Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara
singkat, penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab
sakitnya tanaman bermacammacam. Ada yang disebabkan oleh cendawan, bakteri,
virus, dan lain-lain.
Di sisi lain, bakteri adalah jenis mikroorganisme yang dapat hidup di dalam
tanah dengan memiliki peran yang berbeda-beda, ada yang berasosiasi dengan
tanaman baik sebagai patogen tumbuhan, sebagai pupuk hayati, atau bisa bersifat
antagonis terhadap mikroorganisme lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan bakteri?
2. Bagaimanakah pembagian kelompok bakteri?
3. Bagaimanakah mekanisme bakteri dalam menginfeksi tanaman?
4. Apa sajakah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pada tanaman?
5. Bagaimanakah cara pengendalian infeksi bakteri pada tanaman?
1.3 Tujuan Penulisan
1 Mengetahui pengertian dari bakteri.
2 Mengetahui pembagian kelompok bakteri.
3 Mengetahui mekanisme bakteri dalam menginfeksi tanaman.
4 Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh bakteri pada tanaman.
5 Mengetahui cara pengendalian infeksi bakteri pada tanaman.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bakteri


Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan
cara sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar hidup bebas dan
mengandung informasi genetik dan memiliki sistem biosintetik dan penghasil
energi yang penting untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Sejumlah bakteri,
bersifat parasit intraseluler obligat contohnya Chlamydiae dan Rickettsiae. Tidak
ada klasifikasi formal untuk bakteri, namun nama-nama yang diberikan untuk
bakteri telah diatur.
Dalam beberapa hal bakteri berbeda dari eukariot. Bakteri tidak memiliki
ribosom 80S maupun organel bermembran, seperti nukleus, mitokondria, lisosom,
retikulum endoplasma maupun badan golgi, bakteri tidak memiliki flagela fibril
9+2 atau struktur silia seperti pada sel eukariot. Bakteri memiliki ribosom 70S dan
kromosom sirkuler tunggal (nukleoid) tanpa sampul yang disusun oleh asam
deoksiribonukleat untai-ganda (DNA) yang bereplikasi secara amitosis. Jika terjadi
pergerakan sering disebabkan adanya struktur flagela filamen-tunggal. Sejumlah
bakteri memiliki mikrofibril eksternal (pili atau fimbria) yang berfungsi untuk
menempel. Mycoplasma tidak memiliki dinding sel, sedangkan eubakteria lainnya
menghasilkan struktur sampul dengan susunan senyawa kimianya mirip
peptidoglikan dinding sel. Eubakteria yang berdinding sel dan archaebakteria dapat
berbentuk kokus (bola), basil (batang), batang melengkung atau spiral. Struktur
kimia sampul eubakteria sering digunakan untuk membedakannya ke dalam
kelompok bakteri Gram-positif, Gram-negatif, dan “acid-fast” (tahan-asam).

2.2 Kelompok Bakteri


. Menurut Bergey’s Manual, edisi 1948, bakteri dibagi menjadi 5 ordo: (1)
Eubacteriales atau bakteri sejati. Selnya tegar, tunggal, membentuk dalam rantai
dan berkumpul dalam massa, (2) Actinomycetes, selnya tegar, bentuknya
menyerupai cendawan atau seperti benang bercabang, (3) Chlamydobacteriales,
selnya tegar, menyerupai ganggang, (4) Nyxobacteriales, selnya lentur, gerakannya
merangkak, (5) Spirochaetales, selnya lentur, berbentuk spiral dan dapat bergerak

2
Empat kelompok utama bakteri (berdasarkan fenotipik) menurut Bergey’s
Manual determinative of Bacteriology digambarkan secara singkat, dilanjutkan
dengan daftar sifat-sifat yang sering digunakan untuk membedakan beberapa dari
kelompok tersebut.

