Laporan Hidrokoloid
Laporan Hidrokoloid
PENDAHULUAN
1.2.3. Agar-Agar
Agar didefinisikan sebagai hidrokoloid pembentuk gel yang kuat
terbuat dari ganggang laut. Struktur utama dari agar-agar secara kimia adalah
unit D-galaktosa, 3,6 anhydro-L-galaktosa dan ester sulfat yang jumlahnya
sedikit. Kekuatan pembentukan gel pada agar karena ikatan hidrogen yang
terbentuk di antara galaktan linier yang dapat memberikan reversibilitas yang
baik (Phillips, 2009).
Pembentukan jeli pada agar-agar terjadi akibat molekul-molekul bergabung
membentuk rantai panjang. Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-ruang
kosong yang dapat diisi oleh cairan atau medium pendispersi sehingga cairan
terjebak dalam jaringan rantai atau disebut juga swelling. Pembentukan jeli
bergantung pada suhu dan konsentrasi zat. Pada suhu tinggi, agar-agar sukar
mengeras, dan pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan jeli juga
menuntut konsentrasi tinggi agar seluruh pelarut dapat terjebak dalam jaringan
(Sunarya, 2007).
1.2.4. Karagenan
Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida
hasil ekstraksi dari rumput laut merah dengan menggunakan air panas (hot
water) atau larutan alkali pada temperature tinggi. Sebagian karagenan
mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus
ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Senyawa
polisakarida mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil
dalam suasana basa. Dalam perdagangan, karagenan berbentuk bubuk
menyerupai tepung dan berwarna putih. Berikut tabel sifat pembentukan gel
dan viskositasnya, fraksi karagenan dapat dilihat pada Tabel 1.1
Perendaman
AIR Pemasakan
(Pressure Cooker)
(1:225)
Penyaringan
(berat hasil saring : 1879gr)
100 gr bubur RL
Sisa setelah diambil untuk
perlakuan etanol
Penambahan etanol (b/v)
(2,5:1)
Freezing (24 Jam)
Karagenan berat=X . G
Daun Cincau
Pemblenderan
v
Penyaringan
A
A
Pemasukan tabung ke
penangas air
Pemasukan tabung ke
penangas air
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar air rumput laut sebesar 34,97%.
Menurut SNI 2690:2015, persyaratan kadar air E. cottonii adalah maksimal 30%.
Kadar air daun cincau hasil percobaan adalah 74,53%. Pitojo (2008) menyatakan
bahwa kadar air daun cincau hijau adalah 66%. Kadar air rumput laut maupun daun
cincau hijau hasil percobaan yang berada di atas batas maksimal dapat disebabkan
karena pengaruh varietas, ukuran umur, dari bahan yang diuji.
Kadar air agar-agar bubuk hasil percobaan adalah 15,57%. Menurut SNI
2802:2015, persyaratan mutu kadar air agar-agar bubuk adalah maksimal 22%. Kadar
air agar-agar bubuk hasil percobaan masih pada angka normal. Kadar air tersebut dapat
dipengaruhi oleh proses pengolahan, penyimpanan, serta jenis atau merk yang
digunakan. Kadar air cincau hitam bubuk adalah 7,70%. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa produk bubuk memiliki kadar air yang jauh lebih rendah dibandingkan
bahan segarnya. Produk bubuk tersebut telah melewati serangkaian proses pengeringan
sehingga kadar air yang ada di dalamnya sudah berkurang sangat banyak.
Ekstraksi dengan
alkohol Ekstraksi dengan freezing
Berat awal (g) 200 200
Berat setelah perebusan
2317 2317
dengan pressure cooker (g)
Berat setelah perebusan
2317 2317
100℃ (g)
Berat filtrat total (g) 1879 1879
Berat filtrat untuk I. 519
ekstraksi (g) 100 II. 510
III. 519
Berat ekstrak karagenan I. 1,04 I. 51
yang dihasilkan (g) II. 0,46 II. 38
III. 0,98 III. 58
Rata-rata 0,83 g 49 g
Rendemen (%) I. 725,64 I. 41,05
II. 486,09 II. 20,55
III. 1277,42 III. 24,99
Rata-rata 829,72 % 28,90 %
Kadar Air (%) I. 93,76
- II. 95,88
III. 96,60
Rata-rata - 95,41 %
Contoh perhitungan Rendemen (Alkohol):
𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚 𝑏𝑢𝑏𝑢𝑟 𝑅𝐿 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑔𝑒𝑛𝑎𝑛 𝑥 𝑥
𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑡𝑘 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 𝑚 𝑏𝑢𝑏𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑡 𝑙𝑎𝑢𝑡 𝑥 (1 − 𝐾𝐴 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑔𝑒𝑛𝑎𝑛)
1879 2317
0,98 × ×
100 500
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100% = 1277,42%
200 × (1 − 0,9666)
Karaginan adalah suatu hidrokoloid yang berasal dari ekstraksi rumput laut,
umumnya rumput laut merah seperti Eucheuma cottonii menggunakan air atau larutan
basa. Karaginan mengandung kalium, natrium, kalsium, magnesium, serta ester
amonium sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3-6-anhidrogalaktosa (Rowe, 2009).
