“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah
memanggil kamu, dan mengikuti suatu Injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang
mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus (Ayat 6-7)”.
“Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan
diajarkan Yesus (ayat 1).”
“Pak Teofilus!”
Syalom, selamat pagi adik-adik yang dikasihi dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Apakah adik-adik pernah mendengar nama Teofilus? Ya benar, jika kita membaca Lukas
1:3 dan Kisah Para Rasul 1:1, kita pasti akan melihat bagaimana si Pak Lukas menuliskan cerita
tentang Tuhan Yesus kepadanya. Wahhh, adik-adik pasti penasaran ya siapa sih Teofilus itu?
Mengapa Pak Lukas harus menulis kisah Tuhan Yesus kepadanya ?
Adik-adik, Teofilus adalah orang yang sangat senang mendengar cerita tentang Tuhan
Yesus. Lihat saja, dia bahkan meminta Pak Lukas untuk menuliskan cerita tentang Tuhan Yesus,
hebat ya adik-adik. Teofilus berasal dari bahasa Yunani yang berarti sahabat Allah atau yang
dikasihi Allah dan ia adalah seorang laki-laki. Jadi setelah ini kita panggil dia Pak Teofilus ya
sama seperti Pak Lukas. Mungkin ada adik-adik yang tidak tahu bahasa Yunani itu apa ya? Bahasa
Yunani itu adalah bahasa asli Perjanjian Baru.
Teofilus memiliki arti nama yang bagus ya adik-adik, dikasihi Allah dan sahabat
Allah..Tetapi Teofilus hebat bukan hanya karena arti namanya. Ia hebat juga karena ia memiliki
keinginan yang besar untuk membaca cerita tentang Tuhan. Oleh karena itu, Pak Lukas kemudian
menuliskan semuanya itu untuk Pak Teofilus.
Bagaimana dengan adik-adik? Apakah adik-adik juga sering membaca cerita tentang
Tuhan seperti Pak Teofilus? Di mana kita membaca ceritanya? Benar, di dalam Alkitab dan juga
dicerita guru-guru Sekolah Minggu juga ada.. Mari belajar dari Pak Teofilus ya adik-adik sebagai
anak yang senang mendengar dan membaca cerita tentang Tuhan Yesus, selamat belajar dari
teladan Teofilus. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Sabtu, 18 Januari 2020
“Tetapi Petrus berkata :”Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh
Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (ayat 3)”.
Syalom, adik-adik apa kabarnya hari ini? Baik ya, syukur puji Tuhan, jangan lupa ucapkan
terimakasih ya kepada Tuhan Yesus..
Kalau begitu kita nyanyikan sama-sama ya..Adik-adik, nas hari ini menceritakan tentang
Rasul Petrus yang dibohongi oleh Ananias dan Safira tentang penjualan sebidang tanah. Dalam
ayat 2 dan 8 ternyata mereka sengaja berbohong kepada Rasul Petrus tentang hasil penjualan
tanah mereka,..mengapa? padahal kan tanah itu milik Ananias dan Safira mengapa mereka harus
menyerahkan uangnya kepada Rasul Petrus? Pada masa itu, ada kebiasaan dari jemaat untuk
saling berbagi satu sama lain dengan sukacita tanpa ada paksaan (Kisah Para Rasul 2:44-46). Jadi,
Ananias dan Safira sebenarnya tidak dipaksa untuk menjual tanah mereka, semua tergantung
kerelaan hati masing-masing.
Ternyata Ananias dan Safira sepakat untuk membohongi Rasul Petrus (ayat 2), ada kata
“setahu”, artinya mereka sudah sama-sama mufakat sebelumnya, tetapi mufakat untuk berdusta.
Kembali ke lirik lagu di atas adik-adik, bagian bait kedua yaitu “hati-hati gunakan mulutmu,
karena Bapa di sorga melihat ke bawah”. Jadi Ananias dan Safira bukan hanya berdusta pada
Rasul Petrus tetapi sebenarnya kepada Tuhan Yesus. Gawat sekali ya adik-adik..