1) Kelompok I. Eubakteria Gram-negatif Yang Memiliki Dinding Sel


Kelompok ini merupakan prokariot yang memiliki suatu profil dinding sel
(tipe Gram-negatif) kompleks yang terdiri dari satu membran luar dan satu
membran dalam, lapisan peptidoglikan yang tipis (yang mengandung
asam muramat yang terdapat pada semua peptidoglikan tapi sejumlah
organisme tidak memiliki bagian ini pada dinding selnya). Dan suatu
variabel pelengkap dari komponen lain di luar atau di antara lapisan ini.
Kelompok ini biasanya bersifat Gram-negatif. Bentuk sel berupa bola, oval,
batang lurus atau melengkung, memutar, atau filamen; beberapa bentuk
tersebut dapat berselubung atau berkapsul. Reproduksi dengan cara
pembelahan biner tetapi beberapa kelompok terlihat membentuk tunas, dan
suatu kelompok jarang memperlihatkan pembelahan multipel. Gerakan
berenang, meluncur, dan gerak tanpa berpindah tempat biasanya teramati.
Anggota divisi mungkin bakteri fototropik atau nonfototrof (di antara
litotropik dan heterotropik), dan termasuk aerobik, fakultatif anaerobik,
dan spesies mikroaerofilik, beberapa anggota merupakan parasit
intraseluler obligat.
2) Kelompok II. Eubakteria Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot dengan profil dinding s e l t i p e
g r a m positif; umumnya bereaksi terhadap pewarnaan Gram, tetapi tidak
selalu positif. Sel berbentuk bola, batang, atau filament, batang dan filamen
mungkin tidak bercabang, tetapi beberapa memperlihatkan adanya
percabangan. Reproduksi seluler umumnya dengan pembelahan binner;
beberapa menghasilkan spora sebagai bentuk istirahat (endospora atau
spora pada hifa). Kelompok ini umumnya tidak berfotosintesis,
melakukan kemosisntesis, heterotrof dan termasuk aerobik, anaerobik,
fakultatif anaerobik, dan spesies mikroaerofilik. Anggota divisi ini

3
termasuk bakteri asporogenous sederhana dan bakteri sporogenous, juga
actinomycetes dan yang berhubungan.
3) Kelompok III. Eubakteria Tanpa Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel (biasa
disebut Mycoplasma dan termasuk kelas Mollicutes) dan tidak mensintesis
bahan baku (prekursor) peptidoglikan. Sel dilindungi oleh suatu unit
membran, membran plasma. Sel sangat pleomorfik, dengan ukuran
mulai dari yang besar, mampu merusak vesikula sampai ke yang sangat
kecil (0.2 (m), elemen yang dapat tersaring. Bentuk filamen biasa
ditemukan dengan penonjolan-penonjolan percabangan. Reproduksi dapat
dengan pertunasan, fragmentasi, dan/atau pembelahan biner.
4) Kelompok IV. Archaebakteria
Archaebakteria merupakan mikroba utama dalam lingkungan terrestrial
dan akuatik, hidup dalam lingkungan anaerobik, dalam kadar garam
tinggi, atau air panas, dan dalam lingkungan yang terkena panas bumi,
serta beberapa terdapat sebagai simbion saluran pencernaan hewan.
Kelompok yang termasuk aerob, anaerob, dan fakultatif aerob yang
tumbuh secara kemolitoautotrofik, organotrofik. Archaebakteria dapat
bersifat mesofil atau termofil, bahkan beberapa spesies dapat tumbuh pada
suhu di atas 100 derajat.
2.3 Mekanisme Bakteri dalam Menginfeksi Tanaman
Kerja bakteri pada tanaman inang ada berbagai cara:
(1) Dengan adanya enzyme bakteri dapat memecah sel, sehingga
menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan,
(2) Dengan adanya enzyme, bakteri dapat memecah tepung menjadi gula,
senyawa nitrogen yang kompleks menjadi lebih sederhana, untuk
mendapatkan energi hidup,
(3) Bakteri menghasilkan zat racun, dan lain-lain, yang merugikan tanaman,
(4) Menghasilkan zat yang dapat merangsang sel-sel inang membelah secara
tidak normal. Penyebaran penyakit bakteri juga bervariasi: (1) Melalui
bibit berupa biji, buah, umbi, batang stek, dan lain-lain, sehingga pada
waktu ditanam bakteri dapat tersebar, (2) Melalui serangga, burung,

4
siput, ulat, manusia, dan lain-lain, (3) Melalui pupuk kandang atau
kompos. Reaksi tanaman inang terhadap serangan bakteri bervariasi:
(1) Pertumbuhan jaringan atau keseluruhan tanaman menjadi
terhambat, (2) Terjadi perubahan warna, dapat menjadi hijau tua,
menguning atau pucat, (3) Terjadi distorsi pada daun, batang, atau
bagian tanaman yang lain, (4) timbul jaringan baru, karena pembelahan
sel bertambah (hyperplasia) atau terjadi hypertrophy.
2.4 Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri
Pada tahun 1930, Elliot melaporkan telah mencatat 177 jenis penyakit
bakteri pada tanaman. Bergey pada tahun 1930 mengatakan bahwa penyakit
tanaman dibagi dalam dua genus, yaitu Erwinia dengan 12 jenis dan Phytomonas
dengan 81 jenis, tetapi ternyata di kemudian hari lebih banyak lagi penyakit bakteri
yang ditemukan.
1). Penyakit pembuluh pengangkut air
Penyakit ini menyerang pembuluh pengangkut air pada tanaman, sehingga
pembuluh itu penuh bakteri, jalannya air terhambat tidak dapat mencapai daun,
akhirnya daun menjadi layu. Misalnya, Pseudomonas solanacearum yang
menyebabkan busuk coklat pada tanaman kentang,
2). Penyakit parenchym
Patogen menyerang jaringan parenchyma yang lunak atau succulent yang
menyebabkan terjadiya nekrosis atau membusuk bagian yang diserang, misalnya
Pseudomonas malvacearum yang menyebabkan bercak daun menyudut pada
tanaman kapas; Bacillus carotovorus yang menyebabkan busuk lunak pada akar
wortel, atau bagian lainnya yang lunak dari batang atau buah pada tanaman lainnya.

