Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah negara yang berkembang pesat, tetapi masih memiliki
beberapa ketertinggalan dan kekurangan. Di bidang kesehatan, Indonesia juga harus masih
harus berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling
berinteraksi satu sama lain menjadikan tingkat kesehatan masyarakat tidak kunjung
meningkat secara signifikan.

Masalah gizi di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. Masalah gizi pada anak usia sekolah yang utama
hingga saat ini adalah Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), Kurang Vitamin A, dan Anemia Defisiensi Besi (Depkes, 2008). Salah satu
masalah gizi yang masih dihadapi yaitu anemia.

Tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat
berkaitan dengan buruknya status gizi. Ironisnya, dibeberapa daerah lain atau pada
sekelompok masyarakat yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan
masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi; meledaknya kejadian obesitas
di beberapa daerah akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi-
konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa khususnya di bidang kesehatan. Jika ini
dibiarkan terus menerus, makin banyak penduduk yang mengalami penyakit bahkan
meninggal akibat masalah gizi ini. Untuk itu , disini penulis membahas mengenai isu-isu
mengenai masalah gizi yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu
apakah masalah gizi paling tinggi yang terjadi di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui besaran masalah Anemia,KEP,KEK, KVA,GAKI dan Obesitas

1
2. Untuk mengetahui penyebab Anemia,KEP,KEK, KVA,GAKI dan Obesitas
3. Untuk mengetahui gejala penyakit Anemia,KEP,KEK, KVA,GAKI dan Obesitas
4. Untuk mengetahui dampak atau akibat dari penyakit Anemia,KEP,KEK,
KVA,GAKI dan Obesitas yang tidak di tangani
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran
di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anemia
a. Besaran Masalah

Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit)
dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal (kurang
darah). Nilai normal hemoglobin pada pria dewasa 13- 17,5gr/dl pada wanita dewasa 12-
15,5 gr/dl. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama
bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada WUS dapat menimbulkan
kelelahan,badan lemah,penurunan kapasitas/kemampuan atau produktivitas kerja. Bagi
ibu hamil, anemia berperan pada peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu,
dan bagi bayi dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi, serta
BBLR.Anemia pada umumnya terjadi d seluruh dunia, terutama di negara berkembang
(developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Pada kelompok
dewasa,anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita
menyusui karena mereka banyak yang mengalami defisiensi Fe. Secara keseluruhan,
anemia terjad pada 45 persen wanita di negara berkembang dan 13 persen di negara
maju (developed countries)

Di Amerika, terdapat 12 persen wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun, 11 persen
wanita hamil usia subur mengalami anemia. Sementara persentase wanita hamil dari
keluarga miskin terus meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan (8 persen anemia
di trimester I ,12 persen anemia di trimester II,dan 29 persen anemia pada trimester III).
Untuk mencegah dan mengobati anemia, maka penentuan faktor-faktor penyebab sangat
diperlukan.Jika penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi dibutuhkan
untuk mengidentifikasikan nutrient yang berperan dalam dalam kasus anemia.Anemia
gizi dapat dapat disebabkan oleh berbagai macam nutrient penting pada pembentukan
Hb.

Defisiensi Fe yang umum terjadi di dunia merupakan penyebab utama terjadinya


anemia gizi.Di negara-negara dimana prevalensi anemia lebih besar dari 20 persen,

3
penyebab anemia adalah defisiensi Fe atau kombinasi defisiensi Fe dengan kondisi
lainnya seperti status sosio-ekonomi.

b. Faktor Masalah

Berikut merupakan beberapa hal yang menyebabkan seseorang mengalami anemia yaitu:

a. Asupan Fe yang tidak memadai


Hanya sekitar 25 persen WUS memenuhi kebutuhan Fe sesuai AKG (26
mikrogram/hari).Secara rata-rata ,wanita mengonsumsi 6,5 µg Fe perhari melalui diet
makanan. Adapun makanan yang mengandung Fe mesti sering dikonsumsi sebagai
contoh makanan berupa daging yang mengandung banyak Fe yakni daging
sapi,ayam,ikan,telur. Dan makanan non daging yang mengandung Fe seperti biji-
bijian,sayuran dan buah.
b. Peningkatan kebutuhan fisiologi

Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe akibat


peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta,dan untuk
menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan absorpsi Fe selama
trimester II kehamilan membantu peningkatan kebutuhan. Beberapa studi
menggambarkan hubungan antara suplementasi Fe selama kehamilan dan peningkatan
konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi dan usia
kehamilan.

c. Kehilangan banyak darah


Kehilangan darah terjadi melalui operasi,penyakit,dan donor darah. Pada
wanita,kehilangan darah terjadi melalui menstruasi.Wanita hamil juga mengalami
perdarahan saat dan setelah melahirkan. Efek samping atau akibat kehilangan darah ini
tergatung pada jumlah darah yang keluar dan cadangan Fe dalam tubuh.

c. Gejala Anemia

Seseorang yang mengalami anemia bisanya memiliki ciri-ciri sering terlihat


sangat pucat dan mungkin juga mengalami gejala anemia yang lain, seperti :

4
1. Kelelahan
2. Lemah dan cepat capek
3. Pucat
4. Konjuctiva anemis atau terlihat lebih putih
5. Mudah mengantuk
6. Sakit Kepala
7. Tangan dan kaki dingin
8. Pingsan

9. Pusing, terutama ketika orang tersebut berdiri

10. Sesak napas, terutama pada saat beraktivitas

11. Detak jantung cepat atau jantung berdebar, terutama pada saat beraktivitas.

12. Nyeri dada

13. Penurunan konsentrasi dan daya ingat

Gejalan anemi secara umum menurut university of north calorina 2002 dalam
briawan 2014 adalah cepat lelah, pucat(kuku,bibir, gusi,mata, kulit kuku dan telapak
tangan), jantung berdenyut kencang saat melakukan aktifitas ringan, nafas tersengal,
nyeri dada, pusing mata berkunang, cepat marah dan tangan serta kaki dingin atau
mati rasa.

d. Dampak Anemia

Anemia Merupakan Gangguan Darah Dimana Tubuh Kekurangan Sel Darah


Yang Mengandung Hemoglobin Sehingga Oksigen Tidak Bisa Dialirkan Secara
Merata Ke Seluruh Tubuh.Anemia Ini Bisa Berlangsung Sementara Dan Juga Dalam
Jangka Panjang Dengan Tingkat Keparahan Yang Juga Bervariasi Mulai Dari Ringan
Hingga Berat.