Nah, apakah adik-adik pernah atau bahkan sering berdusta? Pada siapa? Adik atau kakak?
Mamah atau papah? Nenek atau kakek? teman? Atau semuanya pernah didustai? Mudah-mudahan
adik-adik tidak seperti itu ya, ingat “Bapa di sorga melihat ke bawah”. Mari hati-hati
menggunakan mulut, gunakan untuk kebaikannya ya... (Pdt Ripaldi, S.Th)
Minggu, 19 Januari 2020
“Dan aku telah melihat-Nya dan memberikan kesaksian: Ia inilah Anak Allah (ayat 34)”
Apakah adik-adik tahu siapa Yohanes Pembaptis? Dia adalah seorang nabi yang
memberikan berita lebih dahulu tentang Tuhan Yesus kepada orang banyak. Yohanes memakai
jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit (Matius 3:4) seperti gambar di bawah ini adik-adik:
“Engkau, TUHAN, janganlah menahan rahmat-Mu dari padaku, kasih-Mu dan kebenaran-Mu kiranya
menjaga aku selalu! (ayat 12)”
“Berharap pada-Nya”
Adik-adik ada seorang anak bernama Jojo. Ia adalah anak yang sangat baik, sehingga
banyak orang senang ketika Jojo ada. Di sekolah pun Jojo disukai teman-temannya. Pada suatu
ketika nenek Jojo sakit, setelah pulang dari sekolah Jojo membantu orangtuanya merawat
neneknya. Ternyata karena kebaikan Jojo pada teman-temannya, banyak temannya yang juga
datang menjenguk nenek Jojo dan mendoakannya agar cepat sehat.
Adik-adik, Jojo dikasihi oleh teman-temannya karena kebaikannya. Jadi kalau adik-adik
ramah dengan teman-teman, mereka juga pasti ramah dengan adik-adik. Tetapi Tuhan lebih
daripada Jojo. Dalam nas kita pemazmur menyatakan syukurnya kepada Tuhan atas pertolongan-
Nya. Dalam Mazmur 40:2 pemazmur berkata “Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia
menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.” Jadi, pemazmur sedang berada
bahaya adik-adik, dan ia meminta Tuhan agar dapat menolongnya, sehingga ucapan syukur itu
meluap dalam ayat 6”Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang
ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau
memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar untuk dihitung.” Bahkan pemazmur
mengatakan bahwa kebaikan Tuhan terlalu besar untuk dihitung.
Adik-adik dari nas ini, kita belajar untuk senantiasa menaruh pengharapan kepada Tuhan.
Pemazmur bersyukur atas karya nyata Tuhan menolongnya. Bagaimana dengan kita? Tuhan Yesus
sudah melakukan karya yang besar bagi kita, bahkan Ia rela menebus kita dari dosa-dosa kita.
Sanggupkah kita menghitung kebaikan Tuhan? Tidak bukan ? Karena itu adik-adik, pemazmur
mengajarkan kita untuk berharap kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan. Memang kehidupan
tidak selalu mengalami suka, tetapi Tuhan Yesus akan selalu ada untuk kita. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Selasa, 21 Januari 2020
“Yesus Kristus”
Apakah adik-adik pernah mendengar istilah Yesus Sang Mesias pada saat beribadah
bersama papah atau mamah, atau nenek dan kakek? Mungkin ada yang pernah, tetapi ada juga
yang tidak pernah ya..Tapi adik-adik sering mendengar Tuhan Yesus disebutkan demikian “Yesus
Kristus, Juruselamat dunia”. Adik-adik yang dikasihi ada banyak gelar yang diberikan kepada
Tuhan Yesus untuk menunjukkan kuasa dan perbuatan-Nya yang ajaib bagi kita.
