Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH

BAHAN BANGUNAN

JUDUL TUGAS
BAHAN GEOTEKSTILE
NAMA DOSEN
ROBI FERNANDO ST,MT.

Disusun oleh:
Azkia Fahri Alvian
NIM. 193037

PROGRAM STUDI BANGUNAN GEDUNG


POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geosintetik yakni material yg sekarang ini disukai beberapa orang dalam project
konstruksi di Indonesia terutama dalam pembangunan jalan di atas tanah lunak seperti
di pulau Sumatera serta Kalimantan yg terdapat banyak tanah gambut.
Kecuali itu geosintetik juga diterapkan jadi filter pada konstruksi penahan
gelombang baik di tepian pantai maupun terlepas pantai. Arti geosintetik merujuk pada
material sintetik yg difungsikan dalam masalah geoteknik. Material sintetik merupakan
hasil polimerisasi dari industri-industri kimia atau minyak bumi.
Penggunaan bahan sintetik ini berkaitan dengan sifat ketahanan (durabilitity)
material sintetik pada senyawa-senyawa kimia, pelapukan, keausan, sinar ultra violet
dan mikroorganisme. Polimer terpenting yg difungsikan untuk pembuatan geosintetik
adalah Polyester (PET), Polyamide (PM), Polypropylene (PP), dan Polyethylene (PE).
Geotekstil dan produk terkait memiliki banyak aplikasi dan saat ini mendukung
aplikasi teknik sipil termasuk banyak jalan, lapangan terbang, kereta api, tanggul,
struktur penahan, waduk, kanal, bendungan, pelindung tebing, rekayasa pesisir pantai
dan pagar untuk lokasi pembangunan bertanah lanau
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana pengertian geotextile?
B. Bagaimana jenis-jenis bahan geotextile?
C. Bagaimana penggunaan bahan geotextile untuk bidang konstruksi?
D. Bagaimana jenis pengujian dan persyaratan teknis geotextile?
E. Bagaimana SNI yang terkait dengan peraturan dan standar terkait geotextile?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian geotextile.
B. Untuk mengetahui jenis-jenis bahan geotextile.
C. Untuk mengetahui penggunaan bahan geotextile untuk bidang konstruksi.
D. Untuk mengetahui jenis pengujian dan persyaratan teknis geotextile.
E. Untuk mengetahui SNI yang terkait dengan peraturan dan standar terkait
geotextile.

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Bahan Geotextile


Geotextile (Geotekstil / Filter Fabrics) adalah salah satu bahan Geosynthetics
(Geosintetik) yang tembus air, yang dapat digunakan / berfungsi sebagai separator,
filter, proteksi, dan perkuatan. Bahan dasar pembuatannya adalah Polyesther atau
Polyprophilene. Geotekstil, bahan lulus air dari anyaman (woven) atau tanpa anyaman
(non woven) dari benang-benang atau serat- serat sintetik yang digunakan dalam
pekerjaan tanah.
Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun
dihasilkan dari ‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses tenun, sedangkan
non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat bonded (dengan panas), needle
punched (dengan jarum), dan chemical bonded (enggunakan bahan kimia). Baik woven
maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama : polypropelene,
poliester, polyethilene dan polyamide.

Geotekstil
Sumber Foto: www.tukangbata.blogspot.com
Sebenarnya geotekstil pada awalnya dibuat dari berbagai bahan seperti serat-
asli (kertas, filter, papan kayu, bambu) , misalnya penggunaan jute untuk percepatan
konsolidasi sebagi pengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical drain) yang banyak
dilakukan di India atau dilakukan di Belanda dengan menggunakan serat filter.
Setiap bahan tekstil yang umumnya lolos air yang dipasang bersama pondasi,
tanah,batuan atau material geoteknik lainnya sebagai suatu kesatuan dari sistem
struktur,atau suatu produk buatan manusia
Perkuatan tanah lunak juga menggunakan papan-papan kayu atau anyaman
bambu yang ditempatkan di atas di atas tanah lunak (jaman Romawi kuno dan juga di
Kalimantan Indonesia). Hanya bahan organik tersebut mudah lapuk sehingga umur
konstruksi tidak dapat lama kecuali bahan dari bambu atau kayu yang apabila berada
dalam air secara terus menerus akan bersifat permanen.
2.2. Jenis-Jenis Bahan Geotextile
A. WOVEN GEOTEXTILE
Woven Geotextile adalah lembaran Geotextile terbuat dari bahan serat sintetis
tenunan dengan tambahan pelindung anti ultra violet yang mempunyai kekuatan tarik
yang cukup tinggi, yang dibuat untuk mengatasi masalah untuk perbaikan tanah
khususnya yang terkait di bidang teknik sipil secara efisien dan efektif, antara lain untuk
mengatasi atau menanggulangi masalah pembuatan jalan dan timbunan pada dasar
tanah lunak, tanah rawa.