Penyebab Anemia Sendiri Bisa Terjadi Karena Produksi Sel Darah Merah Dalam
Tubuh Tidak Mencukupi, Terjadi Pendarahan Sehingga Tubuh Kekurangan Darah
Dalam Waktu Cepat Dan Juga Bisa Terjadi Karena Kelainan Reaksi Tubuh Dengan

5
Cara Menghancurkan Sel Darah Merah Sehat. Jika Terus Dibiarkan Dan Tidak
Segera Diatasi, Ada Berbagai Dampak Anemia Berkepanjangan Yang Juga Bisa
Terjadi Dan Beberapa Diantaranya Akan Kami Ulas Dalam Artikel Berikut Ini.

1. Kelainan Sistem Saraf

Dampak Anemia Berkepanjangan Yang Bisa Terjadi Pertama Adalah Kelainan


Pada Sistem Saraf.Sistem Saraf Seperti Saraf Tulang Dan Juga Otak Bisa Saja
Terpengaruh Akibat Tubuh Kekurangan Vitamin B12 Yang Sangat Penting Dalam
Produksi Sel Darah Merah Dan Juga Kesehatan Sistem Saraf.Jika Anemia Tidak
Segera Ditangani Dengan Baik, Maka Bisa Menimbulkan Berbagai Kelainan Saraf
Seperti Hilang Ingatan, Gangguan Penglihatan, Ataksia Yakni Hilangnya Koordinasi
Fisik Seperti Kesulitan Berjalan Dan Bicara Dan Juga Parestesia Yakni Sensasi
Kesemutan.

2. Neural Tube Defects

Neural Tube Defects Atau NTD Adalah Kelainan Bawaan Lahir Yang Bisa
Terjadi Saat Ibu Mengalami Anemia Berkepanjangan Selama Masa
Kehamilan.Pertumbuhan Dan Juga Perkembangan Bayi Nantinya Akan Terhambat
Karena Kelainan Tersebut Sehingga Bisa Menyebabkan Spina Bifida Yakni Kelainan
Tulang Belakang Bayi Dan Juga Anensefalus Yakni Otak Atau Tempurung Kepala
Bayi Yang Juga Tidak Terbentuk Sempurna.

3. Penyakit Jantung

Anemia Berkepanjangan Yang Tidak Segera Diatasi Dan Juga Gejala Kurang
Darah Pada Pria Bisa Menyebabkan Penyakit Jantung Sebab Organ Jantung Sangat
Membutuhkan Darah Dalam Jumlah Banyak Agar Bisa Memompa Darah Untuk
Dialirkan Ke Seluruh Tubuh. Apabila Organ Jantung Mengalami Kekurangan
Oksigen, Maka Nantinya Bisa Menimbulkan Berbagai Gangguan Jantung Seperti
Jantung Koroner, Serangan Jantung Dan Beberapa Masalah Jantung Lainnya.

6
4. Kerusakan Organ

Jenis Anemia Yakni Anemia Sel Sabit Yang Tidak Segera Disembuhkan
Nantinya Bisa Memblokir Aliran Darah Lewat Pembuluh Darah.Anemia Sel Sabit
Nantinya Juga Akan Mengambil Oksigen Dan Darah Yang Seharusnya Diedarkan Ke
Seluruh Organ Tubuh.Penderita Anemia Sel Sabit Nantinya Akan Mengambil
Oksigen Dan Juga Darah Yang Seharusnya Diedarkan Ke Seluruh Tubuh Dan
Akhirnya Akan Merusak Saraf Serta Beberapa Organ Di Tubuh Seperti Hati, Ginjal
Dan Juga Limpa Yang Nantinya Bisa Berakibat Fatal.

5. Priapisme

Priapisme Atau Nyeri Abnormal Serta Ereksi Penis Terus Menerus Juga Menjadi
Menjadi Dampak Anemia Berkepanjangan Yang Biasanya Dialami Oleh Pria
Sehingga Makanan Penambah Darah Harus Selalu Dikonsumsi Secara Teratur. Saat
Pria Mengalami Ereksi Terlalu Lama, Nantinya Bisa Menimbulkan Rasa Sakit Yang
Dalam Istilah Medis Dinamakan Dengan Priapism Dan Jika Anemia Juga Terjadi Di
Beberapa Bagian Tubuh Yang Lain, Maka Nantinya Akan Memblokir Pembuluh
Darah Di Area Penis Yang Nantinya Bisa Menyebabkan Impotensi.

6. Imunitas Seluler dan Humoral

Dampak anemia berkepanjangan selanjutnya adalah bisa meningkatkan risiko


penyakit yang disebabkan karena infeksi. Jika seseorang menderita defisiensi besi
khususnya pada balita dan anak anak, maka nantinya akan lebih mudah terserang
mikroorganisme sebab zat besi menjadi komponen penting untuk menjaga
kemampuan fungsional dan juga mekanisme kekebalan tubuh yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya penyakit akibat infeksi tersebut.

7. Gangguan Kesuburan

Dampak anemia berkepanjangan selanjutnya khususnya anemia defisiensi vitamin


B12 dan masih berlangsung selama masa kehamilan, maka nantinya bisa

7
menyebabkan bayi terlahir prematur.Jika masa kehamilan belum memasuki minggu
ke-37, maka nantinya bisa berpengaruh pada perkembangan bayi sehingga vitamin
penambah darah harus selalu dikonsumsi agar anemia bisa segera diatasi.

8. Semakin Cepat Kehilangan Energi

Kelelahan adalah gejala anemia yang paling umum terjadi dan kelelahan tersebut
tidak hanya terasa saat sedang beraktivitas namun masih tetap terasa sesudah
beristirahat. Saat anemia ini tidak segera diatasi dan terjadi dalam jangka waktu yang
lama, maka akhirnya bisa menimbulkan masalah lain yakni cepat kehilangan energi
dalam aktivitas sehari hari.

Beberapa jenis anemia karena kekurangan zat besi atau vitamin B12, bisa
menimbulkan kelelahan ekstrim karena rendahnya hemoglobin dalam tubuh dan
kehilangan energi dalam waktu cepat tersebut nantinya juga bisa menyebabkan
berbagai gangguan aktivitas.