Nas kita pada hari bercerita tentang salah satu gelar yang diberikan kepada Tuhan Yesus
ya adik-adik. Tuhan Yesus adalah “Hamba TUHAN yang menderita”. Ayat 6 memberikan petunjuk
keadaan kita sebagai manusia awalnya bahwa “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing
kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian (ayat 6)”. Bahkan ayat 4 sebelumnya mengatakan “... sesungguhnya penyakit kitalah yang
ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya”, sehingga kalau kita memahami nas ini
semuanya bercerita tentang Tuhan Yesus adik-adik.
Dialah Mesias yang berarti yang diurapi dan dinantikan sebagai Penebus dan Penyelamat.
Makanya kemudian, Tuhan Yesus juga disebut sebagai Juruselamat. Mesias dalam kehidupan kita
sekarang lebih sering dikenal dengan gelar “Kristus”, artinya sama, sehingga kita sering
mendengar bahkan diajarkan untuk berdoa dengan mengakhiri doa dengan kalimat seperti berikut
“Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus atau Yesus Kristus”. Jadi, ternyata melewati gelar “Kristus”
kita dingatkan tentang penebusan itu, sehingga ketika membaca nas ini kita bisa melihat betapa
besar dan jelas pengorbanan Tuhan Yesus untuk kita. Ia rela menderita bagi kita semua.
Dari nas ini, kita belajar tentang hidup berkorban ya adik-adik. Berkorban memang tidak
mudah, tetapi Tuhan Yesus pasti memberikan kekuatan bagi kita untuk meniru teladan-Nya.
Karena itu mari belajar hidup berkorban bagi orang lain. Selamat belajar untuk berkorban ya
adik-adik. Tuhan Yesus memberkati. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Rabu, 22 Januari 2020
Adik-adik dalam nas ini, bangsa Israel diminta tiga kali oleh Tuhan untuk mendengarkan
(ayat 12, 14, dan 16). Artinya, apa ya adik-adik? Tuhan serius sekali menginginkan mereka untuk
mendengar apa yang Ia perintahkan. Ternyata mereka mendengar seperti peribahasa “masuk
telinga kiri, keluar telinga kanan”. Padahal melewati kata “dengar” Tuhan menunjukkan beberapa
hal. Pertama, ayat 12-13 menunjukkan bagaimana Tuhan mengingatkan mereka bahwa Ia satu-
satunya Pencipta, sebelum dan setelah segalanya. Kedua, ayat 14-15 secara tegas menyatakan
bahwa karena kehendak-Nya maka bangsa Babel menundukkan bangsa Israel. Ketiga, ayat 20-21
menyatakan bahwa Allah Israel akan menyelamatkan umatNya. Mereka dijanjikan keselamatan
dari penindasan Babel.
Dalam ayat 18-19 Tuhan menyatakan hal yang luar biasa bahwa “Sekiranya engkau
memperhatikan perintah-Ku” ada tiga berkat nyata yang akan diberikan. Pertama, damai
sejahtera yang tidak pernah kering. Kedua, kebahagiaan yang terus berlimpah. Ketiga,
keturunanmu seperti pasir dan anak cucu seperti kerisik banyaknya. Namun Tuhan tidak akan
melenyapkan bangsa Israel. Proses pahit yang mereka alami bertujuan untuk membuat mereka
sadar dan kembali kepada Tuhan.
Adik-adik, kata “dengar” menjadi begitu sangat penting bukan? Sebab, dengar yang
Tuhan mau bukan “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan”, tetapi mendengar dan melakukan.