Woven Geotextile
Sumber foto: www.amazon.com
Bahan baku material ini adalah Polypropylene polymer (PP) dan ada juga dari
Polyester (PET) yang didukung oleh hasil test dan hasil riset di laboratorium, mengikuti
standar ASTM, antara lain : kekuatan tarik, kekuatan terhadap tusukan, sobekan,
kemuluran dan juga ketahanan terhadap mico organisme, bakteri, jamur dan bahan-
bahan kimia.
Material ini dibuat dalam berberapa macam tipe. Pemilihan tipe yang tepat
tergantung pada kondisi tanah dasar, fungsi dan beban yang direncanakan.

B. NON WOVEN GEOTEXTILE

Geotextile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah
jenis Geotextile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan
dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP).

Non-woven Geotextile
Sumber foto: www.indonesia.geotextile.com
Geotextile Non Woven berfungsi sebagai :

1. Filter / Penyaring
Sebagai filter, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah
terbawanya partikel-partikel tanah pada aliran air. Karena sifat Geotextile Non
Woven adalah permeable (tembus air) maka air dapat melewati Geotextile tetapi
partikel tanah tertahan. Aplikasi sebagai filter biasanya digunakan pada proyek-
proyek subdrain (drainase bawah tanah).

2. Separator / Pemisah
Sebagai separator atau pemisah, Geotextile Non Woven berfungsi untuk
mencegah tercampurnya lapisan material yang satu dengan material yang lainnya.
Contoh penggunaan Geotextile sebagai separator adalah pada proyek
pembangunan jalan di atas tanah dasar lunak (misalnya berlumpur). Pada proyek
ini, Geotextile mencegah naiknya lumpur ke sistem perkerasan, sehingga tidak
terjadi pumping effect yang akan mudah merusak perkerasan jalan. Selain itu
keberadaan Geotextile juga mempermudah proses pemadatan sistem perkerasan.

3. Stabilization / Stabilisator
Fungsi Geotextile ini sering disebut juga sebagai Reinforcement / Perkuatan.
Misalnya dipakai pada proyek-proyek timbunan tanah, perkuatan lereng dll. Fungsi
ini sebenarnya masih menjadi perdebatan dikalangan ahli geoteknik, sebab
Geotextile bekerja menggunakan metode membrane effect yang hanya
mengandalkan tensile strength (kuat tarik) sehingga kemungkinan terjadinya
penurunan setempat pada timbunan, masih besar, karena kurangnya kekakuan
bahan. Apalagi sifat Geotextile yang mudah mulur terutama jika terkena air (terjadi
reaksi hidrolisis) menjadikannya rawan sebagai bahan perkuatan lereng.
Fungsi lain Geotextile yaitu sebagai pengganti karung goni pada proses curing
beton karena dapat mencegah terjadinya retak saat proses pengeringan beton baru.
Dalam penggunaan geotekstil kita harus menetapkan perkuatan sebesar apa yang
dibutuhkan, berikut faktor-faktor yang harus diperhatikan:
a. Jenis geotekstil yang akan digunakan
b. Sifat hubungan dan regangan,hal ini diperlukan agar deformasi yang
terjadi pada konstruksi perkuatan kecil.
c. Sifat pembebanan, Perkuatan di atas tanah lunak,beban timbunan yang
lebih besar akan memerlukan perkuatan dengan tensile strength yang
lebih besar pula.
d. Kondisi lingkungan, Perubahan cuaca, air laut, kondisi asam atau basa
serta mikro organisme seperti bakteri akan mengurangi kekuatan
geotextile.
e. Bahan timbunan yang akan digunakan
Beberapa keuntungan menggunakan geotekstil,diantaranya :
a. Mencegah kontaminasi agregat subbase dan base oleh tanah dasar lunak
dan mendistribusikan beban lalulintas yang efektif melalui lapisan-
lapisan timbunan.
b. Meniadakan kehilangan agregat timbunan ke dalam tanah dasar yang
lunak dan memperkecil biaya dan kebutuhan tambahan ‘lapisan agregat
terbuang’.
c. Mengurangi tebal galian stripping dan meminimalkan pekerjaan
persiapan.
d. Meningkatkan ketahanan agregat timbunan terhadap keruntuhan
setempat pada lokasi beban dengan memperkuat tanah timbunan.
e. Mengurangi penurunan dan deformasi yang tidak merata serta deformasi
dari struktur jadi.

