Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN EKSENTRISITAS KABEL DENGAN GAYA PRATEGANG

(Studi literature)

oleh :
1)
Johan Oberlyn Simanjuntak, ST.MT
Dosen tetap Fakultas Teknik Prodi Sipil, Universitas HKBP Nommensen,
Email : Oberlyn. simanjuntak @yahoo. co.id
2)
Tiurma Elita Saragi, ST.MT
Dosen tetap Fakultas Teknik Prodi Sipil, Universitas HKBP Nommensen,
Email : Saragih_27@yahoo.com

3) Humisar Pasaribu, ST.MT


Dosen tetap Fakultas Teknik Prodi Sipil, Universitas HKBP Nommensen,
Email : pasaribu.humisar @yahoo.com

Abstract

Pre-stressed concrete is a material widely used in construction. The pre stressed


concrete is essentially a concrete, in which the stresses caused by external loadsare help up
to a desired level.
Pre-stressed concrete can be defined as concrete given internal compressive stress in
such a away that it can be eliminate tensile stresses that occur due to external loads to some
extent.
In this case the authors analyze the pre- stressed style acting on the cross sectional
center and which work not at the center of the cross section, but with eccentricity. This
analysis is carried out on the supported beam, simple beam ( roll – joint pedestal )
This study to determine the relationship or correlation of eccentricity (e ) with the
style of pre- stressed. The concrete used in pre – stressed concrete is having a sufficiently
high mpressive strengt K 350 (with a value, f ‘c = 29 Mpa)

Key word: Eccentricity, Pre - Stressed, Simple Beam


1.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.1. Umum

Hal yang utama dalam desain suatu komponen struktur beton prategang adalah
perhitungan tentang kekuatan lentur. Disamping itu daktilitas ( kemampuan suatu struktur
gedung utk mengalami simpangan pasca – elastik secara berulang) dari setiap penampang
juga harus dicek. Daktilitas berlawanan dengan kegetasan. Kriteria tentang daktilitas juga
penting dalam desain penampang suatu komponen struktur karena struktur yang daktail (
adalah kata sifat ) akan mengalami deformasi yang panjang sebelum akhirnya mengalami
keruntuhan.

Pada beton prategang, baja sebelumnya ditarik terlebih dahulu untuk mencegah
terjadinya pemanjangan yang berlebihan pada saat pembebanan, sementara beton ditekan
terlebih dahulu untuk mencegah retak-retak akibat tegangan tarik. Dengan memanfaatkan
momen sekunder akibat stressing untuk mengimbangi momen akibat beban luar tinggi
komponen beton prategang berkisar antara 65% sampai 80% tinggi komponen beton
bertulang pada bentang dan beban yang sama, dengan demikian beton prategang
membutuhkan lebih sedikit beton dan sekitar 20% sampai 30% banyaknya tulangan (Edward
G.Nawy, 2001).

1.2.. Material Beton Prategang


1. Beton
Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus,
agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran (admixture) (SNI
2847:2013). Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik pada usia 28 hari
atau f’c yang mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi f’c antara 30-45 Mpa.
2. Baja Prategang
Baja Prategang adalah elemen baja mutu tinggi seperti kawat, batang, atau strand, atau
bundel elemen seperti itu, yang digunakan untuk menyalurkan gaya prategang ke
beton (SNI 2847:2013). Grouting
Grouting adalah bahan pengisi selubung baja prategang (tendon) pada beton prategang
yang menggunakan metode pascatarik. Grouting terdiri dari semen portland dan air
atau semen portland pasir dan air (SNI 2847:2013).
3. Selubung (Sheathing)
Selubung adalah material yang melingkupi baja prategang yang mencegah lekatan
baja prategang dengan beton yang mengelilinginya, menyediakan perlindungan korosi
dan mengandung pelapis (coating) pencegah korosi (SNI 2847:2013).

1.3. Perencanaan Beton Prategang

Ada 2 metode perencanaan beton prategang, yaitu ;

1.Working stress method (metode beban kerja)


Prinsip perencanaan disini ialah dengan menghitung tegangan yang terjadi akibat
pembebanan (tanpa dikalikan dengan faktor beban) dan membandingkan dengan tegangan
yang diijinkan. Tegangan yang diijinkan dikalikan dengan suatu faktor kelebihan tegangan
(oversitas factor) dan jika tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan yang diijinkan
tersebut, maka struktur dinyatakan aman.

2. Limit state method (metode beban batas)


Prinsip perencanaan disini didasarkan pada batas-batas tertentu, Batas-batas ini ditetapkan
terutama terhadap kekuatan kemampuan layan, keawetan, ketahanan terhadap beban api,
kelelehan dan persyaratan-persyaratan khusus yang berhubungan dengan penggunaan
struktur tersebut. Dalam menghitung beban rencana maka beban harus dikalikan dengan
suatu faktor beban (load factor), sedangkan kapasitas bahan dikalikan dengan suatu faktor
reduksi kekuatan (reduction factor).

Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sebagai


berikut :
1. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban terbatas (dead load dan
beban konstruksi).
2. Kehilangan gaya prategang. Untuk perhitungan awal kehilangan gaya prategang ini
biasanya ditentukan 25% untuk sistem pratarik (pre-tension) dan 20% untuk sistem
pascatarik (post-tension).
3. Pada kondisi servis dengan gaya prategang efektif (sudah diperhitungkan kehilangan
gaya prategangnya) dan beban maksimum (beban mati, beban hidup dan pengaruh-
pengaruh lain).
4. Perlu diperhitungkan pengaruh-pengaruh lain yang mempengaruhi struktur beton
prategang seperti adanya pengaruh sekunder pada struktur statis tak tentu, pengaruh P
delta pada gedung bertingkat tinggi, serta perilaku struktur dari awal sampai waktu yang
ditentukan

1.4. Kehilangan Gaya Prategang


Kehilangan gaya prategang itu adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon
pada tahap-tahap pembebanan.
Secara umum kehilangan gaya prategang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Immediate Elastic Losses
Ini adalah kehilangan gaya prategang langsung atau segera setelah beton diberi gaya
prategang.
2. Time Dependent Losses
Ini adalah kehilangan gaya prategang akibat dari pengaruh waktu, yang mana hal ini
disebabkan oleh :
 Rangkak (creep) dan susut pada beton
 Pengaruh temperatur
 Relaksasi baja prategang
1.5. Tata Letak Tendon
Tata letak tendon dipengaruhi oleh besar momen pada setiap titik yang berarti
eksentrisitas tendon e berubah sesuai dengan besar momen. Perencanaan tata letak tendon
dilakukan dengan peninjauan sebagai berikut :
1. Batas bawah didasarkan saat transfer, agar tegangan pada serat atas ≤ tegangan ijin.
2. Batas atas didasarkan saat layan. Jika tendon diletakkan di luar batas ini, maka
beban yang dapat dipikul berkurang atau tegangan serat bawah yang terjadi ≥
tegangan ijin.

1.6. Daerah Batas Eksentrisitas Disepanjang Bentang Balok


Eksentrisias rencana tendon disepanjang bentangan balok haruslah sedemikian rupa
sehingga gaya tarik yang timbul pada serat penampang yang dikontrol atau ditinjau
terbatas atau tidak ada sama sekali.
Jika MD adalah momen akibat beban mati (Mmin), maka lengan kopel antara garis
pusat tekanan (C) dan garis pusat tendon (cgs) adalah amin (lihat gambar dibawah ini)

Gambar 2.6.a Daerah batas eksentrisitas amin


MD = Mmin = Pi . amin
𝑀𝐷
amin =
𝑃𝑖

Dimana : MD :momen akibat beban mati


Pi : gaya kabel
amin :lengan kopel

Nilai ini menunjukkan jarak maksimum dibawah batas bawah (terendah) daerah kern (inti).
eb = ( amin + kb )
Jika MT adalah momen total akibat beban mati, beban mati tambahan dan beban
hidup (Mmaks), maka lengan kopel antara garis pusat tekanan (C) dan garis pusat tendon
(cgs) adalah amaks (lihat gambar dibawah)

Gambar 2.6.b Daerah Batas Eksentrisitas amaks


Sumber : Ir.Soetoyo, Konstruksi Beton Prategang

MT = Mmaks = Pe . amaks
𝑀𝑇
amaks =
𝑃𝑒

et = ( amaks – kt )
Dimana MT : momen akibat beban mati
Pe : gaya kabel
et : eksentrisitas
kt : jarak et dan amaks

1.7. Pemilihan Penampang

Pada kondisi layan, balok diasumsikan homogen dan elastik, sedangkan pemilihan
penampang biasanya didasarkan pada modulus penampang minimum yang diperlukan untuk
menahan semua pembebanan setelah terjadinya kehilangan prategang.

Tegangan beton ditengah-tengah bentang balok secara umum dapat ditulis :

fca =− 𝐴𝑃𝑐 + 𝑃.𝑒.𝑌𝑎


𝐼𝑔
− 𝑀.𝑌
𝐼𝑔
𝑎

𝑃 𝑃.𝑒.𝑌𝑏 𝑀.𝑌𝑏
fcb = − − +
𝐴𝑐 𝐼𝑔 𝐼𝑔

Beton prategang dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan tegangan tekan internal
sedemikian rupa sehingga dapat mengeliminir tegangan tarik yang terjadi akibat beban
eksternal sampai suatu batas tertentu.

2. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitan adalah : Untuk mengetahui hubungan atau korelasi dari eksentrisitas
(e) dengan gaya prategang. Akibat diberi gaya tekan (gaya prategang) F yang bekerja pada
pusat berat penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh
penampang beton sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tersebut. Akibat
beban merata (termasuk berat sendiri beton) akan memberikan tegangan tarik dibawah garis
netral dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya pada serat terluar penampang
adalah :

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jalur Kabel

Jalur kabel :

1. Lurus

Gambar 3.1.1 Jalur Kabel Lurus

2. Melengkung
Gambar 3.1.2 Jalur Kabel Melengkung

3.2. Tata Letak Kabel


Kabel didesain sesuai gaya konsentris atau eksentris, hal ini bertujuan untuk mencegah
berkembangnya retak, yaitu dengan cara mengurangi tegangan tarik ditumpuan dan daerah
kritis pada saat kondisi beban kerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser dan
torsional penampang struktur.

3.3. Pengaruh Prategang


Pemberian gaya prategang pada beton prategang akan memberikan tegangan tekan
pada penampang. Tegangan ini memberikan perlawanan terhadap beban luar yang bekerja.
Gaya prategang diatur sesuai tegangan terhadap beban luar yang bekerja. Pengaturan posisi
penegangan pada penampang akan memberikan keuntungan lebih.

Apabila gaya prategang bekerja tidak pada pusat penampang, tetapi dengan
eksentrisitas, maka ada tambahan tegangan akibat eksentrisitas tersebut.

Gambar 3.2.a Prategang dengan Eksentrisitas


Gambar 3.2.b Diagram Tegangan

𝑃 𝑃.𝑒
Tegangan akibat prategang adalah : +
𝐴 𝑊
𝑀
Tegangan akibat beban luar termasuk berat sendiri :
𝑊
Resultan tegangan diserat tarik dibuat sama dengan nol untuk struktur fully
prestressed (prategang penuh) disesuaikan dengan tegangan ijinnya. Diserat, tekan tegangan
tidak boleh melebihi tekan tegangan yang diijinkan. Dengan demikian tegangan diserat
𝑃 𝑃.𝑒 𝑀
tertekan adalah : Fb =− + +
𝐴 𝑊 𝑊
Dimana : Fb : Tegangan diserat tertekan/bawah (Mpa = N/mm2)
P : Gaya prategang (N)
e : Eksentrisitas penampang (mm)
M : Momen akibat beban luar (N.mm)
W : Momen tahan (mm3)

Dengan mengatur besar F dan eksentrisitas sedemikian rupa, dapat diperoleh sehingga

σa dan σb adalah tegangan tekan, artinya seluruh penampang mengalami tegangan tekan,

artinya seluruh penampang mengalami tegangan tekan.

Gaya F, yang selanjutnya disebut gaya pratekan, dihasilkan dengan


menarik/menegangkan kabel bermutu tinggi yang dipasangkan didalam balok beton. Setelah
gaya tarik cukup besar sesuai dengan kebutuhan, ujung-ujung kabel diangkur kuat, dan
tarikan dilepaskan. Oleh karena regangan kabel tertahan pada angka diujung balok, hasilnya
balok mengalami tekanan sebesar F.

3.4. Tingkat Pembebanan (Momen)


Analisa (perhitungan) dilakukan pada 2 tingkat pembebanan :

 Beban minimum, adalah momen minimum yang terdapat pada penampang, akibat
beban luar dan berat sendiri konstruksi.
Mp = Mmin
 Beban maksimum, adalah momen maksimum yang terdapat pada penampang, akibat
beban luar dan berat sendiri konstruksi.
Mq = Mmax – Mmin

3.5. Kehilangan Gaya Pratekan

Tegangan pada tendon beton prategang berkurang secara continue seiring dengan
waktu. Total pengurangan tegangan ini disebut kehilangan prategang total. Kehilangan
prategang total ini adalah faktor utama yang mengganggu perkembangan awal beton
prategang. Menurut Raju (1993), kehilangan gaya prategang dapat digolongkan menjadi 2,
yaitu kehilangan langsung (immediate) dan kehilangan yang bergantung dengan waktu (time
depending lost).

Akibat beberapa sebab yang akan dijelaskan kemudian, gaya pratekan yang semulanya
sebesar F, secara lambat laun akan berkurang besarnya menjadi ղF, dimana ղ < 1,0

ղF

saat awal saat akhir

Saat dimana kehilangan gaya pratekan telah selesai, disebut saat akhir.