Itulah mendengar yang Tuhan maksudkan. Bagaimana adik-adik? Bukankah mendengar dan
melakukan kehendak Tuhan itu sangat penting? Belajar dari Yesaya 48:12-21, bahwa
sesungguhnya Tuhan rindu umat-Nya untuk selalu mendengar dan melakukan perintah-Nya. Celaka
tak dialami jika “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku ...” Mari, belajar terus
menaati dan memperhatikan perintah Tuhan. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Kamis, 23 Januari 2020
Nas kita pada hari ini bercerita tentang kisah awal pemilihan Daud sebagai raja. Satu
persatu ayah Daud, Isai memperkenalkan anak-anaknya yang gagah perkasa untuk dipilih oleh
Nabi Samuel. Tetapi Allah menolak mereka. Bahkan ketika keseluruhannya diperkenalkan kepada
Nabi Samuel. Ayat 10 berkata bahwa “... Semuanya tidak dipilih oleh Tuhan.” Pada akhirnya,
Daudlah yang dipilih. Padahal ia adalah anak bungsu, termuda di antara saudara-saudaranya. Ayat
12 dikatakan bahwa Daud “kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok.”
Allah bekerja dalam cara yang tidak terpikirkan menurut ukuran manusia. Daud bukanlah
orang gagah. Ia adalah seorang yang masih sangat muda untuk berperang apalagi memimpin suatu
bangsa. Tetapi Allah melihat hati Daud. “Bukan apa yang dilihat manusia yang dilihat Allah;
manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati (ayat 7b).” Apa yang ada di
dalam diri kita semua adalah yang dilihat oleh Allah. Ia tidak pernah melihat kita sebelah mata.
Allah memandang kita sangat berharga di matanya. Karena itu belajar, sebagaimana Allah
memandang setiap orang bukan karena rupa tetapi hati. Kita juga memandang teman-teman, dan
orang lain dengan berbeda juga ya. Jangan pernah meremehkan, apalagi merendahkan orang lain.
Ingat Tuhan melihat hati! Amin. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Minggu, 26 Januari 2020
Almanak Nast GKE: Matius 4:12-23
“Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia (ayat 19)
Adik-adik menerima ajakan seorang teman untuk ikut bepergian pasti membutuhkan
pemikiran, ikut apa tidak ya ? Di satu sisi, kita merasa ada hal yang lebih diutamakan. Tetapi di
sisi lain, ada teman yang mengajak untuk bermain. Walaupun kemudian pastinya kita memilih hal
yang lebih utama.
Dalam nas kita pada hari ini, ada ajakan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada empat
orang yakni Simon (Petrus) dan Andreas, dan Yakobus dan Yohanes (ayat 18-22). Tuhan Yesus
berkata “Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia (ayat 19). Ternyata mereka
menerimanya dengan sukacita. Pertama, ayat 17 memberikan gambaran bagi kita adik-adik bahwa
Tuhan sudah memulai pelayanan-Nya sehingga kabar tentang pesan-Nya bagi orang banyak.
Kedua, dalam pelayanan-Nya kemudian Tuhan Yesus menunjukkan pula kepada mereka tentang
pengajaran, kuasa dan mujizat yang Ia perbuat. Kabar tentang Tuhan Yesus kemudian tersiar ke
banyak tempat (ayat 24).
Menarik untuk meniru teladan murid-murid Tuhan Yesus yang pertama ya adik. Mereka
mengikut Tuhan tanpa banyak permintaan dan tuntutan. Adik-adik mereka menunjukkan
bagaimana Tuhan Yesus memakai siapapun sebagai pemberita Kabar Baik tentang DIA. Mengapa
Tuhan Yesus memakai nelayan? Padahal mereka adalah orang-orang biasa. Tuhan memakai
siapapun yang Ia mau, ingat renungan sebelumnya pada tanggal 24 Januari 2020 dalam 1 Samuel
10:9a. Bahwa Tuhan sanggup mengubah hati. Luar biasa sekali ya adik-adik.