2.3. Penggunaan Bahan Geotextile

Pada umumnya Geo Textile banyak digunakan untuk berbagai pekerjaan. Tetapi ada
beberapa pengaplikasian pekerjaan yang menggunakan bahan geotextile. Apa sajakah itu?
Berikut 5 pengaplikasian geotextile.
A. KONSTRUKSI JALAN
Hal pertama adalah pada konstruksi jalan, disini Non Woven Geotextile yang
berkekuatan tarik tinggi berfungsi sebagai lapisan separator atau pemisah antara lapisan
tanah dasar dengan sebuah lapisan perkerasan diatasnya sehingga material perkerasan
tetap terjaga dalam menyebarkan tegangan.

Geotextile pada Jalan


Sumber foto: www.pandu-equator.com
B. PADA LAHAN
Hal kedua adalah pada lahan disni .Hilon Geotextile dapat diaplikasikan pada
lahan yang akan direklamasi / timbun. Sehingga material timbunan tidak bercampur
dengan lumpur / tanah dasar (sebagai separator), penimbunan pun menjadi lebih efisien
dan hemat.
Geotextile pada Lahan
Sumber foto: www.fadlysutrisno.com
C. PADA PANTAI
Pada pantai, Geotextile Non Woven yang dikombinasikan dengan batu atau tetrapod
dapat digunakan sebagai penahan erosi, sehingga pasir tidak terbawa arus atau ombak.
Dan dapat juga dipasang dibawah tumpukan batu / tetrapod pada breakwater / pemecah
gelombang. Fungsi Non Woven Geotextile disini sebagai filter dan separator.

Geotextile pada Pantai


Sumber foto: www.geosynthethics.blogspot.com
D. PADA JALUR KERETA API
Pada jalur kereta api, geotextile dapat digunakan sebagai separator antara tanah dasar
dengan batu-batu pecah (balast), sehingga lapisan balast terjaga ketebalan dan
karakteristiknya. Dan akhirnya terciptalah jalur yang kuat.

Geotextile pada Jalur Kereta Api


www.pandu-equator.com
E. PEMELIHARAAN BETON
Geotextile dapat digunakan bahan pemeliharaan beton setelah pengecoran (curing)
sebagai pengganti karung goni. Proses curing berguna untuk mencegah hilang nya air
pada beton saat beton bereaksi / mengeras (proses oksidasi), agar mutu beton yang
direncanakan bisa tercapai dari sisi kualitas dan waktu.

