Anda di halaman 1dari 6

Muhamad Ido Raskapati

1906354154
Statistika/FMIPA

BAB I
PENDAHULUAN
As-Sunnah secara etimologi adalah jalan yang ditempuh, sedangkan secara
terminologi adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi shalallahu alahi wasalam,
baik berupa perbuatan, perkataan atau pernyataan di dalam masalah-masalah yang
berhubungan dengan hukum syariat. Ḥadiṡ menurut bahasa adalah baru (lawan dari
lama), sedangkan menurut istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
shalallahu alahi wasalam, baik berupa ucapan, perbuatan atau penetapan.
Ḥadiṡ Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua, setelah Al- Qur’an.
Hal ini dikarenakan ḥadiṡ merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktik atau
penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Mengingat bahwa pribadi Nabi
merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran
Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari- hari. Dilihat dari periwayatannya, ḥadiṡ
berbeda dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an semuanya diriwayatkan secara muttawātir,
sehingga tidak diragukan lagi kebenaran atau keṣaḥīhannya. Adapun ḥadiṡ Nabi,
sebagiannya diriwayatkan secara muttawātir dan sebagian lainnya secara ahād.
Dengan demikian, jika dilihat dari periwayatannya ḥadiṡ muttawātir tidak perlu diteliti
lagi karena tidak diragukan kebenarannya, adapun ḥadiṡ ahad, masih memerlukan
penelitian. Dengan penelitian itu, akan diketahui, apakah ḥadiṡ yang bersangkutan
dapat diterima periwayatannya ataukah tidak.
Muhamad Ido Raskapati
1906354154
Statistika/FMIPA

BAB II
ISI LTM
a. Pengertian Sunnah/Hadis
Menurut wasiat Nabi yang menjadi pedoman umatnya dari kehidupan beliau
adalah Sunnah, tetapi juga dikenal dengan istilah hadis. Istilah hadis menurut para ahli
hadis adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa
perbuatan, perkataan, maupun persetujuan beliau (taqrir). Kata sunnah menurut kamus
bahasa Arab bermakna jalan, arah, peraturan, mode atau cara tentang tindakan atau
sikap hidup.
Artikel definitif Al (alif dan lam) merupakan simbol untuk menunjukkan makna
spesifik. Jadi Sunnah bermakna keteladanan kehidupan Nabi (yang benar-benar
dilakukannya). Sedangkan hadis mempunyai arti cerita, riwayat atau kabar yang
dinisbahkan kepada Nabi. Sebuah hadis mungkin tidak mencakup sunnah, atau boleh
jadi hadis bisa merangkum lebih dari sebuah sunnah. Maka para muhadisin
mengklasifikasi suatu hadis dan mendudukkannya apakah hadis tersebut dapat
dijadikan pedoman dan rujukan sebagai sunnah atau hadis tersebut dapat dijadikan
pedoman dan rujukan sebagai sunnah atau hadis tersebut berstatus dhaif atau lemah,
atau palsu yang ditolak (mardud) untuk dijadikan pedoman atau sumber ajaran islam.

b. Sejarah Sunnah/Hadis
Seratus tahun setelah hijrah (abad ke-1), ketika para ahli hadis mengumpulkan
dan menuliskan hadis-hadis Nabi, terdapat banyak sekali hadis. Untuk menguji
validitas dan kebeneran suatu hadis, para muhadisin (pengumpul dan periwayat hadis)
menyeleksi berbagai riwayat tentang hadis dengan memperhatikan jumlah dan kualitas
jaringan periwayat hadis tersebut yang dikenal dengan sanad. Bila periwayat hadis itu
dalam jaringan pertama yang menyaksikan kejadian suatu hadis, umpamanya
menyangkut cara Nabi shalat adalah orang banyak, kemudian menceritakannya kepada
orang banyak pula, dan seterusnya hingga sampai ke pencatat hadis sehingga tidak
dimungkinkan orang-orang itu berbohong, maka hadis yang serupa ini disebut
mutawatir. Jika perawinya sedikit (penyampaian riwayat dengan jumlah terbatas) dan
seterusnya sampai pada pencatat hadis (perawi), maka jalur periwayatan serupa ini
disebut ahad.
Muhamad Ido Raskapati
1906354154
Statistika/FMIPA