Belajar dari pengalaman murid-murid di atas, di rumah adik-adik diminta untuk berdoa,
bahkan di Sekolah Hari Minggu juga. Jangan menolak ya adik-adik, ingat itu langkah awal kita
dalam menerima panggilan Tuhan dalam pelayanan. Pahami bahwa hal tersebut adalah ajakan
Tuhan Yesus untuk mengikut Dia. Sebelum melayani dalam hal-hal yang lebih besar. Mari kita
mulai dari pelayanan yang kecil. Tuhan Yesus memberkati. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Senin, 27 Januari 2020
“ Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: “ Tuhan
menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani “ (ayat 12)
“Percaya”
Syalom, adik-adik yang dikasihi dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Nas kita pada hari ini bercerita tentang seorang calon hakim yang akan diutus oleh
Tuhan. Bangsa Israel berada dalam kehidupan yang sengsara di bawah penindasan yang dilakukan
oleh bangsa Midian. Karena penindasan tersebut, bangsa Israel berseru meminta Tuhan menolong
mereka. Dalam ayat 11 dikatakan bahwa Gideon sedang mengirik gandum dalam tempat yang
tersembunyi. Bagaimana perasaan adik-adik jika sewaktu-waktu kita harus belajar, makan
sembunyi-sembunyi seperti zaman penjajahan dulu? Pasti tidak mengenakkan bukan? Walaupun
sebenarnya penindasan yang dialami adalah orang-orang Israel sendiri yang tidak setia kepada
Tuhan (Hakim-hakim 6:1).
Gideon adalah calon hakim yang dipilih oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa-Nya dari
cengkraman Midian. Tetapi Gideon mengalami krisis kepercayaan diri. Ayat 15 berkata “Ah
Tuhanku, dengan apakah akan ku selamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling
kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda dari kaum keluargaku.”
Bahkan kemudian ia meminta bukti dari pada pengutusan Tuhan kepadanya (ayat 17, 20-21),
sehingga Gideon baru tersadar bahwa pengutusannya memang nyata bersumber dari Allah.
Memang harus diakui bahwa naluri kita untuk percaya kepada sesuatu harus melewati
suatu proses. Bukti adalah hal yang sangat kita butuhkan. Tanpa bukti sangat sulit sekali untuk
percaya kepada sesuatu. Apalagi dalam masa Gideon pada saat itu. Kalau di zaman sekarang adik-
adik bisa mencari informasi dengan leluasa di internet bukan? Tinggal hubungi mbah Google,
selesai..hehe. Tetapi percaya kepada Tuhan bukan sekedar karena melihat. Dalam Yohanes 20:24-
29, Tomas baru percaya jika ia ada bukti yaitu ia melihat Tuhan Yesus secara langsung dan
mencucukkan jarinya ke dalam bekas paku Tuhan Yesus dan mencucukkan tangannya ke dalam
lambung-Nya. Semua sepertinya harus dibuktikan.
Lalu salahkan Gideon? Tidak,karena itu adalah sesuatu yang wajar. Tetapi kita juga harus
ingat, Tuhan Yesus pernah berkata kepada Tomas “Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya (Yoh. 20: 29).”
Bagaimana dengan kita adik-adik? Lihatlah bulan dan bintang yang indah pada malam hari,
matahari yang bersinar dan membuat kita bisa berjalan dengan leluasa di siang hari sehingga
tidak tersandung. Bukankah itu bukti bagi kita bahwa Tuhan Yesus ada dan hadir menyertai
kehidupan kita. Karena itu jangan pernah putus asa ya, terus semangat dalam belajar dan hidup,
sebab Tuhan Yesus senantiasa menyertai kita. Amin. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Selasa, 28 Januari 2020
“”Kemudian pulanglah ia (Gideon) ke perkemahan orang Israel lalu berkata: ”Bangunlah sebab
TUHAN telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke dalam tanganmu (ayat 15)”.”
Apakah adik-adik pernah bermain catur? Atau bahkan pernah melihat papah atau paman
atau kakek bermain catur? Atau di antara adik-adik ada yang hobi bermain catur.
Buah
Catur
Papan
Catur
Dalam permainan catur, siapa yang lebih banyak memiliki buah catur dianggap sebagai
pemenang permainan. Semakin sedikit buah catur maka akan dianggap besar peluang kalah. Jadi
yang banyak menang, dan yang sedikit kalah.
