Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ciri-ciri Pajak
Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal tersebut hanya
berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Yaitu
warga negara yang memiliki Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) lebih dari Rp2.050.000 per
bulan. Jika Anda adalah karyawan/pegawai, baik karyawan swasta maupun pegawai pemerintah,
dengan total penghasilan lebih dari Rp2 juta, maka wajib membayar pajak. Jika Anda adalah
wirausaha, maka setiap penghasilan akan dikenakan pajak sebesar 1% dari total penghasilan
kotor/bruto (berdasarkan PP 46 tahun 2013).
Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, maka wajib untuk membayar
pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja tidak
membayar pajak yang seharusnya dibayarkan, maka ada ancaman sanksi administratif maupun
hukuman secara pidana.
Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir, maka harus
membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan
salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara. Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah
tertentu, Anda tidak langsung menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan Anda dapatkan
berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa
pendidikan bagi anak Anda, dan lain-lainnya.
Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang yang mengatur
tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.
Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam perspektif ekonomi
maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri di atas, pajak dapat dilihat dari 2 perspektif, yaitu:
Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara) kepada sektor
publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak menyebabkan 2 situasi menjadi
berubah, yaitu:
Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa.
Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik
yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Perspektif ini terjadi akibat adanya suatu ikatan yang timbul karena undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah dana tertentu
kepada negara. Di mana negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan pajak tersebut
dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang
dipungut harus berdasarkan undang-undang, sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi petugas pajak sebagai pengumpul pajak maupun bagi wajib pajak sebagai pembayar pajak.
Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya pembangunan.
Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai seluruh pengeluaran yang
dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga pajak mempunyai beberapa
fungsi, antara lain:
Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara mengumpulkan dana atau uang
dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara
lainnya. Sehingga fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki tujuan
menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.
Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam lapangan sosial
dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:
Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor, seperti: pajak ekspor
barang.
Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang produksi dari dalam negeri,
contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu perekonomian agar semakin
produktif.
Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan
dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
4. Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian, seperti: untuk
mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar
dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah
menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.
Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum dijumpai di berbagai
negara. Untuk Indonesia saat ini pemerintah lebih menitik beratkan kepada 2 fungsi pajak yang
pertama. Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota masyarakat sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak, sesuai fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan, penyuluhan, pelayanan, serta pengawasan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan
fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.
Sistem perpajakan adalah mekanisme yang mengatur bagaimana hak dan kewajiban perpajakan
suatu wajib pajak dilaksanakan. Pada uraian di bawah ini disajikan berbagai sistem perpajakan.
Official Assessment
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan sepenuhnya oleh institusi
pemungut pajak. Wajib pajak dalam hal ini bersifat pasif dan menunggu penyampaian utang pajak
yang ditetapkan oleh institusi pemungut pajak.
Self Assessment
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh wajib pajak.
Dalam hal ini, kegiatan menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan pajak
yang terutang dilakukan oleh wajib pajak. Peran institusi pemungut pajak hanyalah mengawasi
melalui serangkaian tindakan pengawasan maupun penegakan hukum (pemeriksaan dan
penyidikan pajak).
INDONESIA VS SINGAPURA
Penerapan yang didasarkan untuk penetapan WP PPh di Indonesia dan Singapura, masih
berdasarkan kepada kewarganegaraan dari WP tersebut serta wilyah tempat WP tersebut
mendapatkan penghasilan. Untuk objek pajaknya di Singapura penghasilan yang bersifat
capital gain (berasal dari pendapatan investasi seperti deviden saham dan obligasi) tidak ditarik
pajaknya. Sedangkan di Indonesia, pendapatan pribadi yang bersifat capital gain termasuk ke
dalam penghasilan yang ditarik pajaknya.
