Indonesia memiliki wilayah yang amat luas, tapi fakta yang mengejutkan adalah
Indonesia berada di urutan kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut dengan
jumlah sekitar 3,2 juta ton[1]. Dilansir dari laman web ANADOLU AGENCY[2], pada
tahun 2019 Indonesia menghasilkan sampah sekitar 66-67 juta ton, dan menurut laporan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kepada Presiden Jokowi,
melaporkan bahwa sebesar 15% dari total jumlah sampah yang dihasilkan adalah
sampah plastik. Namun ironisnya, produksi dan konsumsi plastik sangat berpengaruh di
Indonesia. Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kemenperin, Panggah
Susanto, pada pembukaan Pameran Plastik dan Karet di Jakarta[3], Rabu (10/10)
mengatakan bahwa potensi dari konsumsi produk plastik di Indonesia masih cukup
besar. Apalagi konsumsi nasional per kapita per tahun mencapai 10 kilogram. Beliau
lantas mencontohkan permintaan plastik kemasan. Selama ini, konsumsi produk
kemasan plastik didorong oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman hingga
mencapai 60%. Lalu, apakah selama ini parlemen sudah turut andil terhadap masalah
sampah di Indonesia? Pada saat Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan MLHK[4],
meminta pemerintah lebih serius menangani persoalan sampah plastik. Apa lagi?
Adanya UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Namun, penulis belum
melihat ada perubahan signifikan tentang masalah sampah plastik di Indonesia.
Bercermin pada persoalan di atas, tentu parlemen harus selalu memperbarui agenda agar
program-program yang dijalankan terus saling berkesinambungan dan menghasilkan
target yang sesuai.
Sudah tidak asing lagi bagi kita menggunakan kemasan plastik sekali pakai.
Dengan kebiasaan penggunaan plastik yang tidak terkontrol, menyebabkan pencemaran
dan kerusakan ekosistem yang dirasakan oleh banyak pihak di Bali. Direktur Nusa Dua
Reef Foundation (NRF), Pariama Hutasoit, mengatakan bahwa sampah plastik sangat
merusak ekosistem laut, seperti yang dijumpainya saat melakukan pemeliharaan
terumbu karang di sepanjang pantai Kawasan Nusa Dua, Bali. "Semua sampah-sampah
plastik ini sangat jelek untuk terumbu karang karena mengganggu siklus hidupnya",
kata Pariama kepada Republika[5], Kamis (22/11). Sampah-sampah plastik yang beliau
sering temui mulai dari kantong plastik, pembalut wanita, hingga gelas plastik yang
merupakan plastik sekali pakai dan tentu ini membuktikan bahwa selama ini kita masih
sangat jarang menggunakan kembali plastik-plastik tersebut. Sampah-sampah ini
menutupi terumbu karang sehingga akan menghambat fotosintesis dan terjadi
fotodegradasi yang merusak ekosistem hewan laut ini, ikan-ikan bahkan penyu akan
menganggap bahwa plastik yang mengambang ini adalah makanannya. Tanah yang
menimbun plastik juga akan menurun tingkat kesuburannya karena tingkat penyerapan
air dan sinar mataharinya menurun sebab tertutupi oleh plastik, hal ini akan berpengaruh
ke hasil tanaman dari sektor pertanian serta sektor agro lainnya.
Misi CIBEST:
Menciptakan hubungan baik dengan masyarakat berbasis media sosial. Hal ini
diwujudkan dengan membuat akun media sosial dan tagar kampanye penekanan
penggunaan plastik. Mekanismenya, pemerintah membuat satu akun media
sosial dengan konten yang ditujukan khusus sebagai sarana edukasi, informasi
dan aspirasi mengenai sampah dan masalah plastik di Indonesia, contohnya
membuat akun instagram dengan nama pengguna @CIBEST_id. Lalu,
mengajak masyarakat memviralkan tantangan 7 hari tanpa plastik lalu difoto dan
diunggah melalui media sosial masing-masing disertai menggunakan tagar
#KurangiPlastikPerbanyakCintamu disetiap unggahannya agar semakin menarik
minat dan menjangkau semua kalangan sehingga diharapkan semakin banyak
yang mendukung dan merealisasikan pengurangan penggunaan plastik sekali
pakai dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, mari bersama-sama
memaksimalkan penggunaan media sosial secara positif.
Melalui CIBEST, karena kita sadari bahwa plastik tidak dapat dihentikan
total, diharapkan agar parlemen selalu mengevaluasi kinerja dan memiliki niat
serta usaha yang bulat untuk merealisasikan visi CIBEST, dan bukan hanya
wacana semata sehingga dapat terwujud jika semua komponen masyarakat
mendukung terhadap program-program pemerintah. Dengan ditulisnya esai ini,
diharapkan dapat menjadi alternatif solusi pengendalian penggunaan plastik
sekali pakai dan meningkatkan rasa peduli terhadap lingkungan. Disertai dengan
penuh harapan, mari mewujudkan DPR CIBEST! (Cinta Indonesia Bebas
Sampah Plastik). “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan
takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah
tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun” - Bung Karno.
Daftar Pustaka:
[1].https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-sampah-
pada-2019/1373712 diakses pada 16 Juli 2019
[2].https://www.asumsi.co/post/indonesia-tempati-peringkat-dua-penyumbang-
sampah-plastik-terbanyak-di-lautan diakses pada 16 Juli 2019
[3].http://www.kemenperin.go.id/artikel/4709/Industri-Plastik-Harus-Terus-
Dikembangkan diakses pada 16 Juli 2019
[4].http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/24699/t/Komisi+VII+Minta+Pemerintah+S
erius+Tangani+Persoalan+Sampah+Plastik diakses pada 16 Juli 2019
[5].https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/11/22/pildnu335-sampah-
plastik-rusak-ekosistem-terumbu-karang-bali diakses tanggal 17 Juli 2019
[6].https://nasional.tempo.co/read/1158371/gubernur-bali-larang-penggunaan-
kantong-plastik-dan-styrofoam/full&view=ok diakses tanggal 17 Juli 2019