SEJARAH EVOLUSI SUNNAH:


Studi Pemikiran Fazlur Rahman

1. Sejarah Singkat Fazlur Rahman


Fazlur Rahman lahir pada tanggal 21 September 1991 di tengah-tengah
keluarga Malak yang letaknya di Hazara sebelum terpecahnya India, kini merupakan
bagian Pakistan. Ia wafat pada tanggal 26 Juli 1988 di Chicago, Illionis. Ayahnya

bernama Maulana Shihabuddin, alumnus Dar al-‘Ulum Deoband.* Di Deoband


Shihabuddin belajar dengan beberapa tokoh terkemuka, di antaranya Maulana
Mahmud Hasan (w. 1920) dan Maulana Rasyid Ahmad Gangohi (w. 1905). Meskipun
Rahman tidak belajar di Dar al-‘Ulum, ia menguasai kurikulum Darse-Nizami yang
ditawarkan di lembaga tersebut dalam kajian privat dengan ayahnya. Ini melengkapi
latar belakangnya dalam memahami Islam tradisional dengan perhatian khusus pada
fiqih, ilmu kalam, hadis, tafsir, mantiq, dan filsafat. Setelah itu ia melanjutkan studi
ke Punjab University di Lahore. Ia lulus dengan penghargaan dalam bidang Bahasa
Arab dan di sana mendapatkan gelar M.A.

2. Kegelisahan Akademik Fazlur Rahman terhadap Studi Orientalis dan Ulama


Tentang Sunnah
Fazlur Rahman berpandangan bahwa hadis dan sunnah secara realistis
berevolusi secara historis. Pendekatan Rahman ini merupakan respons terhadap para
orientalis ketika ia berada di Barat dan respons terhadap ulama Islam tradisonal dan
fundamental yang menghujatnya sewaktu ia berada di Pakistan; juga sebagai respons
terhadap tokoh Islam modernis.
Menurut Ignaz Goldziher, hampir tidak mungkin ada keyakinan untuk menyaring
banyak materi hadis sehingga diperoleh suatu hadis yang dapat dipastikan berasal dari
Rasulullah dan para sahabat awal. Oleh karena itu, hadis harus dianggap sebagai
catatan atau pandangan dari generasi muslim awal daripada sebagai catatan kehidupan
dan ajaran Nabi dan sahabat-sahabatnya. Namun ia mengakui adanya sunnah bagi
umat Islam yang diartikannya sebagai norma-norma praktis yang ditarik dari ucapan-
ucapan dan tindakan-tindakan yang diwartakan. Dengan demikian, ia mendefinisikan
sunnah sebagai praktik yang hidup. Perbedaan antara hadis dan sunnah adalah bahwa
hadis merupakan laporan-laporan teoritis, sedang sunnah merupakan laporan-laporan
yang memperoleh kualitas normatif dan telah menjadi prinsip praktis bagi generasi
muslim.
*)Deoband adalah lembaga pendidikan Islam di India Utara. Madrasah ini didiri- kan pada

pertengahan abad ke-19 oleh murid-murid Syekh Waliyullah. Selain Deoband terdapat madrasah lain
seperti Madrasah Ahli Hadis dan Madrasah Barelawy. Kurikulum ketiga madrasah ini terbatas pada
keagamaan murni seperti hadis, tafsir, hadis, fiqih, dan ilmu tata bahasa Arab.
Muhamad Ido Raskapati
1906354154
Statistika/FMIPA

Artinya, sebagian besar materi hadis lebih merupakan hasil perkembangan


religius, historis, dan sosial Islam selama dua abad pertama. Konsekuensi logisnya,
Goldziher menyimpulkan bahwa produk-produk kompilasi hadis tidak dipercaya
sebagai sumber ajaran dan perilaku Nabi Muhammad sendiri. Sementara tentang
sunnah, ia mengemukakan bahwa konsep ini telah ada pada masa Arab pra-Islam
dengan makna tradisi, adat, dan kebiasaan nenek moyang bangsa Arab yang menjadi
panutan. Tetapi dengan datangnya Islam, konsep ini berubah menjadi model perilaku
Nabi, dan idealitas sunnah orang Arab pra-Islam berakhir.

