(Studi literature)
oleh :
1)
Johan Oberlyn Simanjuntak, ST.MT
Dosen tetap Fakultas Teknik Prodi Sipil, Universitas HKBP Nommensen,
Email : Oberlyn. simanjuntak @yahoo. co.id
2)
Tiurma Elita Saragi, ST.MT
Dosen tetap Fakultas Teknik Prodi Sipil, Universitas HKBP Nommensen,
Email : Saragih_27@yahoo.com
Abstract
Hal yang utama dalam desain suatu komponen struktur beton prategang adalah
perhitungan tentang kekuatan lentur. Disamping itu daktilitas ( kemampuan suatu struktur
gedung utk mengalami simpangan pasca – elastik secara berulang) dari setiap penampang
juga harus dicek. Daktilitas berlawanan dengan kegetasan. Kriteria tentang daktilitas juga
penting dalam desain penampang suatu komponen struktur karena struktur yang daktail (
adalah kata sifat ) akan mengalami deformasi yang panjang sebelum akhirnya mengalami
keruntuhan.
Pada beton prategang, baja sebelumnya ditarik terlebih dahulu untuk mencegah
terjadinya pemanjangan yang berlebihan pada saat pembebanan, sementara beton ditekan
terlebih dahulu untuk mencegah retak-retak akibat tegangan tarik. Dengan memanfaatkan
momen sekunder akibat stressing untuk mengimbangi momen akibat beban luar tinggi
komponen beton prategang berkisar antara 65% sampai 80% tinggi komponen beton
bertulang pada bentang dan beban yang sama, dengan demikian beton prategang
membutuhkan lebih sedikit beton dan sekitar 20% sampai 30% banyaknya tulangan (Edward
G.Nawy, 2001).
Nilai ini menunjukkan jarak maksimum dibawah batas bawah (terendah) daerah kern (inti).
eb = ( amin + kb )
Jika MT adalah momen total akibat beban mati, beban mati tambahan dan beban
hidup (Mmaks), maka lengan kopel antara garis pusat tekanan (C) dan garis pusat tendon
(cgs) adalah amaks (lihat gambar dibawah)
MT = Mmaks = Pe . amaks
𝑀𝑇
amaks =
𝑃𝑒
et = ( amaks – kt )
Dimana MT : momen akibat beban mati
Pe : gaya kabel
et : eksentrisitas
kt : jarak et dan amaks
Pada kondisi layan, balok diasumsikan homogen dan elastik, sedangkan pemilihan
penampang biasanya didasarkan pada modulus penampang minimum yang diperlukan untuk
menahan semua pembebanan setelah terjadinya kehilangan prategang.
𝑃 𝑃.𝑒.𝑌𝑏 𝑀.𝑌𝑏
fcb = − − +
𝐴𝑐 𝐼𝑔 𝐼𝑔
Beton prategang dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan tegangan tekan internal
sedemikian rupa sehingga dapat mengeliminir tegangan tarik yang terjadi akibat beban
eksternal sampai suatu batas tertentu.
2. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitan adalah : Untuk mengetahui hubungan atau korelasi dari eksentrisitas
(e) dengan gaya prategang. Akibat diberi gaya tekan (gaya prategang) F yang bekerja pada
pusat berat penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh
penampang beton sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tersebut. Akibat
beban merata (termasuk berat sendiri beton) akan memberikan tegangan tarik dibawah garis
netral dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya pada serat terluar penampang
adalah :
3. METODOLOGI PENELITIAN
Jalur kabel :
1. Lurus
2. Melengkung
Gambar 3.1.2 Jalur Kabel Melengkung
Apabila gaya prategang bekerja tidak pada pusat penampang, tetapi dengan
eksentrisitas, maka ada tambahan tegangan akibat eksentrisitas tersebut.
𝑃 𝑃.𝑒
Tegangan akibat prategang adalah : +
𝐴 𝑊
𝑀
Tegangan akibat beban luar termasuk berat sendiri :
𝑊
Resultan tegangan diserat tarik dibuat sama dengan nol untuk struktur fully
prestressed (prategang penuh) disesuaikan dengan tegangan ijinnya. Diserat, tekan tegangan
tidak boleh melebihi tekan tegangan yang diijinkan. Dengan demikian tegangan diserat
𝑃 𝑃.𝑒 𝑀
tertekan adalah : Fb =− + +
𝐴 𝑊 𝑊
Dimana : Fb : Tegangan diserat tertekan/bawah (Mpa = N/mm2)
P : Gaya prategang (N)
e : Eksentrisitas penampang (mm)
M : Momen akibat beban luar (N.mm)
W : Momen tahan (mm3)
Dengan mengatur besar F dan eksentrisitas sedemikian rupa, dapat diperoleh sehingga
σa dan σb adalah tegangan tekan, artinya seluruh penampang mengalami tegangan tekan,
Beban minimum, adalah momen minimum yang terdapat pada penampang, akibat
beban luar dan berat sendiri konstruksi.