Geotextile pada Pemeliharaan Beton


Sumber foto: www.hilongeotextile.com
2.4. Jenis Pengujian Bahan Geotextile
A. UJI SIFAT- SIFAT TARIK GEOTEXTILE DENGAN CARA PITA LEBAR
Penentuan sifat-sifat gaya terhadap mulur pada pengujian ini memberikan parameter
perencanaan untuk aplikasi perkuatan, contohnya perencanaan perkuatan timbunan di atas
tanah lunak, dinding penahan tanah yang diperkuat, dan perkuatan lereng. Jika parameter
kekuatan bukan merupakan pertimbangan perencanaan, metode uji lain dapat digunakan
sebagai alternatif untuk uji penerimaan. Metode uji pada standar ini dapat digunakan untuk
uji penerimaan pada pengiriman geotekstil untuk perdagangan, tetapi harus diperhatikan
bahwa informasi ketelitian di antar laboratorium belum tersedia. Untuk mengantisipasi
kasus ini, uji banding disarankan untuk dilakukan.
Jika terjadi perselisihan akibat adanya perbedaan pada laporan hasil uji ketika
menggunakan metode ini untuk uji penerimaan pada pengiriman geotekstil dan produk
sejenisnya untuk perdagangan, pembeli dan pemasok harus melakukan uji banding untuk
menentukan adanya penyimpangan statistik di antara laboratorium-laboratorium tersebut.
Ahli statistik yang kompeten disarankan untuk menyelidiki penyimpangan tersebut. Kedua
pihak minimal harus mengambil satu kelompok benda uji sehomogen mungkin dan berasal
dari lot benda uji yang hasilnya dipermasalahkan. Benda uji tersebut kemudian harus
ditetapkan secara acak dan diserahkan dalam jumlah yang sama ke setiap laboratorium.
untuk diuji. Rata-rata hasil uji dari kedua laboratorium harus dibandingkan dengan
menggunakan Student’s t-test untuk data berpasangan dan terhadap suatu tingkat
kepercayaan yang dapat diterima dan telah dipilih oleh kedua pihak sebelum pengujian
dimulai. Jika terdapat penyimpangan, penyebabnya harus ditemukan dan diperbaiki atau
dan pemasok harus setuju untuk menginterpretasikan hasil pengujian berikutnya
berdasarkan penyimpangan yang sudah diketahui.
Beberapa modifikasi teknik penjepitan dapat dilakukan untuk jenis geotekstil tertentu,
bergantung kondisi strukturnya. Contohnya, penjepit khusus mungkin diperlukan untuk
jenis geotekstil dengan serat yang kuat atau geotekstil yang terbuat dari serat gelas untuk
mencegah terjadinya selip pada penjepit atau rusak akibat penjepitan. Penjepit dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan kuat tarik yang mewakili. Pada
setiap pengujian, urutan prosedur uji, seperti dijelaskan pada Pasal 10 metode uji ini, harus
diikuti.
Penggunaan metode uji kuat tarik yang membatasi lebar penjepit sebesar 50 mm atau
kurang, seperti pada prosedur uji tiras (revel), uji pita potong (cut strip), dan uji cekau (grab)
diketahui tidak sesuai jika dibandingkan dengan metode uji ini untuk menentukan
parameter perencanaan sejumlah geotekstil, khususnya pada jenis geotekstil nirtenun. Cara
pita lebar ini telah diperiksa oleh industri dan direkomendasikan untuk digunakan pada
geotextile.
Metode uji ini mungkin tidak sesuai untuk sejumlah geotekstil tenun yang mempunyai
kekuatan lebih dari 100 kN/m karena keterbatasan kemampuan penjepit dan peralatan.
Untuk kasus tersebut, gunakan lebar benda uji 100 mm untuk menggantikan benda uji
sesuai ketentuan yang memiliki lebar 200 mm.
Prosedur Penelitian terdiri dari beberapa tahap, diantaranya:
1. Kondisi benda uji - Benda uji harus dikondisikan pada atmosfer pengujian
geotekstil.
2. Benda uji basah - Benda uji basah harus diuji dalam rentang waktu 20 menit setelah
benda uji diangkat dari rendaman.
3. Kondisi pengaturan alat - Pada awal pengujian, atur jarak jepit sejauh (100±3) mm
jika tidak menggunakan ekstensometer eksternal atau jika menggunakan
ekstensometer. eksternal, pada jarak yang cukup untuk dapat menyisipkan
ekstensometer eksternal tersebut (lihat 6.3). Minimal satu penjepit harus disangga
oleh suatu alat yang dapat berputar bebas atau universal joint yang memungkinkan
penjepit untuk berputar pada bidang geotekstil. Pilih rentang gaya pada alat uji
sehingga beban maksimum terjadi antara 10% hingga 90% gaya pada skala penuh.
Atur alat sehingga memiliki laju mulur (10 ± 3)% per menit (lihat Catatan 4).
4. Pengaturan benda uji pada penjepit - Tempatkan benda uji tepat di tengah, di antara
penjepit. Penempatan benda uji dipandu oleh dua garis berjarak (100 ± 3) mm yang
telah dibuat sebelumnya dan kedua garis tersebut diposisikan pada ujung dalam
penjepit atas dan bawah. Sisi panjang benda uji arah mesin dan arah melintang
mesin harus pararel dengan arah gaya yang bekerja.
5. Pengukuran kuat tarik - Aktifkan alat uji tarik dan alat pengukur luas jika
digunakan, dan tarik benda uji hingga mengalami keruntuhan. Hentikan alat dan
kembalikan ke posisi jarak jepit awal. Catat dan laporkan hasil-hasil pengujian
untuk setiap arah
6. Pengukuran mulur - Ukur mulur geotekstil sampai tiga angka penting pada setiap