Perbedaan juga terletak kepada besarnya tarif dan cara penghitungan yang dikenakan untuk
pendapatan WP, walaupun keduanya menggunakan tarif yang bersifat progresif. Di Indonesia
tarifnya bertingkat dari mulai 5% hingga 30% yang dikenakan menurut Pendapatan kena pajak
yaitu jumlah pendapatan bruto dikurangi pendapatan tidak kena pajak WP. Sementara di
Singapura tarif yang dikenakan dari 3,5%‐ 20% yang ditarik dari Chargeable Income.
Untuk pph jenis Badan, keduanya tidak jauh berbeda kecuali dalam hal pengurangan pajak.
Pengurangan pajak untuk PPh badan di Singapura lebih banyak daripada di Indonesia.
Sementara untuk di Indonesia, pengurangan tarif berlaku jika badan berbentuk PT
mengeluarkan sahamnya sebesar 40% di Bursa Efek Indonesia dan setelah melalui persayratan
tertentu mendapat pengurangn tarif lebih rendah sebesar 5%.
Perbedaaan dalam pengelolaan PPn Indonesia dan Singapura tidak banyak berbeda. Dalam
penetapan wajib pajak dan pengelolaannya hampir sama. Kecuali dalam objek pajaknya, di
Indonesia, tidak ada PPN untuk beberapa produk (kebutuhan dasar, makanan yang disajikan
di hotel dan restoran, layanan medis, seni dan jasa hiburan, dll), sementara di Singapura hampir
seluruhnya dikenai pajak. Dalam penarikan pajaknya, kedua negara memperhitungkan
besarnya pajak masukan dan pajak keluaran yang dilakukan oleh penarik pajak.
Yang menjadi perbedaan selain besarnya tarif adalah di Indonesia PPn saat ini masih
dimasukan ke dalam pajak daerah, sementara di Singapura menjadi pajak pusat yang dikelola
oleh IRAS serta tidak adanya PPn Barang Mewah, sehingga semua objek dianggap sama
Indonesia Singapura
i. penyerahan BKP di dalam daerah pabean Bagian III Butir 8 Goods and Services Tax menyatakan
yang dilakukan oleh Pengusaha; bahwa GST dikenakan atas:
ii. impor BKP;
i. setiap penyerahan barang dan jasa yang dilakukan di
iii. penyerahan JKP di dalam daerah pabean
Singapura yang dilakukan oleh PKP sehubungan dengan
yang dilakukan oleh pengusaha;
bisnis yang dijalankannya; dan
iv. pemanfaatan BKP tidak berwujud dari
ii. setiap impor barang (selain impor yang mendapatkan
luar daerah pabean di dalam daerah
pembebasan).
pabean;
v. pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean;
vi. ekspor BKP berwujud oleh PKP;
vii. ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP;
dan
viii. ekspor JKP oleh PKP.
Indonesia Singapura
Sejak tanggal 1 Juli 1984 hingga saat ini, Sejak diberlakukan, tarif GST di Singapura
tarif PPN tidak berubah, yaitu tarif tunggal mengalami kenaikan dengan perincian
sebesar 10%. sebagai berikut:
Pasal 15A UU PPN menyatakan Bagian VI Butir 41 huruf (ba) Goods and Services Tax
bahwa SPT Masa PPN disampaikan menyatakan bahwa penyampaian SPT PPN dilakukan
paling lama akhir bulan berikutnya melalui jasa elektronik. SPT PPN disampaikan dalam
setelah berakhirnya masa pajak. jangka waktu 1 bulan sejak akhir periode akuntasi yang
ditentukan.
4. Mengapa realisasi penerimaan pajak di Indonesia selalu tidak sesuai dengan yang
diharapkan?
Pertama, kepatuhan WP sangat rendah yaitu hanya sekitar 50 persen. Kedua, adanya
kebocoran penerimaan pajak terutama dari restitusi atau pengembalian pajak, khususnya
dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketiga, basis WP yang kecil.