9. Sering Sakit Kepala dan Sesak Napas

Dampak anemia berkepanjangan juga bisa menyebabkan sakit kepala dan sesak
napas semakin sering terjadi yang disebabkan karena kurangnya darah mengandung
oksigen yang mengalir ke seluruh tubuh.Berbagai jaringan tubuh yang tidak
mendapatkan aliran darah mengandung oksigen cukup dalam waktu lama nantinya
juga membuat beberapa organ tersebut tidak bisa bekerja dengan efisien yang
akhirnya menimbulkan kerusakan pada organ yang sebenarnya bisa diatasi dengan
mudah seperti mengkonsumsi buah buahan penambah darah.

10. Insomnia

Insomnia yang menjadi salah satu dampak anemia berkepanjangan selanjutnya


adalah kondisi dimana seseorang akan merasa kesulitan untuk tidur atau tidak bisa
tidur nyenyak bahkan keduanya. Keadaan ini bisa berubah menjadi kronis saat
anemia tidak segera diatasi yang bahkan membuat penderita anemia tidak dapat tidur
sama sekali.
8
Insomnia yang biasanya juga diikuti dengan sindrom kaki gelisah ini umumnya
dialami oleh penderita anemia kekurangan zat besi sehingga pemberian suplemen zat
besi secara berkala sangat penting untuk diberikan untuk mengurangi gejala insomnia
dan juga sindrom kaki gelisah tersebut.

2.2 Kekurangan Energi Protein (KEP)


a. Pengertian

Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Depkes, 1999).Malnutrisi energi protein
adalah seseorang yang kekurangan gizi yang disebabkan oleh konsumsi energi protein
dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu.(Suparno, 2000).Kurang
Eneri Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan kesehatan dan
peyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks
berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO NCHS (Supariasa, 2004). Prevalensi
KEP masih tinggi pada balita usia mulai 6 bulan sampai 59 bulan. Setelah usia enam
bulan dengan bertambah umur maka balita Indonesia makin mendekati garis merah
baku rujukan WHO. Menurut UNICEF (1998) penyebab langsung tingginya KEP
pada balita adalah faktor makanan dan penyakit infeksi.

b. Besaran Masalah
KEP merupakan masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Berdasarkan data
Susenas tahun 1999 diketahui bahwa prevalensi gizi kurang yaitu sebesar 26,4%.
Sedangkan untuk tahun 2000 prevalensi gizi kurang yaitu sebesar 24.9% dan gizi
buruk yaitu sebesar 7,1%. Dari 5 juta anak Indonesia (27,5%) yang mengalami KEP
terdapat 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak (8,3%)
berstatus gizi buruk (Depkes,2004).
Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5%
(5 juta balita KEP) 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1.5 juta anak
gizi buruk (8,3%). Sedangkan pada tahun 2005 terjadi peningkatan prevalensi gizi

9
kurang dan gizi buruk yaitu menjadi 19,2% dan 8,8%. Angka prevalensi KEP pada
tahun 2002 sebesar 27,3% menjadi 27,5% dan 28% pada tahun 2005 (Depkes, 2006).
c. Faktor Masalah
Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan
berbagai gejala-gejala. Sedangkan penyebab tidak langsung KEP sangat banyak,
sehingga penyakit ini sering disebut juga dengan kausa multifaktorial.Salah satu
penyebabnya adalah keterkaitan dengan waktu pemberian Air Susu Ibu(ASI) dan
makanan tambahan setelah disapih (Khumaedi, 1989). Faktor penyebab yang dapat
menimbulkan kekurangan energiprotein menurut Nazirudin (1998) yaitu:
a. Sosial ekonomi yang rendah.
b. Sukar atau mahalnya makanan yang baik.
c. Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi.
d. Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare).
e. Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (missal:tidak makan
daging atau telur disaat luka).
Adapun energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang, padahal untuk
kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang didapat, dipengaruhi
oleh makanan yang diberikan sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga
cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Kekurangan energi protein dalam makanan yang dikonsumsi akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis, oleh
karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat
dan sebagai asam amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab
kurangnya pembentukan alkomin oleh heper, sehingga kemudian timbul edema
perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipo protein beta sehingga
transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi
akumuasi lemak dalam heper. (Ilmu kesehatan anak, 1998).
d. Gejala KEP
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai

10
marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB
bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe
kwasiorkor.
1. Kwashiorkor
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai :
• penyakit infeksi, umumnya akut
• anemia
• diare.
2. Marasmus
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai:
- penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
- diare kronik atau konstipasi/susah buang air
3. Marasmik-Kwashiorkor:

11
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS
disertai edema yang tidak mencolok.
e. Dampak KEP

Banyak dampak merugikan yang diakibatkan oleh KEP, antara lain yaitu
merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan
mental anak serta merupakan salah satu penyebab dariangka kematian yang tinggi
(Sihadi, 2000). Anak yang menderita KEP apabila tidak segera ditangani sangat
berisiko tinggi, dan dapat berakhir dengan kematian anak. Hal ini akan menyebabkan
meningkatnya kematian bayi yang merupakan salah satu indicator derajat
kesehatan(Latinulu,2000). Menurut Jalal (1998) dikatakan bahwa dampak serius dari
kekurangan gizi adalah timbulnya kecacatan, tingginya angka kecacatandan terjadinya
percepatan kematian.

Anak-anak balita yang menderita KEP ringan mempunyai risiko kematian dua
kali lebih tinggi dibandingkan anak normal. Hal ini didukung oleh Sihadi (1999) yang
menyatakan merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan,gangguan
perkembangan mental anak serta merupakan salah satu sebab dari angka kematian yang
tinggi pada anak-anak. Anak-anak dengan malnutrisi dini mempunyai peluang tinggi
untuk mengalami retardasi pertumbuhan fisik jangka panjang, perkembangan mental
yang sub optimal dan kematian dini bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal
(Karyadi, 1998).
Agar terhindar dari masalah KEP, ada beberapa pencegahan dan penanggulangan
kasus KEP :
1. Mengkonsumsi makanan minuman yang mengandung sumber karbohidratt dan
protein yang cukup sejak remaja sesui siklus daur kehidupan.
2. Prilaku hidup bersih dan sehat , cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
dan sebelum makan
3. Perbaikan akses air minum , bersih dan sanitasi lingkungan
4. Prioritaskan perbaikan pada ibu dan anak disertai pemberdayaan
5. Peningkatan akses informasi gizi yang baik dan sesuai.