kondisi gaya dengan menggunakan alat pencatat yang sesuai pada saat yang sama
ketika kuat tarik ditentukan, kecuali disepakati lain, misalnya apabila tercantum
dalam spesifikasi material.
B. UJI KUAT SAMBUNGAN GEOTEXTILE
Standar ini didasarkan oleh SNI 4330-2017 menetapkan metode uji untuk menentukan
kuat sambungan geotekstil dengan menggunakan benda uji selebar 200 mm. Sambungan
yang dimaksud dalam standar ini adalah sambungan yang dibuat dengan cara dijahit,
dipanaskan, atau direkatkan. Metode uji ini menyediakan data yang memberikan indikasi
kuat sambungan jangka pendek yang dapat dicapai suatu geotekstil dan konstruksi
sambungan tertentu. Untuk menilai kinerja jangka panjang suatu teknik penyambungan
dapat mengacu pada ASTM D6389. Satuan yang digunakan dalam standar ini dinyatakan
dalam SI. Standar ini tidak mengatur hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja.
Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menetapkan prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja yang tepat dan menentukan persyaratan peraturan sebelum digunakan
C. UJI BEBAN PUTUS DAN MULUR GEOTEXTILE DEGAN CARA CEKAU
(GRAB)
Standar ini menetapkan metode uji indeks untuk menentukan beban putus dan mulur
geotekstil dengan cara cekau. Metode ini tidak sesuai untuk geotekstil rajutan. Oleh karena
itu, dapat digunakan metode alternatif lainnya. Meskipun metode uji ini berguna untuk
pengendalian mutu dan uji penerimaan, hasil-hasil pengujian hanya dapat digunakan untuk
membandingkan kain dengan struktur yang sama karena setiap kain dengan struktur yang
berbeda akan berperilaku secara khas dan sesuai dengan karakteristik materialnya. Metode
uji ini tidak menyatakan seluruh informasi yang diperlukan untuk semua aplikasi
perencanaan sehingga metode uji lain dapat digunakan.
Prosedur ini dapat dilakukan pada kondisi kering dan basah. Namun, pengujian
umumnya dilakukan pada kondisi kering, kecuali disyaratkan lain sesuai dengan
permintaan atau spesifikasi. Satuan yang digunakan dalam standar ini dinyatakan dalam SI
dan satuan unit lainnya. Standar ini tidak mengatur hal yang berkaitan dengan keselamatan
kerja. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menetapkan prosedur keselamatan
dan kesehatan kerja yang tepat dan menentukan persyaratan peraturan sebelum digunakan.
2.5. SNI TERKAIT GEOTEXTILE DAN SERAT
NO. NOMOR TUJUAN
1. SNI 4416 2017 Metode uji sifat-sifat tarik geotekstil dengan cara pita
lebar(standard test method for tensile properties of
geotextiles by the wide-width strip method-ASTM D
4595-11, MOD)
2. SNI 4330-2017 Metode uji kuat sambungan geotekstil (standard test
method for strength of sewn or bonded seams of
geotextiles-ASTM D4884/D4884M-14a, MOD)
3. SNI 4417-2017 Metode uji beban putus dan mulur geotekstil dengan cara
cekau(grab)Standard test method for grab breaking load
and elongation of geotextiles-ASTM D4632/D4632M15a,
MOD)
4. SNI 4416-2017 Metode uji sifat-sifat tarik geotekstil dengan cara pita
lebar(standard test method for tensile properties of
geotextiles by the wide-width strip method-ASTM D
4595-11, MOD)
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Geotekstil merupakan salah satu jenis geosintetik atau produk buatan dari bahan
polimer yang berfungsi untuk memperbaiki kinerja tanah. Jenis geotekstil kemudian dibagi
berdasarkan metode yang digunakan untuk mengkombinasikan filamen atau pita menjadi
struktur lembaran. Jenis geotekstil yang utama adalah tak-teranyam dan teranyam, serta
rajutan. Geosynthetics dan geofabrics adalah sebutan umum untuk bermacam-macam
tekstil yang digunakan dalam geoteknik. Ada bermacam-macam sebutan untuk tekstil ini
diantaranya yaitu: filter fabrics, synthetics fabrics, construction fabrics, membrane dan lain-
lain. Masing-masing jenis memiliki klasifikasi dan spesifikasi serta fungsi yang berbeda-
beda.
3.2. Kritik dan Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan baik
dalam segi penulisan maupun data yang disajikan. untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sanga penulis harapkan demi terwujudnya makalah yang lebih efektif dalam
segi penyajian data maupun sistematika penulisan. sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

https://kiosgeotextile.com/apa-fungsi-manfaat-dan-kegunaan-dari-produk-geotextile.html

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/3209/05.3%20bab%203.pdf?sequence=7
&isAllowed=y

https://tekniksipilumb.wordpress.com/2014/10/01/geotextile/

http://tukangbata.blogspot.com/2013/02/pengenalan-dan-tipe-geotekstil.html

https://medium.com/@batagorbandung09/fungsi-dan-jenis-dari-geotextile-ee8022feb103

https://kiosgeotextile.com/apa-fungsi-manfaat-dan-kegunaan-dari-produk-geotextile.html

https://distributorgeotextile2016.wordpress.com/2016/03/02/geotextile-definisi-dan-fungsi/

Anda mungkin juga menyukai