5. Sebutkan pajak apa saja yang di kenakan pada keluargamu dan keluarga temanmu?
Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Penghasilan
Pajak kendaraan bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
Pajak parkir
Pajak penerangan jalan
Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disebut dengan PKP adalah pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN Tahun 1984 dan perubahannya.
Pengusaha yang melakukan penyerahan yang merupakan objek pajak sesuai Undang-
Undang PPN wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kecuali
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pengusaha kecil adalah merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun buku melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto
dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah). Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi
PKP.
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN atau Pajak PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP
yang dilakukannya.
NPWP tersebut terdiri dari 15 digit angka sebagai kode unik. Kode unik inilah yang
nantinya menjamin data perpajakan Anda tidak tertukar. Lalu apa arti dari kode seri
NPWP? Berikut penjelasannya sesuai struktur penomoran NPWP yang diterapkan oleh
Ditjen Pajak.
678.9-123.123
9 digit pertama pada NPWP merupakan kode unik dari identitas Wajib Pajak.
3 digit selanjutnya adalah kode unik dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Jika terdaftar
sebagai Wajib Pajak baru, kode tersebut merupakan kode tempat Wajib Pajak melakukan
pendaftaran. Sedangkan bila statusnya sebagai Wajib Pajak lama, maka itu adalah kode
tempat wajib pajak saat ini.
3 digit terakhir menandakan status Wajib Pajak. 000 berarti pusat atau tunggal. 00x
(001,002) berarti cabang dengan nomor terakhir menunjukkan urutan cabang.
Manfaat NPWP
1. Mengajukan Kredit
Salah satu syarat jika Anda ingin mengajukan kredit baik ke bank maupun pembelian sebuah
barang misalnya, adalah kepemilikan NPWP. Pihak pemberi pinjaman seperti Bank memerlukan
dokumen NPWP untuk mengeluarkan dana serta jaminan data diri Anda.
Anda membutuhkan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) jika berencana mendirikan usaha
perdagangan sendiri. SIUP merupakan bukti sah dari berdirinya usaha Anda yang diberikan oleh
pemerintah daerah.
Dokumen ini dibutuhkan baik untuk perusahaan besar maupun UKM (usaha kecil menengah)
untuk mendapat pengesahan dan pengakuan dari pemerintah. Anda diwajibkan untuk terlebih dulu
memiliki NPWP dengan tujuan Anda sebagai pengusaha juga harus melaporkan pajak usaha Anda.
3. Pembuatan Paspor
NPWP adalah salah satu dokumen yang dibutuhkan untuk membuat paspor selain KTP atau KK.
Dalam beberapa kasus, misalnya, jika Anda ingin membuat paspor untuk anak, maka daftarkan
anak Anda dalam dokumen NPWP milik Anda.
Rekening koran merupakan versi lain dari buku bank, di mana Anda bisa melihat mutasi saldo
Anda secara keseluruhan. Setiap Bank mengharuskan nasabah untuk memiliki NPWP jika ingin
mengajukan permohonan pembuatan rekening koran.
5. Administrasi Pajak Final
Sedikit berbeda dengan melaporkan pajak pada akhir tahun pajak, administrasi final merupakan
pajak yang harus diselesaikan dalam masa pajak yang sama seperti saat individu terkait menerima
sesuatu.
Pemotongan ini dikenakan kepada jenis penghasilan seperti deposito, hadiah berupa lotere, undian
dan transaksi saham. Untuk menyelesaikan urusan pajak ini, Anda wajib memiliki NPWP terlebih
dulu.
ini mengacu pada pajak yang harus dibayarkan pada saat tertentu dalam masa pajak, tahun pajak,
atau bagian tahun, sesuai ketentuan dalam undang-undang. Sedangkan, PPh terutang adalah pajak
terutang yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak. Masa Pajak sama dengan satu bulan kalender.
Tahun Pajak sama dengan satu tahun kalender, disebut juga tahun takwin. Tahun Pajak biasanya
adalah jangka waktu bulan Januari sampai dengan Desember kecuali mengajukan izin untuk
menggunakan jangka waktu lain.