12
2.3 Kekurangan Energi Kronis(KEK)
a. Besaran masalah

Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan karena
kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun.
Kondisi kurang energi kronis (KEK) biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu
wanita yang berusia 15-45 tahun. Seseorang yang mengalami KEK biasanya
memiliki status gizi kurang. Kekurangan energi kronis dapat diukur dengan
mengetahui lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh seseorang. Ibu yang
mempunyai lingkar lengan atas yang kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan ia
mengalami kekurangan gizi kronis.

KEK merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk yang
disebabkan kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi
makro. Kebutuhan wanita akan meningkat dari biasanya jika pertukaran dari hampir
semua bahan itu terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Peningkatan jumlah
konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan
menyebabkan malnutrisi.

b. Faktor Masalah

Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil ibu
sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi dari
ibu yang tidak dalam keadaan hamil.Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolism energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat
selama hamil. Menurut Sediaoetama (2000), penyebab dari KEK dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :

1) Penyebab Langsung

Peyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola konsumsi dan infeksi.

13
2) Penyebab Tidak Langsung
a. Hambatan utilitas zat-zat gizi
Hambatan utilitas zat-zat gizi ialah hambatan penggunaan zat-zat gizi karena
susunan asam amino didalam tubuh tidak seimbang yang dapat menyababkan
penurunan nafsu makan dan penurunan konsumsi makan.
b. Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing.

c. Ekonomi yang kurang.

d. Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang.

e. Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan.

f. Kondisi hygiene yang kurang baik.

g. Jumlah anak yang terlalu banyak

Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan
kunjungan ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu
dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk
menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat
membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya

c. Gejala KEK
Gejala kekurangan energi kronis beragam, antara lain:

 Rasa lelah yang berkepanjangan


 Konsentrasi dan daya ingat menurun
 Pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau ketiak
 Nyeri otot atau persendian tanpa sebab yang jelas
 Sering sakit kepala atau sakit tenggorokan

Jika masih ringan, gejalanya mungkin tidak terlalu jelas. Namun, pada kondisi
yang berat, penderita kekurangan energi kronis akan sulit untuk menjalani aktivitas
sederhana dan terkadang perlu menggunakan kursi roda karena tidak ada tenaga

14
untuk berjalan. Mereka juga menjadi lebih sensitif terhadap cahaya atau suara, dan
merasa sangat lelah setelah keluar dari rumah, meskipun hanya sebentar

d. Dampak KEK

Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdampak terhadap ibu dan calon bayi yang
dikandungnya. Dampak tersebut antara lain kesakitan pada trimester 3 kehamilan,
perdarahan, BBLR, kematian ibu dan bayi. Selain itu KEK pada ibu hamil juga
dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan,
berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat. KEK ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia
intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan,
dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil
sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik,
misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil
kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko
melahirkan BBLR.

2.4 Kekurangan Vitamin A (KVA)

a. Pengertian
Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
asupan vitamin A yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan rabun senja, xeroftalmia
dan jika kekurangan berlangsung parah dan berkepanjangan akan mengakibatkan
keratomalasia (Tadesse, Lisanu, 2005).
Sedangkan menurut Arisman tahun 2002, Kurang Vitamin A (KVA) merupakan
penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan metaplasi
keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna. Penyakit Kurang

15
Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan penyebab gangguan gizi yang sangat
penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Sampai akhir
tahun 1960-an KVA merupakan penyebab utama kebutaan pada anak.
b. Besaran Masalah

Kekurangan Vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya


sekitar satu juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat
(Xeropthalmia) ¼ diantaranya menjadi buta dan 60 % dari yang buta ini akan meninggal
dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan anak berada dalam resiko
bisa mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini.Terdapat
perbedaan angka kematian sebesar 30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan
vitamin A dengan sebayanya yang tidak mengalami kekurangan vitamin A. (UNICEF,1991 dalam
myrnawati). Salah satu penyebab terjadinya masalah gizi khususnya KVA adalah karena
kurangnya pengetahuan ibu mengenai pola konsumsi vitamin A maupun suplemen
vitamin A bagi balita serta manfaatnya. Ibu-ibu memperoleh kapsul vitamin A untuk balitanya
kurang dari 50%. (Purjanto,1994). Estimasi yang dibuat oleh WHO adalah lebih dari 250 juta
anak mengalami kekuranganpenyimpanan vitamin A (Sommer, 1996).Prevalensi KVA
yang tertinggi ditemukan padaanak prasekolah, ibu hamil dan menyusui.Namun tingkat
KVA subklinik juga terlihat banyak pada anak sekolah dan dewasa di beberapa
lokasi.Data yang selalu tersedia di setiap negara hanyalah prevalensi dari anak
prasekolah yang berarti prevalensi pada kelompok umurlainnya tidak tersedia.(Bloem,
dkk, 1998).
Pada anak-anak, kekurangan vitamin A berakibat lebih parah dibandingkan
dewasa.Pertumbuhan badan terganggu dan kekebalan terhadap penyakit infeksi
berkurang.Seringditemukan hubungan peningkatan defisiensi vitamin A terjadi seiring
peningkatan angkakesakitan khususnya pada penyakit infeksi. Konsumsi vitamin A dan
provitamin A yang rendah (di bawah kecukupan konsumsi vitamin A yang dianjurkan),
berlangsung dalam waktu lama, akan mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal
dengan Kekurangan Vitamin A(KVA).Pada dewasa normal, simpanan vitamin A dalam
hati bisa memenuhi kebutuhan selama ±24 bulan. Pada anak-anak yang mengalami
tumbuh kembang, jika konsumsi makanan yangmengandung vitamin A tidak memenuhi

16
angka kecukupan gizi yang dianjurkan, makaxeropthalmia kelihatan dalam beberapa
minggu.Sebuah gejala awal kekurangan vitamin A adalah buta senja.
c. Faktor-faktor
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang, antara lain :
1. Pola makan atau asupan gizi yang kurang dan pola hidup masyarakat.
2. Faktor sosial budaya, Yang dimaksud disini adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga, banyak balita
yang diberi makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi. Masalah
lainnya juga berupa pantangan untuk menggunakan makanan tertentu yang mungkin
memiliki nilai gizi tinggi namun, tidak dikonsumsi karena sudah merupakan tradisi
yang turun-temurun sehingga, dapat mempengaruhi terjadinya gizi kurang.
3. Faktor Pendidikan, Kurang adanya pengetahuan tentang pentingnya gizi dikalangan
masyarakat yang pendidikannya relatif rendah seperti, pengetahuan orang tua tentang
pentingnya asupan makanan yang cukup nutrisi.
4. Faktor ekonomi dan kepadatan penduduk, Kemiskinan keluarga dan penghasilan yang
rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi
anak tidak terpenuhi. Rendahnya pendapatan masyarakat dan laju pertambahan
penduduk yang tidakdiimbangidenganbertambahnyaketersediaan bahan pangan akan
menyebabkan krisis pangan. Ini pun bisa menjadi penyebab terjadinya gizi kurang.
5. Faktor infeksi dan penyakit lain, Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan
gizi yang berpengaruh pada tubuh. Faktor penyakit lain juga berpengaruh seperti,
TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
6. Sanitasi Lingkungan, Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik dan sehat dapat
memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan
infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan,
penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat
gizi.
7. Pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan
makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya
berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan,

17
pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh
lainnya.
8. Bencana alam, perang, kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan
rakyat. Banjir, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi dan bencana alam lain
akan menghambat pemenuhan gizi di Indonesia. Bencana alam berpotensi
menghalang proses distribusi bahan makanan sehingga bahan pangan yang ada tidak
terdistribusi dengan baik.
9. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai., Berbagai kesulitan air bersih
dan akses sarana pelayanan kesehatan menyebabkan kurangnya jaminan bagi
keluarga. Pokok masalah gizi di masyarakat yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga
dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai
faktor langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya
berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti posyandu, pos kesehatan,dll.
d. Gejala

Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah
berlangsung lama. gejala tersebut akan lebih cepat muncul jika menderita penyaki
campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.Gejala klinis KVA pada mata menurut
klasifikasi WHO sebagai berikut :
1. Buta senja = XN. Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina. Pada
keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang
setelah lama berada di cahaya yang terang. Penglihatan menurun pada senja hari,
dimana penderita tidak dapat melihat lingkungan yang kurang cahaya.
2. Xerosis konjunctiva = XI A. Selaput lendir mata tampak kurang mengkilat atau
terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan
kusam.
3. Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B. Gejala XI B adalah tanda-tanda XI A
ditambah dengan bercak bitot, yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju
terutama celah mata sisi luar. Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel
epitel yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai
sebagai penentuan prevalensi kurang vitamin A pada masyarakat. Dalam keadaan

18
berat tanda-tanda pada XI B adalah, tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan
konjunctiva, konjunctiva tampak menebal, berlipat dan berkerut.
4. Xerosis kornea = X2. Kekeringan pada konjunctiva berlanjut sampai kornea, kornea
tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.
5. Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B. Kornea melunak seperti bubur dan
dapat terjadi ulkus. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea.Keratomalasia dan
tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola mata dan
membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang
cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus
melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.
6. Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea. Kornea tampak menjadi putih atau
bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan
bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak
dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
7. Xeroftalmia Fundus (XF). Tampak seperti cendolXN, XI A, XI B, X2 biasanya dapat
sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan
keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa
menjadi keratomalasia. X3A dan X3 B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan
meninggalkan cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi pada
kornea cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea.Prinsip dasar untuk mencegah
xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta
mencegah penyakit infeksi. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum
(Wardani, 2012).
e. Dampak
Beberapa dampak KVA, yaitu:
1. Xeroftalmia dan Keratomalasia
Xeroftalmia berasal dari kata yunani xeros yang berarti kekeringan, dan olftalmia
yang berarti mata). Meliputi buta senja, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis
kornea, ulserasi atau nekrosis/ keratomalasia.
1. Buta senja (niktalopia)

19
Yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke
cahaya samar samar/senja, seperti bila memasuki kamar gelap dari kamar terang.
Kekurangan vitamin A menyebabkan kadar vitamin A dalam darah menurun yang
berakibat vitamin A tidak cukup diperoleh retina mata untuk membentuk pigmen
penglihatan rodopsin.
2. Xerosis konjungtiva dengan bercak bitot
Pada defisiensi kronis, xerosis konjungtiva tampak sebagai permukaan yang
bergranulasi, kering, tidak dapat dibasahi atau kasar, dan paling mudah dilihat pada
penyinaran dari samping dengan senter. Pada permukaan mata, lapisan film air mata
terpecah sehingga terlihat permukaan yang xerotic. Lesi tersebut menggambarkan
transformasi dari sel epitel kolumner permukaan yang normal dengan sel sel goblet
yang mensekresikan mukus secara berlimpah menjadi sel epitel skuamosa berlapis
yang kurang mengandung sel sel gobler.
3. Xerosis, ulserasi, dan nekrosis pada kornea
Xerosis kornea yang tidak diobati dapat menyebabkan kebutaan.

4. Gangguan pertumbuhan
Kekurangan vitamin A, menghambat pertumbuhan sel sel, termasuk sel sel
tulang. Fungsi sel sel yang membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi
sel sel yang membentuk dentin, sehingga gigi mudah rusak.
5. Perubahan pada kulit
Kulit menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, mengeras, dan
mengalami keratinasi yang dinamakan hiperkeratosis folikular. Mula mula terkena
lengan dan paha, kemudian dapat menyebar ke seluruh tubuh. Asam retinoat sering
diusapkan ke kulit untuk menghilangkan kerutan kulit, jerawat, dan kelainan kulit
lain.
6. Infeksi
Fungsi kekebalan penurun pada kekurangan vitamin A, sehingga mudah terkena
infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru paru mengalami
keratinsi, tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme
atau bakteri atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Bila terjadi

20
pada permukaan usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan saluran
kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantung kemih,
serta vagina. Kekurangan vitamin A pada anak anak dapat menyebabkan
komplikasi pada campak yang dapat menyebabkan kematian.

2.5 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

a. Pengertian Gaki
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium atau GAKY merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang serius mengningat dampaknya mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu
perkembangan kecerdasan, perkembangan sosial dan perkembangan ekonomi. (Depkes
RI, 2004).GAKY adalah rangkaian efek yang dapat ditimbulkan karena tubuh mengalami
kekurangan iodium secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama. Kekurangan
iodium terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan di mana tanah, air serta
tanaman/tumbuhan yang tumbuh di atasnya miskin atau tidak mengandung unsur iodium
yang akibatnya penduduk yang bertempat tinggal di daerah tersebut akan berisiko
mengalami kekurangan iodium.

b. Besaran Masalah
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan
yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Data WHO tahun 2005,
tercatat ada 130 negara di dunia mengalami masalah GAKI, sebanyak 48 % tinggal di
Afrika dan 41 % di Asia Tenggara dan sisanya di Eropa dan Fasifik Barat.1 Banyak
negara di dunia yang berhasil dalam penanggulangan GAKI, seperti Amerika Serikat,
Negara-negara di Eropa Timur, Republik Rakyat China dan lain-lain, akan tetapi banyak
pula Negara yang kurang berhasil, pada umumnya di Asia dan Afrika salah satu
diantaranya adalah Indonesia.
Survei Nasional Pemetaan GAKI di seluruh Indonesia pada tahun 1998 ditemukan 33 %
Kecamatan di Indonesia masuk kategori endemik, 21 % endemik ringan, 5 % endemik
sedang dan 7 % endemik berat. Prevalensi GAKI pada anak sekolah dasar nasional pada
tahun 1990 sebesar 27,7 % terjadi penurunan menjadi 9,3 % pada tahun 1998. Namun

21
pada tahun 2003 kembali meningkat menjadi 11,1 %.1 Pada tahun 1998, Kepulauan
Maluku dan Nusa Tenggara Timur tercatat sebagai daerah yang dikategorikan sebagai
daerah gondok endemic berat, yaitu angka prevalensi Total Goiter Rate (TGR) lebih dari
30%, disusul oleh propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Sulawesi Tenggara yang
merupakan daerah gondok dengan endemik sedang (TGR 20%-29,9%). Di Sumatera
Barat ditemukan prevalensi pembesaran kelenjar gondok anak sekolah yang masih tinggi
yaitu berkisar dari 12%-44,1% dan ditemukan TGR juga tinggi di daerah pantai.3
Propinsi dengan TGR yang terendah tahun1996/1998 adalah Riau yaitu 1,1% sedangkan
tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0,7%.4 Propinsi Sumatera Barat termasuk daerah
endemik berat, bahkan tergolong sangatberat pada tahun 1980/1982 dengan TGR 74,7%
dan pada tahun 1987 masih tergolong tinggi walaupun telah terjadi penurunan yang
sangat mengesankan yaitu dengan TGR 33,7%. Namun dengan adanya berbagai upaya
yang dilaksanakan oleh pemerintah tiap tahunnya, maka berdasarkan hasil pemetaan
GAKI tahun 1998, TGR Propinsi Sumatera Barat turun menjadi 20,5% (endemik
sedang).

c. Faktor-Faktor
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :
1. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium
pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran
kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian,
Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986
dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % .
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus
menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi

22
dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin
dan proses coupling .
2. Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan
letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di
daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia
gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan
pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari
daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya
merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka
waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau
daerah endemik iodium.
3. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan
pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari
hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang
dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena
zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang
telah masuk ke dalam tubuh. Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat
pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam
kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan
iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon
tiroksin terhambat Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan
seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun
ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok
Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan
cuka).
4. Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan
hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun

23
T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan
bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas,
dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid
akhirnya menurun.
d. Gejala
Kekurangan asupan yodium menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid di
dalam tubuh hingga menyebabkan penyakit hipotiroid dan penyakit gondok. Hormon
tiroid berperan besar dalam mengatur berbagai fungsi anggota tubuh. Jika seseorang
menderita kekurangan hormon tiroid, maka akan terjadi gejala di bawah ini:
1. Benjolan di leher.
2. Rambut rontok.
3. Peningkatan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
4. Tubuh terasa lelah dan lemah.
5. Merasa kedinginan.
6. Kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
7. Gangguan menstruasi.
8. Gangguan irama jantung.
9. Penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir.

e. Dampak
Kekurangan yodium merupakan penyebab utama mulai dari penumpulan intelektual,
kretin (gangguan mental, bisu, tuli, cebol). Dampak dari GAKI dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Spektrum Masalah GAKI

Kelompok Rentan Dampak


Ibu Hamil Keguguran
Janin Lahir mati, meningkatkan kematian
janin, kematian bayi, kretin
(keterbelakangan mental, tuli, mata
juling, lumpuh spatis), cebol,

24
kelainan fungsi psikomotor
Neonatus Gondok dan Hipotiroid
Anak dan Remaja Gondok, Gangguan pertumbuhan
fisik dan mental, Hipotiroid juvenile
Dewasa Gondok, Hipotiroid

Selain dalam bentuk tabel diatas , dibawah ini ada penjelasan masing-masing
dampak atau gangguan dari kekurangan yodium pada janin, padda saat bayi baru lahir, pada
masa anak-anak,serta pada orang dewasa.
1. Dampak pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium hal ini akan
menyebabkan besarnya angka kejadian bayi lahir tidak selamat abortus, dan cacat
bawaan, yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang
lebih berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemik.
Kretin endemik ada dua tipe, namun yang sering didapatkan dan jumlah
penderitanya paling tinggi adalah tipe nervosa yang ditandai dengan retardasi mental,
bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang agak jarang
terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid yang
sering menimbulkan tubuh menjadi kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal
kehamilan sangat penting untuk perkembangan otak janin apabila ibu kekurangan
yodium sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum
kelenjar tiroid janin berfungsi.
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada
trimester pertama kehamilan, apabila ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada
rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga
kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan
yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon
tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.
2. Dampak pada saat Bayi Baru Lahir

25
Sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir
berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru
lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai
usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan
yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak normal.
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus
ini dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera
setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme
neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50%
penduduk mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian
hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada
daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada
kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka
hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi
perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi
di daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat
mencolok.
3. Dampak pada masa Anak-anak
Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium
menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang
sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan
kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian
yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan
yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas.
Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium
akan memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3
kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya
terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada

26
tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi
normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh
dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu
ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan
yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa
perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali
normal.
4. Dampak pada Dewasa
Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang
sering terjadi adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya
benjolan/modul pada kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut,
peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kekurangan yodium
meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi.

2.6 OBESITAS

a. Pengertian

Obesitas adalah suatu kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam
jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu kesehatan.Dr. Stephan von haengling
dari imperial college school of medicent, London, melihat bahwa obesitas saat ini telah
menjadi ancaman kesehatan di seluruh dunia.Obesitas adalah kondisi kronis seseorang yang
mengalami masalah berat badan akibat kelebihan jumlah lemak tubuh dan dapat
menyebabkan beragam gangguan kesehatan. Overweight dan obesitas adalah suatu kondisi
kronik yang sangat erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit
degenerative (Hasdianah , dkk, 2014). Salah satu faktor yang menyebabkan obesitas adalah
pola makan.Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan
ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Sulistyoningsih & Hariyani, 2011).

27
Berbeda dengan overweight (kelebihan berat badan dari berat badan ideal yang
biasanya disebabkan oleh timbunan jaringan lemak maupun non lemak yang ada di dalam
tubuh), obesitas dapat dikatakan sebagai tingkatan yang lebih parah kondisinya karena tidak
lagi membuat seseorang kurang sedap dipandang namun yang jauh lebih signifikan: obesitas
dapat mencederai kualitas kesehatan dan merupakan awal dari hampir seluruh penyakit
degeneratif dan kronis.

b. Besaran Masalah

Berdasarkan hasil riset obesitas sentral, keadaan obesitas pada tahun 2018 mencapai
angka 31% pada rentan usia lebih besar atau sama dengan 15 tahun, dan dari hasil riset
proporsi obesitas 2018 pada dewasa kelompok umur lebih dari 18 tahun mencapai angka
21,8%. Kejadian ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan, pada tahun 2013 besar
kejadian obesitas berada pada angka 26,6% pada kelompok umur lebih besar atau sama
dengan 15 tahun, sedangkan pada kelompok umur lebih dari 18 tahun sebesar 14,8%.
Dimana dapat kita lihat bahwa saat ini kejadian obesitas sudah bertambah kurang lebih 4,4%.

c. Faktor-Faktor Penyebab Obesitas

Obesitas terjadi karena banyak faktor .faktor utama adalah ketidakseimbangan


asupan dan keluaran energy. Asupan energy tinggi, bila konsumsi makanan berlebih,
sedangkan keluarkan energy jadi rendah bila metabolism tubuh dan aktivitas fisik rendah.
Ada dua faktor, yaitu masukan energy dan kekurangan energy yang dianggap sebagai faktor
langsung, sedangkan keturunan sebagai penyebab tidak langsung. Penimbunan lemak
tersebut terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah energy yang dikonsumsi
dengan yang digunakan.Obesitas sudah dapat terjadi sejak bayi. Bila kedua orang tua
mengalami obesitas, sekitar 80% anak-anak mereka akan menjadi obesitas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :

1. Faktor genetik
Anggota keluarga tidak hanya saling berbagi gen, tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup. Apabila kebiasaan gaya hidup yang diturunkan orang tua kepada
anaknya seperti kebiasaan mengkonsumsi junk food yang berlebih dapat memicu

28
terjadinya obesitas. Berdasarkan hasil penelitian terbaru menunjukan bahwa rata-rata
faktor genetic memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

2. Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini
termasuk prilaku/pola gaya hidup. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh aktivitas dan
pola makan orangtua anak, misalnya pola makan bapak dan ibunya tidak teratur akan
menurun kepada anak, karena di lingkungan tersebut tidak menyediakan makanan yang
tinggi energy, bahkan aktivitas dalam keluarga juga tidak mendukung.

3. Faktor psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan ini
merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang mengalami obesitas,
dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa
tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yaitu makan
dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari. Kedua pola makan ini
biasanya dipicu oleh stress dan rasa kecewa.

4. Faktor kesehatan
Selain faktor diatas kesehatan juga merupakan salah satu pemicu terjadinya
obesitas, berikut merupakan beberapa penyakit yang bisa menyebabkan obesitas ;
hipotiroidisme, sindroma cushing, sindroma prader-will, beberapa kelainan saraf yang
dapat seseorang banyak makan, dan obat-obatan (contohnya steroid dan beberapa
antidepresi) dapat menyebabkan penambahan berat badan.

5. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran dan jumlah sel-sel lemak menyebabkan penambahan jumlah
lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk

29
pada usia kanak-kanak memiliki sel lemak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang berat badannya normal.

d. Gejala Obesitas

Umumnya obesitas tahap awal tidak memiliki gejala yang berdampak pada
tubuh.Pengidap tidak menyadari bahwa berat badannya terus meningkat serta pakaian
lama menjadi kekecilan. Pengidap umumnya baru akan menyadari gejala tersebut setelah
kerabat atau lingkungan sekitar ,mengingatkan dan memberi tahu. Diagnosis obesitas
terjadi ketika indeks massa tubuh (BMI) adalah 30 atau lebih tinggi. Selain BMI ada
beberapa gejala lainnya seseorang mengalami obesitas, yaitu :

1. Sesak napas
Orang obesitas akan merasa sulit bergerak. Lemak di sekitar leher dan dada bisa
menyebabkan napas pendek. Oleh karena itu, orang gemuk akan sulit untuk bernapas
karena lemak ekstra membuat udara sulit mengalir keluar masuk paru-paru.
2. Mulas
Kelebihan berat badan bisa berkontribusi terhadap gejala sakit maag seperti, mulas,
perut panas, atau nyeri di antara tulang dada dan daerah tenggorokan. Kelebihan
lemak bisa menimbulkan tekanan pada system pencernaan dan menyebabkan isi perut
terdorong kea rah kerongkongan. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori juga
berkontribusi terhadap refluks asam pada penderita obesitas.
3. Masalah kulit
Obesitas bisa menyebabkan masalahkulit karena beberapa faktor.peregangan kulit
dapatr menimbulkan stretch mark. Kelembaban dalam lipatan tubuh bisa mendorong
pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan ruam kulit serta berbagai
infeksi.
4. Menstruasi tidak teratur
Salah satu penyebab siklus menstruasi yang tidak teratur adalah perubahan signifikan
pada berat badan. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan resiko jarang atau tidak
datang bulan sama sekali serta tidak ada masa ovulasi atau justru periode menstruasi

30
yang panjang. Hal ini disebabkan lemak ekstra yang mengganggu keseimbangan
hormone dalam tubuh.
5. Sakit lutut
Pada orang obesitas, berat badan memberi tekanan ekstra hingga membuat lutut dan
pergelangan kakibekerja lebih keras

e. Dampak
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius di era
milenial ini. Apabila masalah ini tidak ditangani secara serius maka dapat memicu
berbagai komplikasi dan resiko terhadap peningkatan angka kematian, resiko penyakit
jantung, disabilitas,peningkatan angka kesakitan, resiko kanker,demensia, resiko terkena
GERD(refluks esophagus), batu saluran empedu, penyakit hati,penyakit ginjal kronik,
batu ginjal, infertilitas pada laki-laki, nyeri pinggang belakang, fraktur dan oesteoartritis.

31
BAB III
KESIMPULAN & SARAN

3.1 KESIMPULAN

Masalah I P O O total
Anemia ***** * * * 8
KEP *** *** *** **** 13
KEK * ***** **** *** 13
KVA ****** ****** ***** ****** 23
GAKI **** ** ****** ***** 17
Obesitas ** **** ** ** 10

Dilihat dari persentase besaran masalah yang terdapat pada table diatas dapat disimpulkan
bahwa urutan masalah yang terbesar sampai yang terkecil dapat dilihat sebagai berikut :

1. KVA
2. GAKI
3. KEP
4. KEK
5. Obesitas
6. Anemia
Besaran masalah pada penderita KVA merupakan peringkat pertama dari 6 gangguan gizi
tersebut, dapat dilihat dari persentase besaran masalah yng paling besar, factor yang
berhubungan dengan KVA juga sangat banyak, gejala yang terjadi pda penderita KVA yang
sering diabaikan karna keterbatasan pengetahuan mengenai KVA dan dampak yang terjadi juga
terlihat sangat tinggi ketika penderita KVA tidak mendapat perlakuan yang baik sesuai
kebutuhan. Kemudian disusul GAKI, gangguan akibat kekurangan iodium merupakan peraih
urutan ke 2 dalam gangguan gizi yang terdapat pada tabel diatas karna dilihat dari besaran
masalah, factor yang berhubungan dengan masalah GAKI, gejala dan dampak yang juga sangat
serius ketika tidak diubah secepat mungkin, ke 3 ada KEP yang dapat dilihat dari besaran

32
masalah, factor yang berhubungan dengan KEP, serta gejala yang sangat parah serta akibat yang
sangat parah ketika permasalahan ini dibiarkan, urutan ke 4 KEK, dapat dilihat pada table
besaran masalah pada KEK tidak terlalu tinggi, tetapi faktor yang berhubungan dengan KEK,
gejala dan dampak yang terjadi ketika KEK sangatlah besar ketika tidak dapat perlakuan dengan
baik, kemudian anemia yang merupakan besaran masalah ke empat dapat dilihat dari persentase
besaran masalah, faktor, gejala dan dampak anemia yang tinggi, selanjutnya di urutan ke 5 ada
obesitas, dapat dilihat pada table besaran masalah pada obesitas tidak terlalu tinggi, tetapi faktor
yang berhubungan dengan obesitas, gejala dan dampak yang terjadi ketika obesitas sangatlah
besar ketika tidak dapat perlakuan dengan baik, kemudian yang terakhir ada KEK, masalah ini
relative rendah karna belum adanya besaran kasus yang terlalu tinggi, faktor, gejala dan dampak
juga harus diperhatikan agar tidak menjadi masalah yang lebih serius

Semua masalah gizi diatas dapat diubah perlahan, ketikasetiap orang disuplay untuk
diberikan pelajaran mengenai arti penting masalah gizi dan yang paling penting mereka mau
mengubah kebiasaan buruk guna memperbaiki masalah gizi yang ada, maka setiap orang yang
menderita gangguan gizi maupun yang belum menderita agar mendapat perlakuan yang sesuai
dengan kebutuhan masing masing

3.2 SARAN

Sebaiknya, untuk mengurangi tingginya masalah-masalah gizi kurang di atas, pemerintah


mengadakan program yang lebih efektif dan berkesinambungan seperti, meningkatkan upaya
kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program gizi
berbasis masyarakat, dan memperbaiki sektor lain yang terkait erat dengan gizi (air, sanitasi,
perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender), sehingga sedikit demi sedikit angka-
angka akibat masalah gizi di atas dapat dikurangi.
Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai gizi kurang dan akibat
terparahnya yaitu gizi buruk serta, tindak lanjut terhadap faktor-faktor penyebabnya. Sehingga,
disini dibutuhkan peran penting dukungan sosial. Dukungan sosial dibutuhkan karena masalah
gizi kurang disebabkan oleh banyak factor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Agar upaya
pembinaan suasana dalam upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk berhasil dengan
baik maka kemitraan dan advokasi kesehatan juga perlu dilakukan, sehingga pemberdayaan
masyarakat dalam upaya perbaikan gizi juga dapat berjalan dengan baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Meryyana dan Bambang Wijatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Hasdianah.2014.Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas. Nuha Medika.Yogyakarta.
https://googleweblight.com/i?u=https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-2348609/10-
tanda-seorang-mengalami-obesitas&hl=id-ID
https://googleweblight.com/i?u=https://m.liputan6.com/health/read/3089829/bahaya-obesitas-
jika-tak-ditangani-serius&hl=id-ID
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/76-150-1-SM.pdf
https://id.scribd.com/doc/153842973/Makalah-Kesehatan-
GAKIhttps://www.alodokter.com/kekurangan-
yodiumhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56453/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/FITRIANA%20DYAH%20PRIMADANI%20BA
B%20II.pdf
https://www.alodokter.com/menghindari-kekurangan-energi-kronis-di-tempat-kerja
https://www.academia.edu/34470816/MASALAH_GIZI_DI_INDONESIA_LAPORAN_ILMU_
GIZI_DASAR
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126104-S-5830-Kejadian%20KEP-Pendahuluan.pdf
http://eprints.ums.ac.id/16765/2/BAB_I.pdf
http://blogshyfa.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
http://blogshyfa.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
https://epidemilogi.blogspot.com/2015/11/epidemiologi-kva-kekurangan-vitamin-a.html?m=1
http://artikelkesmas.blogspot.com/2014/09/makalah-kekurangan-vitamin-kva.html?m=1

34

Anda mungkin juga menyukai