Karaginan dapat berguna dalam berbagai aplikasi yaitu sebagai agen pengemulsi, agen
stabilisasi, basis gel, dan agen peningkat viskositas (Damayanti, 2017). Karaginan
dapat diperoleh melalui proses presipitasi hasil ekstraksi rumput laut menggunakan
alkohol sehingga terbentuk serat-serat hidrokoloid (karaginan), yang kemudian
dikeringkan menggunakan drum dryer sehingga diperoleh karaginan kering serta
menggunakan metode pembekuan (Damayanti, 2017).
Pada praktikum kali ini digunakan metode presipitasi serta metode freeze-thaw
untuk mendapatkan ekstrak karaginan. Adanya pembekuan serta penambahan alkohol
pada karaginan dapat membantu pemisahan karaginan dari filtratnya (Wulandari,
2010). Karaginan akan terbentuk pada metode freeze-thaw setelah disimpan pada
freezer dikarenakan dalam air dingin seluruh garam dari karaginan lambda akan larut
sedangkan karaginan jenis kappa dan iota hanya garam natriumnya saja yang larut
(Wulandari, 2010). Berdasarkan data yang didapatkan, dapat dilihat bahwa rendemen
karaginan yang dihasilkan melalui metode ekstraksi alkohol lebih besar dibandingkan
dengan ekstraksi metode freezing meskipun berat ekstrak karaginan yang didapatkan
pada metode alkohol lebih kecil. Hal ini disebabkan karena etanol memiliki sifat yang
baik dalam mengekstrak rumput laut Eucheuma cottoni dan menjendalkan karaginan
sehingga dapat menghasilkan rendemen yang besar (Husna, 2016).
Kadar air menunjukkan banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan
yang memengaruhi kualitas dari bahan tersebut (Damayanti, 2017). Berdasarkan data
pengamatan, dapat dilihat bahwa karaginan yang terbentuk melalui metode freeze-thaw
rata-rata memiliki kadar air diatas 95%. Sehingga memungkinkan bahwa karaginan
yang didapatkan tidaklah murni melainkan masih mengandung air hasil thawing
dengan kadar yang tinggi. Menurut Food Agriculture Organization (FAO), kadar air
yang terkandung dalam karaginan adalah maksimum sebesar 12%.
Sineresis
Bahan Sampel
Berat awal (gr) Berat akhir (gr) Sineresis (%)
1 15,0426 13,3189 11,46
Daun
2 15,5820 14,2638 8,46
cincau
3 15,1744 13,3408 12,08
Sineresis merupakan peristiwa keluarnya air dari dalam gel, dimana gel
mengkerut sehingga cenderung memeras air keluar dari dalam, sel akibatnya sel
nampak lebih kecil dan padat (Kuncari, 2014). Pada percobaan sineresis ini didapatkan
hasil sesuai Tabel a.a . Menurut Nurdin (2008) pada dinding sel tanaman cincau pectin
berikatan dengan kalsium dan memperkuat diding selnya sehingga dapat menghambat
proses sineresis. Maka dari itu tidak diperlukan penambahan CaCl2 karena di dalam
daun cincau tersebut sudah terdapat Ca2+.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Rumput laut berwarna putih, memiliki luasan 159 mm2 dengan kadar air 34,97 %.
2. Daun cincau hijau berwarna hijau tua, memiliki luasan 4109 mm2 dengan kadar
air 74,53 %.
3. Agar-agar bubuk berwarna putih dengan kadar air 15,57 % sedangkan cincau
hitam bubuk berwarna abu-abu dengan kadar air 7,70 %.
4. Komponen utama pembentuk gel pada ekstraksi daun cincau adalah pectin.
5. Kalsium yang terkandung dalam daun cincau dapat menghambat sineresis.
6. Metode yang efektif untuk mendapatkan karaginan dengan % rendemen tinggi
yaitu dengan menggunakan ekstraksi metode alkohol.
7. Suhu pelelehan gel agar-agar sebesar 75℃ dan suhu pembentukan gelnya sebesar
32,33℃
8. Suhu pelelehan gel cincau hitam sebesar 72℃ dan suhu pembentukan gelnya
sebesar 36,67℃
9. Suhu pelelehan gel daun cincau yaitu irreversible sedangkan suhu pembentukan
gelnya sebesar 25,5℃ (suhu kamar).