Semua jenis pajak terutang, termasuk pajak penghasilan, tidak sama dengan utang pajak. Hal ini
dapat dilihat dari dasar hukumnya. Istilah pajak yang terutang dapat Anda temukan pada beberapa
peraturan pajak di bawah ini:
4. PER-4/PJ/2009
5. PER-32/PJ/2015
Menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 243/PMK.03/2014, SPT Tahunan adalah SPT untuk
suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Sedangkan, SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa
Pajak.
SPT (Surat Pemberitahuan) adalah suatu media pelaporan atas pajak yang telah Anda bayarkan.
Walaupun beristilah surat, SPT berbentuk formulir. Formulir SPT memiliki format baku. Format
formulir SPT Tahunan dan SPT Masa jelas berbeda, dan disesuaikan dengan fungsinya masing-
masing.
SPT Tahunan
SPT Tahunan biasanya digunakan untuk melaporkan penghasilan atas penghasilan diri
sendiri yang diterima, baik penghasilan dengan tarif umum, penghasilan final, maupun
penghasilan yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan. Selain itu, SPT Tahunan juga
digunakan untuk melaporkan harta dan utang pada akhir periode Tahun Pajak.
SPT Tahunan ada dua jenis, yaitu SPT Tahunan Orang Pribadi dan SPT Tahunan Badan.
SPT Tahunan Orang Pribadi dibagi menjadi 3 formulir: SPT Tahunan Orang Pribadi 1770,
SPT Tahunan Orang Pribadi 1770 S, dan SPT Tahunan Orang Pribadi 1770 SS. SPT
Tahunan Badan hanya memiliki satu jenis saja, yaitu SPT 1771.
Untuk batas pelaporan SPT Tahunan, pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi adalah 3
bulan sejak berakhirnya Masa Pajak sementara Pelaporan SPT Tahunan Badan maksimal 4
bulan sejak berakhirnya Masa Pajak.
Ada pelurusan pemahaman Masa Pajak yang harus diketahui. Untuk Wajib Pajak yang
tahun bukunya berakhir pada 31 Desember maka batas akhir pelaporan pajaknya memang
31 Maret (Orang Pribadi) dan 30 April (Badan). Namun, untuk Wajib Pajak yang tahun
bukunya berakhir pada 31 Juli maka batas lapornya bukan lagi 31 Maret (Orang Pribadi)
dan 30 April (Badan) melainkan 31 Oktober (Orang Pribadi) dan 30 November (Badan).
SPT Masa digunakan untuk melaporkan pajak yang dipotong atau dipungut (pajak orang
lain).
Contoh: Pasal 21 Undang-Undang PPh mewajibkan pemberi kerja memotong PPh atas upah dan
gaji. Maka pemberi kerja wajib membuat SPT Masa PPh Pasal 21.
SPT Masa jenisnya bermacam-macam, sesuai dengan pasal yang mewajibkannya. Jenis-
jenis SPT Masa PPh yaitu SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat (2), Pasal 15, Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23 dan atau Pasal 26, dan PPN.
Format SPT Masa berbeda satu sama lain, berdasarkan objek dan tarif pajak yang
dikenakan untuk setiap jenis pajak.
Batas waktu pelaporan SPT Masa PPh maksimal pada tanggal 20 bulan berikutnya, dan
jika bertepatan dengan hari libur maka dilakukan hari kerja keesokan harinya. Sementara,
SPT Masa PPN maksimal pelaporan pada akhir bulan berikutnya.
Menurut UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak, Tax Amnesty adalah penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di
bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini. Pelaksanaan program tax amnesty ini sendiri berlangsung
selama 10 bulan mulai dari Juli 2016 hingga April 2017 serentak di seluruh Indonesia.
Pembebasan PPh
Anda juga akan mendapat pembebasan PPh (Pajak Penghasilan) untuk balik nama harta tambahan.