Mp = Mmin
Beban maksimum, adalah momen maksimum yang terdapat pada penampang, akibat
beban luar dan berat sendiri konstruksi.
Mq = Mmax – Mmin
Tegangan pada tendon beton prategang berkurang secara continue seiring dengan
waktu. Total pengurangan tegangan ini disebut kehilangan prategang total. Kehilangan
prategang total ini adalah faktor utama yang mengganggu perkembangan awal beton
prategang. Menurut Raju (1993), kehilangan gaya prategang dapat digolongkan menjadi 2,
yaitu kehilangan langsung (immediate) dan kehilangan yang bergantung dengan waktu (time
depending lost).
Akibat beberapa sebab yang akan dijelaskan kemudian, gaya pratekan yang semulanya
sebesar F, secara lambat laun akan berkurang besarnya menjadi ղF, dimana ղ < 1,0
ղF
Saat dimana kehilangan gaya pratekan telah selesai, disebut saat akhir.
Oleh karena itu, analisa beton pratekan mengenal 2 tahap, dimana pada masing-masing tahap
ditinjau 2 tingkat pembebanan, yakni :
Tegangan diserat bawah adalah tegangan tarik . Karena beton tidak kuat menahan tegangan
tarik maka tegangan tarik ft = 0
𝑃 𝑀
ft= - + = 0 (Fully Prestressed)
𝐴 𝑊
1
M = ql2
8
𝑃 𝑀 𝑞𝐿2
= =
𝐴 𝑊 8𝑊
8𝑊𝑃
q=
𝐴𝐿2
Penyelesaian yang ekonomis, bila F sekecil mungkin (agar luas kabel minimum). Agar
1
F kecil, maka 1/σf harus maksimal. Jadi penyelesaian yang ekonomis adalah : dan
𝜎𝑓
1
σ
eksentrisitas ic. dan gaya prategang : F = A . 1 = A . fcim adalah eksentrisitas maksimum
𝜎𝑓
yang dimungkinkan sesuai keadaan penampang, agar diperoleh selimut beton (S) yang cukup.
Bila ic> im maka kabel harus diletakkan sejauh im dari garis netral.
Hitung : a, b, I, I/a, I/b, r, Mp, Mq, σpa, σqa (pada potongan extrem)
Hitung ic
Bila ic<immaka i = i c
ic >im maka i = im
Tentukan 1/σf dengan mensubsutusikan i diatas kedalam persamaan garis 3
Lakukan perhitungan kontrol tegangan-tegangan
Tentukan jalur kabel sepanjang balok
Kontrol tegangan pada penampang-penampang tertentu sepanjang balok
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Akibat diberi gaya tekan (gaya prategang) F yang bekerja pada pusat berat penampang
beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh penampang beton
sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tersebut. Akibat beban merata
(termasuk berat sendiri beton) akan memberikan tegangan tarik dibawah garis netral
dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya pada serat terluar penampang
adalah :
𝑀.𝑐
Tegangan Lentur : 𝑓 = Dimana: c: momen lentur pada penampang yang ditinjau
𝐼
I: jarak garis netral ke serat terluar penampang
M: momen inersia penampang
2. Beton prategang sebagai kombinasi dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang
dimana baja menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan
membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal. Dengan menarik dan
menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang diinginkan pada kedua
bahan, tegangan dan regangan tekan pada beton serta tegangan dan regangan pada baja.
Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini (balok dengan e = 0)
3. Pada design struktur beton prategang, pengaruh dari prategang dipandang sebagai
keseimbangan berat sendiri, sehingga batang yang mengalami lendutan seperti plat, balok,
dan gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut (balok dengan e = 0 , garis melengkung)
5.2. Saran
Pengolahan data-data yang diperoleh dari hasil perhitungan dan pembahasan pokok-
pokok temuan penelitian dengan membandingkan pokok-pokok temuan dari teori
yang digunakan dengan bantuan Pemodelan Program SAP 2000.
6. DAFTAR PUSTAKA