3. Respons Fazlur Rahman Terhadap Validitas Sunnah


Pemikiran para orientalis tentang teori evolusi direspons oleh Rahman. Dalam
kajiannya, Rahman mengkonfirmasi temuan dan teori para orientalis tentang evolusi
sunnah dan hadis, tetapi ia tidak sepakat dengan teori yang dikemukakan bahwa konsep
sunnah merupakan kreasi kaum muslim belakangan. Menurutnya, konsep sunnah yang
merupakan kreasi umat Islam belakangan dalam pandangan orientalis dinilai tidak
valid. Menurutnya, sunnah adalah konsep yang valid dan operatif sejak awal Islam dan
berlaku sepanjang masa. Secara eksplisit, menurut Rahman, istilah sunnah di dalam
Al-Qur’an memang tidak ada, tetapi konsep sunnah sejak zaman Nabi telah ada. Dalam
pandangan Rahman, di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa keterangan yang
menjelaskan bahwa Rasulullah sebagai teladan yang baik (uswah h}asanah). Oleh
karena itu, umat Islam sejak awal tetap beranggapan bahwa praktik Nabi sebagai
konsep. Rahman mengartikan sunnah sebagai “perilaku teladan” (exemplary conduct).
Pengertian semacam ini sangat dekat maknanya dengan uswah. Kesimpulan yang
diambil oleh Rahman bahwa sunnah merupakan konsep pengayom. Konsepsi ini secara
jelas mengisyaratkan bahwa Rahman berupaya meluruskan kekeliruan pemikiran
tentang sunnah yang dimunculkan para orientalis.
Muhamad Ido Raskapati
1906354154
Statistika/FMIPA

BAB III
REFLEKSI PRIBADI

Menurut saya, pemikiran para orientalis merupakan kekeliruan. Ignaz Goldziher


menyimpulkan bahwa sebagian besar materi hadis lebih merupakan hasil perkembangan
religius, historis, dan sosial Islam selama dua abad pertama. Konsekuensi logisnya adalah
produk-produk kompilasi hadis tidak dipercaya sebagai sumber ajaran dan perilaku
Nabi Muhammad sendiri. Berdasarkan sejarah sunnah/hadis, para ahli hadis
mengumpulkan dan menuliskan hadis-hadis Nabi sudah sejak seratus tahun setelah
hijrah (abad ke-1). Hadis-hadis yang dicatat oleh para ahli dari sanad pada saat itu
sangatlah dekat dengan zaman kehidupan Nabi Muhammad SAW yang menghasilkan
sunnah/hadis yang mutawatir. Lalu, bagaimana bisa sunnah/hadis itu tetap terjaga
kebenarannya hingga saat ini? Sunnah/hadis tersebut akan tetap terjaga kebenarannya
hingga saat ini dengan cara yang sama, berupa penyeleksian berbagai riwayat tentang
hadis dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadis tersebut.
Dengan demikian, kesimpulan dari para orientalis adalah kesalahan dalam memahami
bagaimana hadis itu ditulis dan dikumpulkan.
Muhamad Ido Raskapati
1906354154
Statistika/FMIPA

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, F. (2016). Kualitas Hadis-hadis Tahnik. diakses dari
http://eprints.walisongo.ac.id/6976/2/BAB%20I.pdf, diakses pada pukul 14.43 (21 Feb.
2020)

HM, Sahid. (2011). Sejarah Evolusi Sunnah: Studi Pemikiran Fazlur Rahman. diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/305203626_Sejarah_Evolusi_Sunnah, diakses
pada pukul 18.36 (21 Feb. 2020)

Mujilan, M.Ag. 2019. Membangun Pribadi Muslim Moderat. Jakarta : Midada Rahma Press.

Anda mungkin juga menyukai