Jadi, seperti Anda membeli rumah memakai nama orang lain, Dengan amnesti pajak, Anda akan
terbebas dari PPh.
Skema tarif yang sudah diputuskan oleh pemerintah adalah sebagai berikut:
Tarif: 2%, 3% dan 5% (tergantung kapan diungkapkan) untuk harta yang berada di Indonesia
Tarif: 2%, 3% dan 5% (tergantung kapan diungkapkan) untuk harta yang berada di luar
Indonesia dan jika harta tersebut dialihkan (repatriasi) ke Indonesia (dalam batasan rentang
waktu tertentu)
Tarif: 4%, 6% dan 10% (tergantung kapan diungkapkan) untuk harta yang berada di luar
Indonesia dan harta tersebut tidak dialihkan (repatriasi) ke Indonesia
Tarif khusus UMKM. Untuk WP yang memiliki peredaran usaha s.d. Rp4,8M, tarif adalah:
0,5%, jika pengungkapan harta s.d. Rp10 M; 2%, jika pengungkapan harta lebih dari Rp10 M
Dari skema diatas, kita bisa melihat bahwa tarif ditentukan oleh lokasi harta, di luar negeri atau di
dalam negeri, serta kapan diungkapkan (makin cepat makin rendah tarifnya). Untuk harta yang
direpatriasi (dipulangkan), pemerintah memberikan tarif spesial.
REALISASI :
Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Keterangan, memperoleh fasilitas Pengampunan Pajak
berupa:
1. Penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan, untuk
kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai
dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;
2. Penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda, untuk kewajiban
perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir
Tahun Pajak Terakhir;
3. Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan, atas kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun
Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; dan
4. Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak,
pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan atas
kewajiban perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang sebelumnya telah
ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3), yang berkaitan dengan
kewajiban PPh, dan PPN atau PPnBM.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak menyebut dana repatriasi tax amnesty sebesar Rp 12,6 triliun
sudah bebas pergi ke mana saja. Sementara itu total dana repatriasi tax amnesty 2016-2017
mencapai Rp 146 triliun. Yang artinya, masih ada Rp 133,4 triliun dana repatriasi yang wajib
berada di Indonesia
Automatic Exchange of Information (AEoI) adalah fasilitas sistem pertukaran informasi otomatis
yang digunakan untuk mengetahui dan mengawasi potensi pajak dalam dan luar negeri. Adapun
negara-negara yang telah mengikuti skema AEoI atau melakukan pertukaran data keuangan antara
kedua belah pihak adalah yang tergabung dalam The Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD) seperti Argentina, Brazil, Cina, India, Malaysia, Singapura dan Afrika
Selatan.
Selain itu ada tiga syarat yang wajib dipenuhi untuk menerapkan sistem AEoI:
Adanya aturan resmi yang dapat memfasilitasi DJP dalam memperoleh seluruh data sektor
keuangan seperti lewat Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
Kemampuan membuat sistem pelaporan pajak yang dapat disesuaikan dengan format dan
konten negara lain.
Memiliki teknologi informasi dengan basis data yang kuat dengan prinsip kerahasiaan dan
manajemen informasi.
14. Apa yang dimaksud dengan BKP?
Barang kena pajak adalah barang berwujud, yang menurut sifatnya berupa barang bergerak
atau tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
PPN.
Barang yang berwujud. Misalnya mobil, rumah, sepeda motor, alat kesehatan dan lain-lain.
Barang yang tidak berwujud. Misalnya hak paten, hak cipta, merk dagang dan lain-lain.
Direktorat Jendral pajak, Kementrian Keuangan, Direktorat jendral anggaran dan badan kebijakan
fiskal
Berdasarkan pada Pasal 17 ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif
progresif sebagai berikut.
Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun dikenakan tarif pajak sebesar 5%.