Nas firman Tuhan pada hari ini juga berbicara tentang sedikit dan banyak jumlah dalam
suatu peperangan. Semakin banyak prajurit, semakin besar peluang untuk menang perang. Tetapi
dalam nas hari ini, Gideon hanya membawa 300 orang sesuai dengan perintah Tuhan (ayat 7)
melawan orang Amalek dan Midian yang dikatakan seperti belalang banyaknya, dan unta mereka
tidak terhitung seperti pasir di tepi laut (ayat 12). Tetapi Tuhan Gideon menang, mengapa karena
Tuhan beserta ia. Bahkan Tuhan memberikan tanda kepada Gideon melewati sebuah mimpi (ayat
13-14).
Adik-adik yang dikasihi dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Tentara Midian dan Amalek
tidak mampu melawan Gideon, sehingga mereka kocar-kacir menghadapi serangannya. Ingat lagu
“Allahku besar kuat dan perkasa, tiada yang mustahil bagiNya, gunung milikNya, sungai milikNya,
bintang-bintang ciptaanNya, ooooo..Allahku besar, kuat dan perkasa, tiada yang mustahil
bagiNya.”. Kalau Tuhan Yesus beserta kita, maka jangan takut, Ia pasti senantiasa ada menyertai.
Segala sesuatu mungkin dalam mujizat bersama Tuhan Yesus Kristus. (Pdt Ripaldi, S.Th)
Rabu, 29 Januari 2020
“Datanglah berkumpul, supaya kuberitahukan kepadamu, apa yang akan kamu alami di
kemudian hari (ayat 1)”
“Berkat Orangtua”
Syalom, adik-adik apa kabarnya hari ini?
Apakah adik-adik tahu siapa Yakub? Siapa anaknya yang kisahnya sangat sering
diceritakan di gereja atau bahkan di Sekolah Minggu, benar Yusuf yang dijual oleh
saudara-saudaranya ke Mesir. Tetapi di sana ia bisa hidup dengan sukses, dan bahkan
membantu keluarganya di saat kelaparan hebat melanda negeri.
Dalam nas kita pada hari menceritakan bagaimana Yakub memanggil anak-anaknya
untuk memberikan gambaran keadaan mereka di masa depan. Keduabelas bersaudara itu
dengan tertib menunggu giliran hingga ayah mereka selesai. Nas kita pada hari
menceritakan tentang kisah tiga anak Yakub yaitu Ruben, Yehuda dan Zebulon. Walaupun
sebaiknya kita membaca semuanya karena judul perikop ini khusus berbicara tentang
“Perkataan Yakub yang penghabisan kepada anak-anaknya.” Terlihat bagaimana anak-anak
Yakub begitu hikmat mendengar pesan ayah mereka, hingga memberkati mereka satu
persatu.
Gambar Yakub
Memberkati anak-anaknya.
(Lukisan François Maitre)
Adik-adik yang dikasihi dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kadang-kadang ketika
orangtua berbicara, ada yang bisa melawan, bahkan menjawab teguran dan nasihat
orangtuanya, padahal hal tersebut tidak baik, tidak sopan. Apakah orangtua menasehati
kita kalau kita tidak salah? Pasti karena kita salah bukan? Karena itu belajar dari nas
pada hari ini, adik-adik diajarkan untuk mendengar nasihat orangtua dengan patuh dan
diam, serta jangan lupa melakukannya. Ingat! Yang orangtua lakukan untuk kita adalah
demi kebaikan kita. Karena berkat datang dari Tuhan pula melewati orangtua. Amin. (Pdt
Ripaldi, S.Th)
Kamis, 30 Januari 2020
“Semata-mata kejarlah keadilan, itulah yang kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri
yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu (ayat 20).”
Adik-adik yang dikasihi dalam nama Tuhan Yesus Kristus, nas kita pada hari ini bercerita
tentang suatu pengadilan yang adil. Pernah adik-adik melihat di televisi suatu proses pengadilan?
Seperti dibawah ini:
Hakim:orang
yang
mengadili
suatu
perkara..
Wah hebat ya adik-adik, apakah di antara adik-adik ada yang bercita-cita menjadi
seorang hakim? Ayat 18-20 dikatakan bahwa seorang hakim “tidak memutarbalikkan keadilan,
memandang bulu, menerima suap, memutarbalikkan perkataan yang benar, semata-mata keadilan
yang harus dikejar oleh mereka. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu bangsa Israel semakin
bertambah banyak, sedangkan hakim-hakim sedikit, sehingga diputuskan untuk mengangkat
hakim-hakim di wilayah suku-suku Israel masing-masing. Ingat suku Israel ada berapa? Benar, 12
suku sesuai nama anak-anak Yakub.
Adik-adik nas di atas mengajarkan kita untuk berperilaku adil. Kalau di masa saat ini
sudah ada pengadilan modern seperti di atas. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari adil bisa dimulai
dari hal sederhana. Di bawah ini adalah contoh timbangan yang menunjukkan adil:
(ayat 19) “
Adik-adik pernah mendengar peribahasa “tak ada gading yang tak retak”, apakah ada yang
mengetahuinya? Benar, bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia. Semua orang pasti
memiliki kelemahan dan kekurangan. Namun juga pasti memiliki kelebihan yang menjadi ciri khas
yang membedakannya dari orang lain.
Dalam nas kita pada hari ini, bangsa Israel diingatkan oleh Tuhan agar mengasihi
sesamanya tanpa pandang bulu. Mengapa Tuhan melakukan hal tersebut adik-adik? Karena mereka
harus ingat bahwa mereka pun dahulu adalah budak di tanah Mesir (ayat 18, 22). Oleh karena itu
mereka tidak boleh menekan sesamanya. Mereka dilarang untuk berbuat jahat terhadap orang
asing, anak yatim dan janda; bahkan mereka harus menyisakan hasil ladang mereka untuk mereka
(ayat 19-21). Di samping itu, jika ada perselisihan dan yang bersalah diberikan hukuman. Maka
hukuman diatur agar tidak membuat orang yang dihukum dipandang rendah atau hina.
Ketika di sekolah kita bisa bertemu dengan teman-teman yang tidak seperti kita selalu
mudah untuk mendapatkan sepatu baru. Ada yang bertahan dengan sepatu yang butut. Bahkan
ada temannya yang sudah tidak tidak memiliki orangtua. Pertama, kita harus menjaga mulut kita
agar jangan menghina mereka ya adik-adik. Kedua, adik-adik yang memiliki barang contohnya
sepatu yang lebih banyak bisa memberikannya ya. Itulah tanda kasih kita kepada mereka yang
berkekurangan.
“Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus TUHAN,
Allahmu, dari sana; itulah sebabnya Aku memerintahkan engkau melakukan hal ini (ayat 17; ayat
22)”. Orang Israel berkali-kali diingatkan bahwa mereka mengasihi karena sebenarnya TUHAN
lebih dahulu mengasihi mereka. Begitu pula kita sebagai orang Kristen ya adik-adik. “Kita
mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yohanes 4:19)”, jadi adik-adik kasih
kita karena Allah yang sudah memberikan teladan itu bagi kita.
“..... supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu (ayat 19)”.
Apakah ketika kita mengasihi semuanya sia-sia adik-adik? Tidak, kasih kita akan diingat
orang lain, dan pastinya diingat Tuhan. Maka Ia berjanji akan memberkati kita dalam segala
hal. Semua dimulai dari kasih. Karena itu mari terus mengasihi ya adik-adik. Selamat meneruskan
kasih Allah ya. Amin. (Pdt Ripaldi, S.Th)