Anda di halaman 1dari 2

Apa yang dimaksud dengan "religion is Just a matter of geography"?

Artinya, apa agama seseorang seringnya hanya akibat di keluarga mana dan kapan seseorang lahir dan
dibesarkan.

Sebagai salah satu mekanisme pelindung agar agama tidak ditinggalkan pemeluknya, ada doktrin pada
hampir setiap agama, aliran, bahkan sekte, terutama yang merupakan turunan tradisi Abrahamik, bahwa
hanya kelompok merekalah yang akan masuk surga. Ini praktek yang umum. Mormon mengajarkan
hanya mereka yang taat pada gereja dan Joseph Smithlah yang akan masuk surga. Kristen mengajarkan
jika orang mengakui Yesus sebagai juruselamat, mereka akan masuk surga. Islam mengatakan, hanya
Muslimlah yang akan masuk surga. Pun masing-masing lebih eksklusif lagi memiliki aliran-aliran tertentu
dan masing-masing mengatakan merekalah yang benar, dan aliran lain akan masuk Neraka. Sunni
menghujat Syiah, Ahmadiyah dianggap sesat, dan seterusnya. Dalam Islam sendiri ada belasan hadist
termasuk dari Tarmidzi dan Abu Hurairah yang mengatakan akan ada 73 golongan dalam islam dan hanya
ada satu yang benar. Kenyataannya sendiri ada lebih dari 100 sekte dan aliran dalam Islam hingga kini.
Semua merujuk pada terjemahan masing-masing atas Quran dan literatur Islam lainnya. Tanpa
menghitung pecahan-pecahan aliran ini, teridentifikasi ada tak kurang dari 1500 tuhan yang berbeda
yang dikenal sejak peradaban manusia. Masing-masing dengan nama, sifat dan karakteristik yang
berbeda sehingga tidak mungkin merujuk pada satu entitas yang dijabarkan dalam berbagai cara. Lalu, di
antara ribuan agama tersebut, manakah yang benar?

Inilah yang menjadi masalah. Lebih sering daripada tidak, apa agama seseorang sangat tergantung apa
agama orang tuanya dan di mana dia dilahirkan. Jika Anda lahir di Bali 20 tahun lalu, Anda akan
beragama Hindu. Jika Anda lahir di Afghanistan anda akan menjadi Muslim. Jika Anda lahir 1000 tahun
lalu di Mesir, Anda akan menyembah kucing. Apa agama seseorang, hanya persoalan probabilitas. Anda
lahir di mana, dan kapan.

Lantas agama dan aliran mana yang benar-benar membawa manusia selamat dan masuk surga?

Di sini ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, memang hanya ada satu, agama, dan aliran yang
benar. Jika Anda beruntung untuk masuk ke dalamnya, Anda akan masuk surga. Persoalannya, di mana
kita tau agama mana yang benar? Umur, kesempatan manusia yang terbatas membuat kita tak mampu
menggali satu per satu agama dan aliran untuk menimbang mana yang benar. Lagipula bagaimana kita
tau mana yang benar ketika semua agama hanya menyuruh kita menggunakan iman? Jika 1500 orang
menggunakan iman dan berujung mempercayai 1500 hal yang berbeda, maka jelas iman bukanlah alat
yang reliable dalam mencari kebenaran. Tuhan, jika memang ada, dan maha adil, dan maha cerdas,
seharusnya tau bahwa hal seperti ini bukanlah sistem yang ideal untuk menyortir orang masuk surga dan
neraka mengingat besarnya faktor keberuntungan untuk “lahir di keluarga dan lingkungan dengan agama
yang tepat”.

Kemungkinan kedua bahwa ternyata tidak ada agama yang benar dan ternyata syarat masuk surga,
murni didasarkan pada baik buruknya perilaku manusia selama di dunia. Selagi kemungkinan ini lebih
relevan dengan sifat Tuhan yang digambarkan murah hati, maha adil, dan maha tau, ini justru menihilkan
peran agama. Artinya tidak ada agama yang paling benar dan semua orang bisa masuk surga selama
berperilaku baik sesuai kehendak Tuhan. Ingat, ada orang yang luar biasa baik dan dermawan di luar
sana yang tidak menganut agama apa pun. Bill Gates dan Werren Buffet adalah dua figur manusia
terkaya di dunia, tidak bergama, dan merupakan penyumbang individu terbesar di dunia, merubah nasib
dari jutaan manusia di berbagai belahan dunia. Layakkah mereka masuk neraka? Berdasarkan
kepercayaan agama secara umum, jawabannya adalah: ya. Mereka ateis, mereka tidak beragama,
mereka tidak percaya Tuhan. Tapi setiap orang waras akan melihat bahwa Tuhan, jika memang ada dan
maha adil tidak akan membiarkan mereka masuk neraka. Ini adalah paradoks besar dalam agama, dan
kita tak bisa menutup mata dan berkata “lihat sajalah di akhirat nanti”.

Tentu masih ada kemungkinan ke-3, bahwa konsep surga merupakan insentif yang berfungsi untuk
mengontrol perilaku manusia. Dan agama salah satunya adalah alat politik yang dikembangkan manusia
untuk mengontrol manusia lainnya. Bagi saya, itu lebih masuk akal.

Anda mungkin juga menyukai