Anda di halaman 1dari 2

Hubungan kasus anemia zat besi pada ibu hamil dengan teori konflik dan struktural fungsional

 Kasus :
Pemerintah dalam upaya menurunkan anemia zat besi pada ibu hamil dengan cara pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD). Tetapi sayangnya, tingkat kepatuhan ibu hamil untuk
mengonsumsi tablet tambah darah demi mencegah anemia sangat rendah. Padahal, anemia
pada ibu hamil berdampak bukan hanya pada ibu tetapi juga pada janin. "Ibu yang menderita
anemia berat berisiko mengalami perdarahan saat persalinan dan kematian. Sementara
bayinya beresiko lahir dengan berat rendah serta prematur," kata dr. Elvina Karyadi, Direktur
Micronutrient Initiave Indonesia (MI). Menurut rekomendasi, ibu hamil minimal harus
mengonsumsi 90 tablet tambah darah yang dimulai sejak awal kehamilan sampai masa nifas.
"Minum kurang dari 90 tablet tidak akan berpengaruh pada anemianya," kata Elvina dalam
acara paparan penelitian diseminasi anemia pada ibu hamil yang diadakan MI dan Yayasan
IBU di Jakarta, Rabu (29/8/12) . Meskipun kebijakan suplementasi tablet tambah darah
(TTD) sudah dicanangkan pemerintah sejak tahun 1970-an tetapi prevalensi anemia pada ibu
hamil di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada tahun
2001, prevalensi anemia pada usia subur sebesar 40 persen. Sementara hasil Riskesdas
Kementerian Kesehatan tahun 2010 menunjukkan, 80 persen perempuan usia 10-59 tahun
telah mendapatkan TTD tetapi hanya 18 persen saja yang rutin mengonsumsinya sesuai
anjuran. Dalam salah satu penelitian yang dilakukan Puslitkes Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia bekerja sama dengan MI tahun 2012 di empat kecamatan di Kabupaten
Lebak dan Purwakarta diketahui kebanyakan ibu hamil berhenti mengonsumsi TTD karena
efek sampingnya seperti mual, muntah, dan sembelit. Selain itu persoalan akses dan distribusi
TTD juga masih menemui kendala di daerah terpencil. Sejak bulan Maret 2012, MI
bekerjasama dengan Yayasan IBU dan dinas kesehatan provinsi melakukan program
penanggulangan anemia pada ibu hamil lewat penguatan program suplementasi TTD.
Pelaksanaan awal program ini dilakukan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dan
Kabupaten Lebak, Banten. Menurut direktur Yayasan IBU Ridwan Gustiana, tujuan dari
program tersebut adalah perluasan cakupan dan meningkatkan ketaatan ibu hamil dalam
mengonsumsi tablet tambah darah. "Tujuan utama dari program ini adalah perubahan perilaku
ibu hamil. Dari hasil survei di lapangan kami temui masih banyak persepsi salah di
masyarakat tentang anemia," kata Ridwan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan antara lain
peningkatan pengetahuan petugas kesehatan mulai dari dokter puskesmas, bidan, hingga para
kader posyandu. "Cara berkomunikasi juga diperbaiki sehingga ibu hamil mendapat manfaat
yang jelas tentang manfaat konsumsi suplemen TTD," kata Ridwan.

 Hubungan kasus dengan teori

Kasus ini sering terjadi dikalangan ibu hamil. Kasus ini bisa dimasukan kedalam dua teori
diatas tetapi lebih utama dan pas terhadap kasus ini adalah Teori Konfik. Karena, teori konfik
itu membahas tentang perubahan sosial yang terjadi melalui penyusuaian nilai-nilai yang
membawa perubahan, tetapi terjadi konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda
dengan kondisi semula. Dalam kasus ini terdapat perubahan sosial pada ibu hamil yang tidak
lagi disiplin dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) yang sebenarnya dapat
mengurangi tingkat anemia pada ibu hamil. Berdasarkan kasus, ibu hamil tidak disiplin
menkonsumsi Tablet Tambah Darah yang amat penting untuk pemenuhan zat besi bagi ibu
hamil dan janin. Kasus ini menjelaskan bahwa tidak teraturnya ibu hamil dalam konsumsi
TTD karena efek sampingnya seperti mual, pusing dan muntah. Hal ini menyebabkan
perubahan sosial bagi ibu hamil yang tidak ingin lagi terartur dalam konsumsi TTD yang
menyebabkan tingkat anemia pada ibu hamil tinggi.

Anda mungkin juga menyukai