3). Penyakit hyperplastis


Bakteri ini menyebabkan terjadinya bintil, tumor, bonggol, atau bengkak.
Bakteri merangsang sel-sel tanaman sehingga terjadi perkembangan yang lebih
cepat dari biasanya, sehingga terbentuk bisul atau tumor. Misalnya, Pseudomonas
tumefaciens yang menyebabkan bisul akar pada tanaman apel, dan lain-lain. Letak
bakteri pada jaringan yang sakit ada beberapa macam: (1) interselular, bakteri

5
terletak dalam ruangan antarsel, pada umumnya menyebabkan penyakit
parenchyma, (2) Intraseluler, bakteri terletak dalam sel, (3) Intravascular, bakteri
terletak dalam jaringan pengangkutan air (xylem) dan jaringan lain. Kerja bakteri
pada tanaman inang ada berbagai cara: (1) Dengan adanya enzyme bakteri dapat
memecah sel, sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan, (2)
Dengan adanya enzyme, bakteri dapat memecah tepung menjadi gula, senyawa
nitrogen yang kompleks menjadi lebih sederhana, untuk mendapatkan energi hidup,
(3) Bakteri menghasilkan zat racun, dan lain-lain, yang merugikan tanaman, (4)
Menghasilkan zat yang dapat merangsang sel-sel inang membelah secara tidak
normal. Penyebaran penyakit bakteri juga bervariasi: (1) Melalui bibit berupa biji,
buah, umbi, batang stek, dan lain-lain, sehingga pada waktu ditanam bakteri dapat
tersebar, (2) Melalui serangga, burung, siput, ulat, manusia, dan lain-lain, (3)
Melalui pupuk kandang atau kompos. Reaksi tanaman inang terhadap serangan
bakteri bervariasi: (1) Pertumbuhan jaringan atau keseluruhan tanaman menjadi
terhambat, (2) Terjadi perubahan warna, dapat menjadi hijau tua, menguning atau
pucat, (3) Terjadi distorsi pada daun, batang, atau bagian tanaman yang lain, (4)
timbul jaringan baru, karena pembelahan sel bertambah (hyperplasia) atau terjadi
hypertrophy. Membentuk sel-sel gabus untuk menahan kemajuan serangan bakteri
4). Penyakit layu bakteri
Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum (EF Smith) EF
Smith, sinonimnya: Xanthomonas solanacearum (EF Smith) Dowson; Bacterium
solanavearum (EF Smith) EF Smith; Phytomonas solanacearum (EF Smith)
Bergey. Penyakit ini juga disebut penyakit lender, liyer, lengger, klenger. Penyakit
ini menyerang tanaman tembakau, tomat, cabai, terung, kacang tanah, pisang,
wijen, dan lebih dari 140 jenis tanaman, terutama yang termasuk dalam keluarga
Solanaceae. Penyakit ini tersebar di daerah tropis dan subtropics, dari Afrika, Asia,
Australia, Amerika, dan Eropa. Gejalanya sebagai berikut. Patogen menyerang
jaringan pengangkutan air, sehingga mengganggu transport air tanaman inang.
Akibatnya, kelihatan gejala layu, menguning, dan kerdil. Bila keadaan
memungkinkan, tanaman yang mudah terserang seperti tembakau, kentang, tomat,
dan terung akan segera mati dalam beberapa hari. Bila keadaan kurang baik bagi
patogen, maka layunya tanaman pelan-pelan atau tidak layu, tetapi pertumbuhannya

6
kerdil, menguning, dan daunnya mongering. Pada tanaman cabai, akan terjadi
perubahan warna dan daun mudanya akan terkulai, anakannya menjadi kerdil atau
menghitam, buahnya kerdil atau busuk, akarnya juga membusuk. Apabila tanaman
yang terserang, batangnya dipotong melintang akan kelihatan penampang
melintang berwarna coklat, apabila dipijat akan keluar lender yang berwarna putih
kotor dari bekas potongan yang berisi jutaan bakteri. Bila batang dibelah
memanjang, akan kelihatan garis-garis berwarna coklat. Kadang-kadang garis ini
mencapai daun. Akar yang sakit berwarna coklat. Penyakit layu bakteri kadang-
kadang dikelirukan dengan penyakit layu cendawan Verticilillium dan Fusarium
spp, untuk membedakannya kalau layu cendawan, batang tanaman yang sakit kalau
dipotong tidak mengeluarkan lender, kalau dimasukkan dalam air, sedangkan pada
layu bakteri akan keluar lendir.

