1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Imogene M. King
5
2.2 Teori Pencapaian Tujuan Imogene M. King
Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai system
terbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan
lingkungannya. Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai
perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi, menerima,
mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak dan
respon yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.
Sistem personal dapat dipahami dengan memperhatikan konsep yang
berinteraksi yaitu : persepsi, diri, gambaran diri, pertumbuhan dan
perkembangan, waktu dan jarak.
Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang
berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh
konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress, koping.
Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan
lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku
6
masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan. Sistem sosial dapat
mengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami konsep organisasi,
kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.
7
kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai
perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi
berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi,
genetika dan latar belakang pendidikan.
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari
seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu
dalam pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah
pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan lingkungannya.
5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi
pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan
kewajiban sesuai dengan posisinya.
6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat
interaksi manusia dengan lingkungannya. Stress melibatkan pertukaran
energi dan informasi antara manusia dengan lingkungannya untuk
keseimbangan dan mengontrol stressor.
7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu.
Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku
yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan.
Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa
yang akan datang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa
dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari
setiap manusia.
Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama.
Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien. Konsep
hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen :
8
yang digambarkan melalui hubungan perawat dan klien untuk melakukan
kontrak untuk pencapaian tujuan.
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi dan
merupakan respon individu.
3. Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhi
antara perawat dan klien, yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi.
4. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi
suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan (Murwani A, 2009).
9
kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, lembaga komunitas, dan
industri.
Implicit:
10
2.5 Penegasan Teoritis
A. Pengkajian
1. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat
membawa pengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan klien
membawa pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah yang
menjadi perhatian, untuk interaksi ini.
2. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang
klien,diantaranya adalah : Tingkat tumbuh kembang, Pandangan
11
tentang diri sendiri, Persepsi yang merupakan dasar pengumpulan
dan interpretasi data terhadap status kesehatan, Pola komunikasi
diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk
interaksi dan transaksi. dan Sosialisasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Dibuat setelah melakukan pengkajian.
2. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
3. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya
dengan diagnosa keperawatan.
C. Perencanaan
1. Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.
2. Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan
masalahtersebut dilakukan.
3. Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkan
tujuan dan membuat keputusan.
4. Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang
dianjurkan ikut serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus
bertanggung jawab.
D. Implementasi
1. Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan
actual untuk mencapai tujuan.
2. Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.
E. Evaluasi
Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang
dicapai danmembahas tentang pencapaian tujuan dan keefektifan proses
keperawatan(Perry & Potter, 2005).
Teori King berfokus pada interaksi perawat klien dengan
pendekatan sistem. Kekuatan pada model ini adalah partisipasi klien dalam
menentukan tujuan yang akan dicapai, mengambil keputusan, dan interaksi
dalam menerima tujuan dari klien. Teori ini sangat penting pada
kolaborasi antara tenaga kesehatan professional.Teori ini juga dapat
12
digunakan pada individu, keluarga, atau kelompok dengan penekanan pada
psikologi, sosialkultural, dan konsep interpersonal.
Beberapa contoh kasus yang menggunakan teori King dalam
praktik klinik adalah (Meleis, 1997) :
1. Klien lansia dengan kecelakaan perdarahan pada otak.
2. Klien dengan penyakit ginjal.
3. Caring dalam keluarga.
4. Penyelesaian masalah memfasilitasi pengembangan
kesehatan lingkungan kerja.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.
6. Pelayanan keperawatan psikiatri.
7. Caring untuk klien pingsan atau tidak sadar.
8. Caring untuk klien dewasa dengan diabetes.
9. Kerangka kerja untuk mengatur perawatan.
13
sistemnya ke pekerjaannya adalah selanjutnya digambarkan oleh pernyataan
dia dari kepercayaan bahwa rawat adalah “dikaitkan dengan satu orang
sebagai satu utuh terintegrasi dan ini pada pengetahuan spesifik dari order
kita memerlukan.” Tidak hanya untuk merawat kebutuhan untuk
memedulikan bagian depan “utuh” klien kecuali generasi dari pengetahuan
rawat memerlukan ambil satu kursus pada arah dari keprihatinan dengan
kebutuhan seluruh dari klien.
Pada pertengahan 1970, beberapa juru keperawatan menerbitkan konsep
dari keperawatan yang berlandaskan Johnson yaitu model sistem tingkah
laku. Grubbs, Holaday, Skolny, dan Riehl, Damus, dan Bor adalah beberapa
pengarang yang punya Johnson di interpretasikan. Roy dan Wu dan orang
lain berbagi kepercayaan mereka sekitar merawat pada waktu yang sama, dan
pengaruhnya Johnson, seperti guru besar mereka, apakah crearly dicerminkan
pada pekerjaan mereka. Pada 1980, Johnson menerbitkan konsepnya dari
“Model Sistem tingkah laku Dari Keperawatan”. Ini yang pertama pekerjaan
yang diterbitkan oleh Johnson bahwa menjelaskan secara lengkap definisinya
dari model sistem tingkah laku. Evolusinya pada pembangunan dari model
kompleks dengan jelas dipertunjukkan pada kemajuan dari idenya, dari
pekerjaannnya terpublikasi pada 1950 kemudian pekerjaan tersedia yang
terakhir diterbitkan pada 1980.
14
Sistem dengan memakai definisi sistem oleh rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan , “ A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the
interpedence of its part.” (system merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan chin yakni tedapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan integrasi
bagian dan elemen-elemen”. Disamping itu, manusia berusaha menjaga
keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi
terhadap kekuatan yang mengenai mereka.
15
System yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di
control oleh factor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen
yang diidentifikasi adalah attachment-affiliative, dependency,
ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive
.
2. Subsitem attachement-affiliative.
Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang
paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk
semua organisasi social. Pada tingkatan umum, hal itu memberikan
kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai
konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan
susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
3. Subsistem dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu
mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan .
konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau
pengenalan dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku
dependency berubah, bergantung total kepada orang lain ke arah
bergantung kepada diri sendiri dengan derajat yang lebih besar.
Jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk kelangsungan
kelompok sosial
4. Subsistem biologi
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “berkaitan
dengan kapan, bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi
apa kita makan dan kapan, bagaimana dan dengan komdisi apa kita
makan dan dengan kondisi apa kita buang.” Respon-respon ini
dikaitkan dengan sosial dan psikologis seperti halnya pertimbangan
biologis.
16
5. Subsistem seksual
6. Subsistem agresif
7. Subsistem achievement
17
akhir yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana didalamnya individu
berada dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkunganya. Homeostasis
adalah proses menjaga stabilitas dalam sistem perilaku. Stabilitas adalah
pemeliharaan suatu level atau daerah perilaku tertentu yang dapat diiterima.
Ketidakstabilan (instability) terjadi saat sistem mengalami overcompensate
berkaitan dengan strees (tekanan). Ketika output energi tambahan digunakan
untuk menjaga stabilitas dikosongkan . Stressor adalah stimulan eksternal dan
internal yang menghasilkan tegangan (tension) dan menyebabkan ketidakstabilan .
Tensi adalah kondisi dalam keadaan tegang atau kendor, ia disebabkan karena
disequilibrium dan merupakan sumber potensi perubahan.
1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara
langsung mungkin tidak dapat diamati.
2. Perilaku mengenal sebagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan
steriotip, seperti perilaku binatang ber sel satu, perilaku kompleks seperti
perilaku sosial manusia, perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada juga
yang melibatkan proses mental biologis yang lebih tinggi.
18
sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktvitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme respons. Skiner membedakan
adanya dua respon.
19
1. Perilaku hidup sehat
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit, dan sebagainya.
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai perang yang mencakup hak-hak sakit
(right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini
harus diketahui oleh orang sakit sendiri amupun orang lain (terutama
keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran seorang sakit (the sick
role). Perilaku ini meliputi :
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22