Oleh karena itu, analisa beton pratekan mengenal 2 tahap, dimana pada masing-masing tahap
ditinjau 2 tingkat pembebanan, yakni :

 Tahap awal (dengan F) : a. momen Mp


b. momen Mmax
 Tahap akhir (dengan ղF) : a. momen Mp
b. momen Mmax

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Elastis


Dalam analisa elastis, tegangan-tegangan yang dialami bahan (beton dan baja) masih
berada dalam keadaan elastis. Hukum Hooke berlaku sepenuhnya. Perjanjian/materi yang
digunakan :

σb : Tegangan tarik beton yang diijinkan


σb : Tegangan tekan beton yang diijinkan
F : Gaya Prategang
i : Eksentrisitas gaya prategang terhadap titik berat penampang yang tidak retak
Mp : Momen minimum yang terdapat pada penampang, akibat beban luar dan
berat sendiri konstruksi.
Mq : Mmax – Mmin = Mmax - Mp
Index “a” menyatakan tegangan diserat tepi atas balok.
Index “b” menyatakan tegangan diserat tepi bawah balok
Tegangan tarik dinyatakan positif (+)
Tegangan tekan dinyatakan negatif (-)
Contoh :
Tentukan besarnya beban merata q dari balok prategang sebagai berikut dengan eksentrisitas
e= 0

Tegangan diserat bawah adalah tegangan tarik . Karena beton tidak kuat menahan tegangan
tarik maka tegangan tarik ft = 0
𝑃 𝑀
ft= - + = 0 (Fully Prestressed)
𝐴 𝑊

1
M = ql2
8

𝑃 𝑀 𝑞𝐿2
= =
𝐴 𝑊 8𝑊

8𝑊𝑃
q=
𝐴𝐿2

4.2. Analisa Desain

Penyelesaian yang ekonomis, bila F sekecil mungkin (agar luas kabel minimum). Agar
1
F kecil, maka 1/σf harus maksimal. Jadi penyelesaian yang ekonomis adalah : dan
𝜎𝑓
1
σ
eksentrisitas ic. dan gaya prategang : F = A . 1 = A . fcim adalah eksentrisitas maksimum
𝜎𝑓

yang dimungkinkan sesuai keadaan penampang, agar diperoleh selimut beton (S) yang cukup.

 Bila ic> im maka kabel harus diletakkan sejauh im dari garis netral.

 Nilai ic dan 1/σf juga harus ditentukan secara analitis.

4.3. Pekerjaan Mendesign Balok Beton Pratekan

 Pilih penampang balok

 Hitung : a, b, I, I/a, I/b, r, Mp, Mq, σpa, σqa (pada potongan extrem)

 Bandingkan σb’dengan ( σpa + σqa )

Hitung ic
Bila ic<immaka i = i c

ic >im maka i = im
 Tentukan 1/σf dengan mensubsutusikan i diatas kedalam persamaan garis 3
 Lakukan perhitungan kontrol tegangan-tegangan
 Tentukan jalur kabel sepanjang balok
 Kontrol tegangan pada penampang-penampang tertentu sepanjang balok
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

 Akibat diberi gaya tekan (gaya prategang) F yang bekerja pada pusat berat penampang
beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh penampang beton
sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tersebut. Akibat beban merata
(termasuk berat sendiri beton) akan memberikan tegangan tarik dibawah garis netral
dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya pada serat terluar penampang
adalah :

𝑀.𝑐
Tegangan Lentur : 𝑓 = Dimana: c: momen lentur pada penampang yang ditinjau
𝐼
I: jarak garis netral ke serat terluar penampang
M: momen inersia penampang

2. Beton prategang sebagai kombinasi dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang
dimana baja menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan
membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal. Dengan menarik dan
menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang diinginkan pada kedua
bahan, tegangan dan regangan tekan pada beton serta tegangan dan regangan pada baja.

Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini (balok dengan e = 0)
3. Pada design struktur beton prategang, pengaruh dari prategang dipandang sebagai
keseimbangan berat sendiri, sehingga batang yang mengalami lendutan seperti plat, balok,
dan gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi.

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut (balok dengan e = 0 , garis melengkung)

5.2. Saran

 Pengolahan data-data yang diperoleh dari hasil perhitungan dan pembahasan pokok-
pokok temuan penelitian dengan membandingkan pokok-pokok temuan dari teori
yang digunakan dengan bantuan Pemodelan Program SAP 2000.

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Andri Budiadi, Desain Praktis Beton Prategang


2. Buku modul pembelajaran beton prategang
3. Krisna Raju, Prestressed Concrete
4. Ir. Soetoyo, Konstruksi Beton Pra- Tegang
5. http://duniatekniksipil.web.id/
6. ilmudasardanteknik.blogspot.com
7. irmavina28blog.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai