Preskas RSPISS TB HIV
Preskas RSPISS TB HIV
TB-HIV
Diajeng A, Dian A, Eugene Satryo, Frisky M, Jasmine W,
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Pembiayaan : BPJS
Keluhan Utama
- nyeri dada kiri tiba-tiba, hilang-timbul tanpa pencetus, tidak diperberat nafas atau batuk, tidak membaik dengan
berubah posisi
- Nyeri dikatakan tajam seperti tertusuk-tusuk, dan tidak menjalar ke daerah lain seperti punggung atau lengan
- Nyeri awal dinilai VAS 5 dari 10, namun semakin memburuk hingga VAS 7 dari 10 saat HMRS sehingga pasien
dibawa ke IGD RSPISS
- Keluhan disertai nyeri tumpul pada perut bagian kiri atas sejak 1 minggu SMRS, dan batuk berdahak sejak 7 bulan
yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
5 bulan SMRS
● Berobat ke Poli Paru RSPISS dengan keluhan batuk berdahak sejak 3 bulan sebelumnya
● Dahak warna hijau, dikatakan banyak, mudah keluar, berbusa, tidak tercampur darah
● D disertai keringat malam, penurunan berat badan sebanyak 4 kg dalam 2 bulan serta penurunan nafsu makan, lemas
tidak bertenaga, dan demam yang hilang timbul tanpa pemberian obat, suhu tidak diukur
● Pasien dikatakan sakit TB atas dasar gejala dan foto toraks lalu diberikan obat OAT warna merah, Periksa dahak
dilakukan namun hasil negatif
●
Riwayat Penyakit Sekaranh
● Setelah mulai pengobatan, pasien mengatakan keluhan membaik, dan mulai ada BAK warna merah
● Pasien menyangkal keluhan nyeri sendi, baal atau nyeri pada ujung jari dan kaki, gangguan penglihatan, mual
muntah. Setelah minum obat hari ke-15, pasien mulai mengeluhkan gatal-gatal dan ruam merah pada seluruh badan.
Pasien dikatakan alergi obat, OAT dihentikan, gatal membaik meskipun masih dirasakan, lalu dilakukan challenge
obat secara rawat jalan, saat itu dikatakan alergi Rifampicin (saat mulai Rifampicin, keluhan ruam merah gatal
kembali). Pasien sempat tidak kembali berobat selama 5 bulan terakhir karena masalah BPJS yang tidak dibayar,
keluhan gatal dikatakan membaik perlahan dengan beli obat sendiri yaitu Cetirizine dan bedak, ruam merah
perlahan menjadi bercak-bercak coklat gelap. Sejak henti obat, keluhan batuk, keringat malam, penurunan berat
badan dan lemas mulai dirasakan lagi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien lahir normal, dengan imunisasi yang lengkap serta ASI eksklusif
Tidak ada riwayat sakit jantung, ginjal, atau kuning/hati. Pasien tidak ada riwayat rawat inap atau operasi.
Pasien tidak ada riwayat DM, Hipertensi, dan konsumsi obat harian/rutin. Pasien tidak ada riwayat asma atau
alergi obat dan makanan. Pasien tidak ada riwayat kulit mudah gatal dan merah, dan hidung meler.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat keluhan serupa, riwayat penyakit TB, keganasan, asma alergi pada keluarga.
● Keluhan lain
○ Demam
■ Dirasakan ketika pasien sesak, tidak diukur
○ Batuk
■ Sejak 1 bulan, berdahak putih tidak banyak. Tidak ada batuk darah.
● Kesan
○ Infeksi → pneumonia, TB
○ Keluhan akut, tidak ada penurunan berat badan, tidak ada riwayat TB
sebelumnya
○ TB sebagai diagnosis banding → batuk lama (1 bulan)
Pemeriksaan Fisis (3 Februari 2020)
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Saturasi O2 98%
Suhu 36.50C
Kepala/rambut Normosefal, tidak ada benjolan/masa, rambut tidak mudah dicabut, hitam
Mata Konjunctiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya langsung +/+, tidak langsung +/+
Hidung Tidak ada deformitas, deviasi septum, nyeri tekan sinus maupun napas cuping hidung
Mulut Mukosa mulut basah, tidak tampak lesi pada mukosa, oral thrush -, faring tidak hiperemis, arkus faring
simetris, tonsil T1/T1
Telinga Normotia, liang telinga lapang, membrane timpani intak, tidak ada nyeri tekan mastoid
Leher KGB tidak teraba membesar, tidak ada deviasi trakea, tidak ada penggunaan otot bantu napas
Dada Sagital:anteroposterior = 2:1, tidak tampak kelainan (tanda inflamasi, venektasi, spider naevi). Tidak
ada pectus carinatum maupun excavatum, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada bantuan otot
pernapasan
Palpasi Nyeri tekan (-), Massa (-), emfisema subkutis (-), ekspansi dada simetris, fremitus sama
kuat
Auskultasi Vesikuler pada kedua lapang paru, ronkhi +/-, wheezing -/-
Status Generalis (3 Februari 2020)
Jantung Inspeksi Iktus kordis terlihat pada ICS 5 midklavikula kiri
Palpasi Iktus kordis teraba pada ICS 5 midklavikula kiri, thrilling(-), heaving(-), lifting(-)
Perkusi Batas jantung kanan di linea sternalis kanan ICS 4, batas jantung kiri di sela
iga 5 linea midklavikula kiri,, pinggang jantung di parasternalis kiri sela iga 3
Abdomen Inspeksi Warna kulit normal, tidak tampak tanda-tanda inflamasi, tidak ada spider
naevi
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ballotement
negatif kanan dan kiri
● Status generalis
○ Konjungtiva pucat
○ Tidak ada penurunan kesadaran
○ Demam, takipnea, nyeri dada, peningkatan frekuensi napas, pembesaran
KGB tidak ditemukan → perawatan hari ke 7
● Status lokalis paru
○ Tidak ada otot bantu napas
○ Auskultasi → ronki pada lapang paru kanan
● Kesan
○ Sesuai dengan diagnosis kerja pneumonia
○ Anemia bisa dipikirkan karena malnutrisi
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (27/1/2020)
Darah Rutin
MCHC/KHER L 28 g/dL 32.0 – 36.0 Bleeker JS, Hogan WJ. Throbocytosis: diagnostic evaluation, thrombotic risk
stratification, and risk-based management strategies. Thrombosis. 2011; 2011:
536062
Pemeriksaan Laboratorium (27/1/2020)
Hitung Jenis
● Monositosis
○ Infeksi kronik
Basofil 1 % 0–1
Dutta P, Nahrendorf M. Regulation and consequences of monocytosis. Immunol Rev. 2014; 262(1): 167-78
Bridgen ML. Clinical utility of the erythrocyte sedimentation rate. Am Fam Physician. 1999;60(5): 1443-50
Pemeriksaan Laboratorium (27/1/2020)
KIMIA KLINIK
● Tidak ada kerusakan organ
SGOT (AST) 18 U/L 5 – 34
● Hipoalbuminemia → malnutrisi
SGPT (ALT) 9 U/L 0 – 55
ELEKTROLIT
Akibat:
Untuk diagnosis kerja lainnya, kami memikirkan untuk mengkonsultasikan pasien ini → spesialis gizi, spesialis penyakit dalam
hepatologi guna tatalaksana dalam bidang tersebut.
Pembahasan Tatalaksana - Pengobatan
Tatalaksana OAT
● Alergi derajat
ringan-sedang >
desensitasi
● Alergi berat = tidak
dianjurkan pemberian
kotrimoksazol
Tatalaksana pengobatan
● Riwayat toksoplasmosis:
○ Pengobatan: pirimetamin 100mg, diikuti
dengan 50 mg per hari dan klindamisin
4x600mg, diterapi selama 6 minggu
○ asam folinat 15 mg tiap 2 hari untuk
menghindari efek samping hematologik
○ Lanjutan
■ pirimetamin 25 mg/hari ditambah
klindamisin 600 mg untuk mencegah
relapse
■ dipertahankan hingga CD4+ sudah
diatas 200 sel per mikroliter
■ CD4+ pasien <200 sel/mikroliter
○
Tatalaksana Malnutrisi
● Inhalasi
○ Organisme airborne
● Aspirasi
○ Terjadi pada 50% individu sehat saat tidur
○ Bergantung pada faktor virulensi organisme: adhesins/pili
● Perkontinuatum/inokulasi langsung
● Penyebaran hematogen
● Kolonisasi kronik di mukosa
Patogenesis Pneumonia
● Ketidakseimbangan antar mekanisme defens saluran respiratorik, faktor
virulensi dan kuantitas mikroorganisme penyebab
● Anamnesis
○ Gejala respirasi
■ Batuk, dahak, nyeri dada, sesak napas
○ Gejala umum infeksi
■ Demam, hipotermia, malaise, gejala flu, gangguan kesadaran
● Pemeriksaan Fisis
○ Takipnea, takikardia, hipotensi, kelainan auskultasi
Anamnesis & Pemeriksaan Fisis
● Beberapa tanda dan gejala yang dapat meningkatkan pretest probability akan
ditemukannya infiltrat pada foto polos, jika ditemukan dua atau lebih:
○ Tidak adanya rinorea
○ Sesak napas dan/atau peningkatan frekuensi napas
○ Kelainan pada auskultasi
○ Tanda-tanda vital abnormal (demam, takikardia)
○ Peningkatan biomarker (protein reaktif C > 20-30 mg/L)
Anamnesis & Pemeriksaan Fisis
● Chest X-ray
○ Akurasi 75% untuk konsolidasi alveolus, 47% untuk efusi pleura
○ PA + Lateral meningkatkan akurasi
○ Berkurang akurasi pada
■ Tirah baring
■ Obese
■ Immunodefisiensi
■ Kelainan pada foto toraks sebelumnya
Pemeriksaan Pencitraan
● CT Scan
○ Gold standard
○ Informasi detil tentang parenkim dan mediastinum
○ Kekurangan?
■ Biaya, pajanan radiasi, tidak memungkinkan untuk dilakukan secara
bedside
○ Hanya dilakukan pada kondisi tertentu
■ Eksklusi diagnosis lain, kecurigaan infeksi jamur, gambaran
inkonklusif
Pemeriksaan Pencitraan
● Ultrasonografi (USG)
○ Sensitivitas 94%, spesifisitas 96%
○ Tidak memancarkan radiasi
○ Mudah dikerjakan
■ Bedside, ibu hamil
○ Kekurangan
■ Operator dependent
Pemeriksaan Laboratorium
● Fungsi?
○ Mengevaluasi
■ inflammatory state (leukosit, CRP), kerusakan organ (ureum dan
kreatinin), tingkat keparahan penyakit
● C-reactive protein
○ Mengurangi pajanan antibiotik
○ Antibiotik tidak direkomendasikan pada pasien tanpa temuan klinis
yang meyakinkan pneumonia dengan CRP <20 mg/L
Pemeriksaan Laboratorium
● Procalcitonin (PCT)
○ Membedakan infeksi bakteri dan virus
■ Outpatient
● >0,25 µg/L → recommended
● >0,5 µg/L → strongly recommended
■ Inpatient (ICU)
● >0,25 µg/L → always encouraged
Pemeriksaan Mikrobiologis
Pneumonia Tipikal vs. Atipikal
Penilaian Derajat Keparahan
● Menentukan berobat rawat jalan, rawat inap, atau ICU (Level 1)
● Skor:
○ CURB-65
■ Lebih cepat, hanya 5 variabel (ideal untuk identifikasi pasien dengan tingkat
angka kematian tinggi)
■ Tidak dapat menentukan penyakit dasar
○ Pneumonia Severity Index
■ 20 variabel
■ Direkomendasikan bila RS memiliki fasilitas lengkap
○ Kriteria IDSA/ART 2007
CURB-65
Confusion Menggunakan abbreviated mental test
● PSI > 70
● PSI < 70, tetapi terdapat salah satu kriteria:
○ RR > 30 x/menit
○ PaO2/FiO2 < 250 mmHg
○ Ro toraks terdapat infiltrat multilobus
○ Sistol < 90 mmHg
○ Diastol < 60 mmHg
● Pneumonia pada pengguna NAPZA
Derajat Skor Risiko PSI
Pneumonia Berat (IDSA/ATS 2007)
3 kriteria minor, 2 kriteria mayor merupakan indikasi ICU
Kriteria Minor Kriteria Mayor
● CAP → diagnosis kerja umum digunakan → infiltrat dan batuk, infeksi saluran
pernafasan dan sepsis
● Membedakkan pneumonia dari patologi pulmoner lain sulit → terutama
dengan underlying disease (eg. PPOK, asma)
● CRP dan PCT → membantu memisahkan CAP dan eksaserbasi pada penyakit
non-infeksius
● Differensiasi CAP, HCAP, HAP dan patologi paru lain penting → mendikte tx
empiris yang paling efektif
CAP?
● Lesi neoplasma:
○ Lesi endobronkial → primer atau metastasis → obstruksi→ akumulasi
sekresi → predisposisi infeksi distal
○ Bisa ada infiltrasi dan konsolidasi tanpa obstruksi bronkus
● Edem paru → ec bullae, PPOK, penyakit katup
○ Infiltrat terlokalisir pada rongen toraks
○ Mempredisposisikan ke pneumonia infeksi → yang akan memburuk
patologi pada jantung
○ Jika tetap ada perburukan klinis walaupun dengan AB→ ACS ato
arrythmia
Penyakit non-infeksius
● Emboli paru → CRP, PCT, D-dimer bisa naik (sama seperti CAP)
○ Sebaiknya dinilai dengan Wells criteria → pertimbangkn CT-Pulmonary
angiograph
● Pneumonitis akibat obat (ec. Heroine, crack cocaine)
○ datang dengan demam, batuk non-produktif, dyspneu → muncul
berminggu-minggu setelah penggunaan
● Pendarahan dalam alveolus
○ Ec gangguan vaskular/reumatologis → gambaran opak bilateral difus
ATAU infiltrat lokal (yang menyerupai pneumonia)
○ Perlu bronkoskopi dan bronkoalveolar lavage
Tatalaksana
Tatalaksana
● Bronkiektasis
● Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
Pseudomonas aeruginosa ● Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada
bulan terakhir
● Gizi kurang
Tatalaksana: Antibiotik
● Mempertimbangkan: pola kuman setempat, evaluasi gejala klinis, uji
sensitivitas
● Evaluasi pada 72 jam pertama
○ Perbaikan → lanjutkan
○ Perburukan → ganti sesuai hasil kultur atau pedoman empiris
● Durasi: minimal 5 hari dan tidak demam 48-72 jam, umumnya: 7-10 hari
● Syarat menghentikan terapi
○ Tidak membutuhkan suplemen oksigen (kecuali untuk penyakit dasar)
○ Tidak lebih dari satu tanda klinis tidak stabil
● Nadi > 100x/menit
● Frekuensi nafas > 24x/menit
● Tekanan darah sistolik ≤ 90 mmHg
Algoritme
Tatalaksana CAP
● Berdasarkan skor PSI atau
CURB-65
● Diklasifikasikan menjadi
○ Rawat jalan
○ Rawat inap
■ Rawat biasa
■ Rawat intensif
Tatalaksana CAP: Rawat Jalan
● Antibiotik
● Terapi suportif atau simptomatik
○ Istirahat
○ Minum yang cukup
○ Kompres dan obat penurun panas
○ Mukolitik atau ekspektoran
Terapi Empiris CAP Rawat Jalan (PDPI 2014)
Terapi
Empiris CAP
Rawat Jalan
(ATSA/IDSA
2019)
Tatalaksana Pasien Rawat
● Rawat inap ruang biasa
Pemberian terapi oksigen, rehidrasi dengan pemberian infus, serta koreksi kalori
dan elektrolit
Tatalaksana sama dengan ruang rawat inap biasa namun dengan dengan
pemasangan ventilasi mekanis jika terdapat indikasi
Rawat inap non •Florokuinolon respirasi (levofloxacin 1 x 750 mg selama 5 hari)
ICU ATAU
•B lactam ditambah makrolid (cefotaxime 2 x 1 g IV + klaritromisin
IV 1 x 1 g)
● Sepsis
kerusakan pada tipe 1 sel epitel alveolar dan sel endotel kapiler yang mengarah
pada peningkatan permeabilitas membran dan penumpukan cairan pada alveoli
dan interstitium.
Komplikasi
● Efusi Pleura dan Empiema
Empiema →
● Abses Paru
Prognosis CAP