Penghasilan Rp50.000.000,- sampai dengan Rp250.000.000,- per tahun dikenakan tarif
pajak sebesar 15%.
Penghasilan Rp250.000.000,- sampai Rp500.000.000,- per tahun dikenakan tarif sebesar
25%.
Penghasilan di atas Rp500.000.000,- per tahun dikenakan tariff pajak sebesar 30%.
Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar 20% lebih
tinggi daripada Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP.
b. PBB
Tarif pajak bumi dan bangunan yang berlaku sejak dahulu hingga saat ini masih sama, yakni
sebesar 0,5%.
c. PPN
Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah 5%
(lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh
Peraturan Pemerintah.
d. PPnBM
Berdasarkan PMK Nomor 33/PMK.010/2017 tarif PPnBm untuk kendaraan bermotor
ditetapkan sebagai berikut:
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, baik yang dilengkapi
dengan motor listrik maupun tidak, dengan sistem 1 gardan penggerak, dengan kapasitas
isi silinder sampai dengan 1.500 cc.
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel).
baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan sistem 1 gardan penggerak,
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.500 cc.
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain
sedan atau station wagon, dengan sistem 1 gardan penggerak, dengan motor bakar cetus
api, baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 gardan penggerak, dengan motor bakar
nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik yang dilengkapi dengan motor listrik maupun
tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.
Kendaraan bermotor dengan kabin yang dirancang untuk 2 baris tempat duduk (double
cabin) untuk penumpang melebihi 3 orang tetapi tidak melebihi 6 orang termasuk
pengemudi dan memiliki bak (terbuka atau tertutup) untuk pengangkutan barang, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dilengkapi dengan motor
listrik maupun tidak, dengan sistem 1 gardan penggerak atau dengan sistem 2 gardan
penggerak, untuk semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 ton.
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan ataustation wagon, dengan motor bakar cetus api, baik yang dilengkapi dengan
motor listrik maupun tidak, dengan sistem 1 gardan penggerak, dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 2.500 cc sampai dengan 3.000 cc.
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
dengan motor bakar cetus api, baik yang dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak,
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan kapasitas 3.000 cc, untuk
sedan atau station wagon dan kendaraan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2
gardan penggerak.
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik yang dilengkapi dengan
motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan
2.500 cc, untuk sedan atau station wagon dan kendaraan selain sedan atau station wagon
dengan sistem 2 gardan penggerak.
5. Tarif PPnBM sebesar 50% diberlakukan bagi seluruh kendaraan yang penggunaannya
dikhususkan untuk golf.
Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai
dengan 500 cc, yakni sepeda motor (termasuk moped) dan sepeda yang dilengkapi dengan
motor tambahan, dengan atau tanpa kereta pasangan sisi, termasuk kereta pasangan sisi.
Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, digunung, dan
kendaraan semacam itu.
Kendaraan bermotor roda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc yang terdiri
dari, sepeda motor (termasuk moped) dan sepeda yang dilengkapi dengan motor tambahan,
dengan atau tanpa kereta pasangan sisi, termasuk kereta pasangan sisi.
Trailer atau semi trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.
1. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 20% diberlakukan pada:
Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual sebesar Rp 20 miliar
atau lebih.
Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title dan sejenisnya dengan harga
jual sebesar Rp 10 miliar atau lebih.
2. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 40% diberlakukan pada:
Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya
tanpa tenaga penggerak.
Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara, yang
terdiri dari peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan angin.
3. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 50% diberlakukan pada:
Kelompok pesawat udara, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga yang
terdiri dari helokopter, pesawat udara dan kendaraan udara lainnya, selain helikopter.
Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara yang terdiri
dari senjata artileri, revolver dan pistol, senjata api (selain senjata artileri, revolver dan
pistol) dan peralatan semacam itu yang dioperasikan dengan penembakan bahan peledak.
4. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 75% diberlakukan pada:
Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam yang dirancang untuk
pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau
angkutan umum.