Anda di halaman 1dari 5

E.

Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah

Baik bank konvensional maupun bank syariah wajib mengelola likuiditasnya karene

pengelolaan likuiditas tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bank, terutama

kewajiban jangka pendek. Sekalipun demikian, terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan

likuiditas dalam bank dengan berbasis syariah (bank islam) apabila di bandingkan dengan bank

konvensional, mengingat bank dengan berbasis syariah, produk-produknya masih baru, seiring

dengan usia berkembangnya bank syariah. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Kurangnya akses untuk memperoleh pendanaan jangka pendek.

2. Kurangnya akses untuk ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara

likuiditas dalam bentuk kas.

3. Kendala oprasional, kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, sebagai

contoh tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana yang diterima,

kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan sehingga bank-bank islam

menahan alat likuidnya dalaam jumlah besar dibandingkan dengan rata-rata perbankan

konvensional.

Untuk mengantisipasi masalah tertantu, ada beberapa pilihan yang banya dilakukan

oleh pengelolaan bank-bank islam yang bersifat darurat, yaitu:

1. Mengupayakan dana di pasar uang antara bank berdasarkan prinsip syariah dengan

menggunakan berbagai instrument pasar uang yang tersedia di pasar uang tersebut.

2. Mengambil bunga dan menggunakannya untuk tujuan sosial berdasarkan fatwa.

3. Menginfestasikan dalam bentuk emas dan atau logam mulia lainya secara tunai dengan

kontrak berjangka.
4. Menyimpan dananya di bank konvensional tanpa menerima Bungan sebagai imbangan

dari servis yang diprolehnya.

F. Penentuan Kebutuhan Likuiditas Bank Syariah

Pada umumnya, kebutuhan likuiditas bank ditentukan oleh beberapa factor yang

meliputi hal-hal berikut.

1. Kewjiban reserve yang di tetapkan oleh bank sentral

Merupakan giro wajib minimum (GWM) yang merupakan ketentuan bank

Indonesia. Giro wajib minimum merupakan kewajiban serve (reserve requirement) yang

di tetapkan oleh bank Indonesia sebesar persentase dari dana pihak ke tiga (DPK).

Dana pihak ketiga meliputi seluruh DPK dalam rupiah ataupun valuta asing di

seluruh kantor bank yang bersangkutan di Indonesia.

DPK bank dalam bentuk rupiah meliputi kewajiban kepada pihak ketiga yang

terdiri atas:

a. Giro wadi’ah.

b. Tabungan mudharobah.

c. Deposito investasi mudharobah.

d. Kewajiban lainnya.

DPK dalam rupiah tersebut tidak termasuk dana yang di terima oleh bank syariah

atau unit usaha syariah dari bank Indonesia dan bank perkreditan rakyat. DPK bank

dalam bentuk valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak ketiga

termasuk bank dan bank Indonesia yang terdiri atas:

a. Giro wadi’ah.

b. Deposito investasi mudharobah.


c. Kewajiban lainnya.

2. Tipe dana yang di tarik oleh bank

Dilihat dari waktu penarikanya, di bank syariah atau unit usaha bank syariah

terdapat dua jenis, yaitu dana yang ditarik sewaktu-waktu meliputi tabungan dan giro

wadiah, serta dana yang ditarik pada saat jatuh tempo meliputi investasi mudharobah.

Untuk memperkirakan jumlah penarikan pada tabungan dan giro wadiah, bank syariah

atau unit usaha syariah perlu mengetahui:

a. Pengalaman penarikan dana harian pada masa-masa sebelumnya.

b. Spreding resources, yaitu persebaran dan jumlah pemegang rekening.

3. Komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain untuk memberikan fasilitas pembiayaan

atau melakukan investasi.

Bisnis perbankan merupakan bisnis kepercayaan maka pemenuhan komitmen

harus menjadi focus bank syariah atau unit usaha syariah. Sebagai contoh, jika suatu bank

syariah menerbitkan bank garansi, jika nasabah yang memegang bank garansi tersebut

wanprestasi terhadap mitra kerjanya, komitmen bank syariah untuk menjamin

wanprestasi tersebut harus dilaksanakan.1

G. Alat Likuiditas Bank Syariah

Alat likuid merupakan bagian dari aktiva lancer yang berfungsi menjaga likuiditas

bank syariah atau unit usah syariah. Kemampuan likuiditas suatu aset bergantung pada

kandungan daya cair asset (self contained liquidity)dan daya jual aset (marketability). Suatu rasio

yang digunakan untuk mengukur likuiditas bank adalah cast ratio yang di hitung dengan rumus:

1
Khairul Umam,Manajemen Perbankan Syariah,(Bandung:PUSTAKA SETIA,2013),hlm.185-186.
Cash rasio = ((alat likuid yang dikuasai )/(kewajiban yang segera dibayar)) x 100%

Semakin tinngi nilai cash rasio ini, semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank tersebut.

Alat likuiditas terdiri atas :

1. Kas pada vault.

2. Giro di bank sentral.

3. Giro di bank lain.

4. Item-item uang tunai yang masih dalam proses inkaso.

Dilihat dari proritas penggunaan dana bank, alat likuid ini termasuk dalam primery

reserve (cadangan primer) yang bertujuan:

1. Memenuhi reserver requirement yang di tempatkan dalam bentuk giro wajib

minimum di bank Indonesia.

2. Memenuhi keperluan operasional bank sehari-hari.

3. Penyelesaian kliring antarbank.

4. Kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.

Sementara jika dilihat dari sifat aktiva bank dalam hubungannya dengan pendapatan bank

(earning),alat likuid ini termasuk dalam aktiva tidak produktif (Non Earning Assets).

Alokasi penggunaan dana di bank syariah atau unit usaha syariah memiliki dua tujuan,

yaitu mencapai tingkat profibilitas yang cukup dengan tingkat rasio rendah serta untuk

menjaga likuiditas agar kepercayaan masyarakat terjaga.2

2
Ibid.,hlm,190-191.

Anda mungkin juga menyukai