2.5 Cara Pengendalian


Pengendaliannya:
(1) Rotasi tanaman, dengan menanam tanaman yang tidak diserang penyakit,
misalnya Mimosa invisa selama lebih kur b. Busuk lunak bakteri Penyebabnya
adalah Erwinia carotovora (LR Jones) Hollander, sinonimnya: Bacillus carotovorus
LR Jones. Penyakit busuk lunak ini banyak menyerang tanaman sayuran seperti kol,
sawi, wortel, kentang, tomat, kacang tanah, buncis, selada, dan lain-lain. Tanaman
yang diserang akan menjadi lunak, berlendir, baunya busuk, bila keadaan
memungkinkan, penyakit akan cepat sekali menjalar ke seluruh tubuh tanaman.
Gejala pertama pada daun yang masih segar tampak bercak berair, kemudian
warnanya berubah menjadi kecoklatan. Bila yang diserang batangnya, tanaman
dapat roboh sehingga disebut penyakit busuk batang.
Pengendaliannya:
(1) tanaman kol, sawi, dan lain-lain yang telah diserang lebih baik segera dipanen
untuk dikonsumsi. Bila telah terserang berat, sebaiknya dibakar dengan seluruh
akar, batang, dan daunnya. Tanah bekas tanaman jangan terbawa ke mana-mana,
(2) sebelum terkena serangan, tanaman disemprot dengan fungisida,
(3) sayuran yang sehat saja yang disimpan atau dijual ke pasar, karena dapat
menyebabkan kerusakan pada sayuran yang masih sehat

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan
cara sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar hidup bebas dan
mengandung informasi genetik dan memiliki sistem biosintetik dan penghasil
energi yang penting untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Kelompok bakteri
terbagi menjadi 5 yaitu, eubakteria gram negatif, eubakteria gram positif, eubakteria

8
tanpa dinding sel, dan archaebakteria. Ada banyak penyakit yang dapat ditimbulkan
bagi tanaman yang terinfeksi bakteri, seperti penyakit pembuluh penyakit air,
penyakit parencym, penyakit hyperplastis, dan penyakit layu bakteri. Salah satu
pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan rotasi tanaman
sehingga dengan hal ini dapat meminimalisir terjadinya infeksi bakteri.
3.2 Saran
Dalam pembuatan paper ini masih kurang sempurna, baik dari teknis
maupun informatifnya. Demi kesempurnaan paper ini untuk kedepannya, penulis
membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca semua,
agar paper yang penulis buat ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi pembaca serta orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=jurnal+tentang+klasifikasi+bakteri&oq=jurnal
+tentang+klasifikasi+baksteri&aqs=chrome.1.69i57j0.7895j0j4&client=ms-
android-vivo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8

Daulay, dkk. “POTENSI BAKTERI BERMANFAAT DARI LUMPUR


SIDOARJO UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK LUNAK
Erwinia sp. PADA UMBI KENTANG”. Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015.
Web. 10 November 2019

9
Bradbury, J.F. & Sadler, G.S. 1997. Guide to Plant Pathogenic Bacteria. Edisi 2.
CAB International Mycological Institute, Surrey, UK.
Fahy, P.C. & Persley, G.J. 1983. Plant Bacterial Diseases. A Diagnostic Guide.
Academic Press, Sydney, Australia.
Goto, M. 1992. Fundamentals of Bacterial Plant Pathology. Academic Press, San
Diego, USA.
Schaad, N.W., Jones, J.B. & Chun, W. 2001. Laboratory Guide for Identification
of Plant Pathogenic Bacteria. Edisi 3. APS Press, St Paul, Minnesota, USA.
Swings, J.G. & Civerolo, E.L. 1993. Xanthomonas. Chapman & Hall, London, UK.
Maharina, dkk. “ APLIKASI AGENS HAYATI DAN BAHAN NABATI
SEBAGAI PENGENDALIAN LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) PADA
BUDIDAYA TANAMAN TOMAT”. JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No.
6 JANUARI-2014 ISSN: 2338-3976. Web. 10 November 2019

10

Anda mungkin juga menyukai