternyata di kemudian hari lebih banyak lagi penyakit bakteri
yang ditemukan.
1). Penyakit pembuluh pengangkut air
Penyakit ini menyerang pembuluh pengangkut air pada tanaman, sehingga
pembuluh itu penuh bakteri, jalannya air terhambat tidak dapat mencapai daun,
akhirnya daun menjadi layu. Misalnya, Pseudomonas solanacearum yang
menyebabkan busuk coklat pada tanaman kentang,
2). Penyakit parenchym
Patogen menyerang jaringan parenchyma yang lunak atau succulent yang
menyebabkan terjadiya nekrosis atau membusuk bagian yang diserang, misalnya
Pseudomonas malvacearum yang menyebabkan bercak daun menyudut pada
tanaman kapas; Bacillus carotovorus yang menyebabkan busuk lunak pada akar
wortel, atau bagian lainnya yang lunak dari batang atau buah pada tanaman lainnya.
5
terletak dalam ruangan antarsel, pada umumnya menyebabkan penyakit
parenchyma, (2) Intraseluler, bakteri terletak dalam sel, (3) Intravascular, bakteri
terletak dalam jaringan pengangkutan air (xylem) dan jaringan lain. Kerja bakteri
pada tanaman inang ada berbagai cara: (1) Dengan adanya enzyme bakteri dapat
memecah sel, sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan, (2)
Dengan adanya enzyme, bakteri dapat memecah tepung menjadi gula, senyawa
nitrogen yang kompleks menjadi lebih sederhana, untuk mendapatkan energi hidup,
(3) Bakteri menghasilkan zat racun, dan lain-lain, yang merugikan tanaman, (4)
Menghasilkan zat yang dapat merangsang sel-sel inang membelah secara tidak
normal. Penyebaran penyakit bakteri juga bervariasi: (1) Melalui bibit berupa biji,
buah, umbi, batang stek, dan lain-lain, sehingga pada waktu ditanam bakteri dapat
tersebar, (2) Melalui serangga, burung, siput, ulat, manusia, dan lain-lain, (3)
Melalui pupuk kandang atau kompos. Reaksi tanaman inang terhadap serangan
bakteri bervariasi: (1) Pertumbuhan jaringan atau keseluruhan tanaman menjadi
terhambat, (2) Terjadi perubahan warna, dapat menjadi hijau tua, menguning atau
pucat, (3) Terjadi distorsi pada daun, batang, atau bagian tanaman yang lain, (4)
timbul jaringan baru, karena pembelahan sel bertambah (hyperplasia) atau terjadi
hypertrophy. Membentuk sel-sel gabus untuk menahan kemajuan serangan bakteri
4). Penyakit layu bakteri
Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum (EF Smith) EF
Smith, sinonimnya: Xanthomonas solanacearum (EF Smith) Dowson; Bacterium
solanavearum (EF Smith) EF Smith; Phytomonas solanacearum (EF Smith)
Bergey. Penyakit ini juga disebut penyakit lender, liyer, lengger, klenger. Penyakit
ini menyerang tanaman tembakau, tomat, cabai, terung, kacang tanah, pisang,
wijen, dan lebih dari 140 jenis tanaman, terutama yang termasuk dalam keluarga
Solanaceae. Penyakit ini tersebar di daerah tropis dan subtropics, dari Afrika, Asia,
Australia, Amerika, dan Eropa. Gejalanya sebagai berikut. Patogen menyerang
jaringan pengangkutan air, sehingga mengganggu transport air tanaman inang.
Akibatnya, kelihatan gejala layu, menguning, dan kerdil. Bila keadaan
memungkinkan, tanaman yang mudah terserang seperti tembakau, kentang, tomat,
dan terung akan segera mati dalam beberapa hari. Bila keadaan kurang baik bagi
patogen, maka layunya tanaman pelan-pelan atau tidak layu, tetapi pertumbuhannya
6
kerdil, menguning, dan daunnya mongering. Pada tanaman cabai, akan terjadi
perubahan warna dan daun mudanya akan terkulai, anakannya menjadi kerdil atau
menghitam, buahnya kerdil atau busuk, akarnya juga membusuk. Apabila tanaman
yang terserang, batangnya dipotong melintang akan kelihatan penampang
melintang berwarna coklat, apabila dipijat akan keluar lender yang berwarna putih
kotor dari bekas potongan yang berisi jutaan bakteri. Bila batang dibelah
memanjang, akan kelihatan garis-garis berwarna coklat. Kadang-kadang garis ini
mencapai daun. Akar yang sakit berwarna coklat. Penyakit layu bakteri kadang-
kadang dikelirukan dengan penyakit layu cendawan Verticilillium dan Fusarium
spp, untuk membedakannya kalau layu cendawan, batang tanaman yang sakit kalau
dipotong tidak mengeluarkan lender, kalau dimasukkan dalam air, sedangkan pada
layu bakteri akan keluar lendir.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan
cara sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar hidup bebas dan
mengandung informasi genetik dan memiliki sistem biosintetik dan penghasil
energi yang penting untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Kelompok bakteri
terbagi menjadi 5 yaitu, eubakteria gram negatif, eubakteria gram positif, eubakteria
8
tanpa dinding sel, dan archaebakteria. Ada banyak penyakit yang dapat ditimbulkan
bagi tanaman yang terinfeksi bakteri, seperti penyakit pembuluh penyakit air,
penyakit parencym, penyakit hyperplastis, dan penyakit layu bakteri. Salah satu
pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan rotasi tanaman
sehingga dengan hal ini dapat meminimalisir terjadinya infeksi bakteri.
3.2 Saran
Dalam pembuatan paper ini masih kurang sempurna, baik dari teknis
maupun informatifnya. Demi kesempurnaan paper ini untuk kedepannya, penulis
membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca semua,
agar paper yang penulis buat ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi pembaca serta orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=jurnal+tentang+klasifikasi+bakteri&oq=jurnal
+tentang+klasifikasi+baksteri&aqs=chrome.1.69i57j0.7895j0j4&client=ms-
android-vivo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8
9
Bradbury, J.F. & Sadler, G.S. 1997. Guide to Plant Pathogenic Bacteria. Edisi 2.
CAB International Mycological Institute, Surrey, UK.
Fahy, P.C. & Persley, G.J. 1983. Plant Bacterial Diseases. A Diagnostic Guide.
Academic Press, Sydney, Australia.
Goto, M. 1992. Fundamentals of Bacterial Plant Pathology. Academic Press, San
Diego, USA.
Schaad, N.W., Jones, J.B. & Chun, W. 2001. Laboratory Guide for Identification
of Plant Pathogenic Bacteria. Edisi 3. APS Press, St Paul, Minnesota, USA.
Swings, J.G. & Civerolo, E.L. 1993. Xanthomonas. Chapman & Hall, London, UK.
Maharina, dkk. “ APLIKASI AGENS HAYATI DAN BAHAN NABATI
SEBAGAI PENGENDALIAN LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) PADA
BUDIDAYA TANAMAN TOMAT”. JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No.
6 JANUARI-2014 ISSN: 2338-3976. Web. 10 November 2019
10