Anda di halaman 1dari 3

Mantera Buku Tua Noc Smuggle

Judul Cerpen Mantera Buku Tua Noc Smuggle


Cerpen Karangan: Gabriella Ryantica B
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Petualangan
Lolos moderasi pada: 4 March 2016

Krekk…

Suara derit pintu terdengar diikuti oleh langkah kaki. Suasana sangat sunyi di pagi buta yang
masih gelap itu. Saat lampu dinyalakan, terlihatlah sesosok gadis yang memakai sweater
merah muda dengan rambut panjang terurai. Ia menuju ke lemari tua yang berada di ujung
gudang dan mengambil sebuah buku kuno yang berdebu. Kemudian ia duduk di sebuah sofa
yang warna hijaunya sudah pudar dan mulai membuka buku tersebut. Lembar demi lembar ia
baca sambil sesekali mengernyitkan dahi karena tulisan di buku tersebut tak mudah
dimengerti. Di halaman berikutnya, terlihat gadis itu sedang membaca suatu tulisan yang ada
di buku kuno itu dengan serius. Dari kejauhan terlihat sebuah sinar yang berasal dari sebuah
pohon apel tua dan dalam sekejap gadis tersebut hilang.

Merdunya kicauan burung yang sedang bertengger manis di sangkar milik kakek membuat
Joshua terbangun. Udara pagi di desa ini terasa lebih dingin dibandingkan di kota. Ia
melangkahkan kaki menuju jendela yang terletak di timur ranjang tidur. Setelah ia
membukanya, terlihat sebuah pemandangan kebun buah yang sangat indah. Semangka,
stroberi, melon, apel, dan masih banyak lagi. Joshua sangat terkesan dengan panorama di
desa kakeknya. Desa kecil dengan penduduk yang minim yang sangat subur. Joshua
melangkahkan kaki pergi dari kamarnya menuju kamar kakak laki-lakinya. Joddie masih
terlihat pulas dengan selimut yang menghangatkan tubuhnya. Lalu ia melangkah lagi menuju
kamar adik perempuannya, Callie. Kamarnya kosong, tak ada Callie di sana. Mungkin Callie
sudah bangun, pikirnya.

“Kakek lihat Callie tidak?” tanya Joshua. Kakek menggeleng.


“Callie juga tidak ada di kamarnya Kek. Dia pergi ke mana ya?” tanyaku mulai khawatir.
“Ke mana Callie pagi-pagi seperti ini? Atau jangan-jangan..” gumam kakek lirih, seperti
mengetahui sesuatu.
Joshua mengernyitkan dahi. “Jangan-jangan apa Kek?”
“Emm.. jangan-jangan di kebun stroberi, coba kau cari dia ke sana,” kata kakek mengalihkan
pertanyaan.

Joshua mulai menyusuri kebun stroberi kakek yang terletak lumayan jauh. Namun
pemandangan dari kebun stroberi sangat indah. Seringkali Callie pergi ke sana bersama
Joshua. Namun sampai di sana ia juga tak menemukan Callie. Ia mendesah, sedih. Di mana
adik kesayangannya itu? Pikirannya mulai diliputi kebingungan. Matahari sudah
menampakkan dirinya lebih tinggi. Panas mulai menyengat. Joshua duduk di bawah pohon
apel tua, bersandar. Tanpa disadari, pohon tersebut bersinar yang membuat Joshua masuk ke
dalam pohon tersebut. Ia jatuh menuju ke bawah. Semakin lama semakin gelap. Joshua hanya
bisa berteriak ketakutan. Tanpa disadari, ia sudah mendarat di sebuah tempat dengan alas
yang sangat empuk. Di dalam sangat gelap sekali. Namun ada secercah cahaya di depan
matanya. Mau tidak mau ia harus berjalan ke arah cahaya tersebut agar ia tahu di mana ia
berada.

Sumber cahaya dari tempat gelap yang ternyata gua itu adalah sebuah tempat yang luar biasa
indah. Joshua sangat mengagumi keindahan tempat itu. Ia mulai menyusuri jalan yang
dipenuhi rumput yang bersinar. Tanpa ia sadari, ratusan mata sedang memperhatikannya.
“Kita dalam bahaya!” seru sebuah suara. Joshua yang mendengarnya menoleh ke sekeliling.
Tak ada siapa pun. Lalu ia memperhatikan bahwa daun-daun di sekelilingnya bergemerisik.
Tiba-tiba makhluk hijau berukuran kecil mulai ke luar dari tempat persembunyiannya dan
mendekati Joshua. Jumlah mereka sangat banyak. “Bencana akan datang! Seorang manusia
telah membaca mantera di buku kami dan telah menghidupkan Morta kembali!” seru
makhluk kecil yang berada di paling depan. Joshua masih tak mengerti. Bencana apa?
mantera apa? Dan siapa itu Morta?

“Aku? Aku tak pernah membaca sebuah mantera apa pun! Aku tak mengerti apa yang sedang
kalian bicarakan!” jelas Joshua, ia memang tak mengerti apa yang mereka sedang bicarakan.
“Lalu siapa kalau bukan kau?” tanya makhluk hijau itu.
“Mana ku tahu. Yang jelas bukan aku!” pekik Joshua sambil duduk di sebuah batu.
Joshua berpikir sejenak. Jika bukan dia, lalu siapa yang membaca mantera tersebut? Apa
mungkin.. Callie!
“Mungkin Adik perempuanku yang membaca mantera tersebut. Karena dialah seseorang
yang sangat ingin tahu dari kami. Apa yang harus aku lakukan untuk menemukan Adikku
kembali?” tanya Joshua sambil berpikir cemas.

“Lenyapkan Morta dengan pedang ini. Adikmu pasti sedang dalam bahaya. Hati-hati jika kau
berada di sana. Ikuti kata hatimu, jangan ikuti nafsumu. Akan ada mata-mata Morta di
sepanjang jalan. Jadi pesanku, berhati-hatilah,” jelas makhluk tersebut sambil menyerahkan
sebuah pedang. Joshua bergidik melihat pedang tersebut. Ia saja belum pernah memegang
pedang, apalagi menggunakannya untuk membunuh seseorang? Namun ia harus tetap
melakukannya demi adiknya. “Baiklah. Siapa yang akan membantuku?” tanya Joshua sambil
melirik ke arah makhluk hijau tersebut. “Kami, Noc Smuggle tidak bisa membantumu karena
kami tidak bisa memasuki daerah kekuasaan Morta,” jelas Noc Smuggle yang bernama Vodo.

Setelah mendengarkan pengakuan Vodo, Joshua pergi dengan sebilah pedang di tangannya.
Ia berjalan menyusuri hutan yang mulai gelap. Suasana di sepanjang jalan sangat
menyeramkan. Saat ia sudah letih berjalan, tiba-tiba ada seekor makhluk besar yang lebih
mirip seperti serigala menyerang Joshua. Joshua sangat ketakutan sehingga ia berlari
kencang. Namun hewan tersebut tetap mengejar Joshua sampai ia tak kuat untuk berlari lagi
dan memilih untuk menyerangnya. Makhluk tersebut meloncat ke arah Joshua dan sebelum ia
sempat melukai Joshua, makhluk tersebut sudah jatuh tersungkur ke bawah. Tangan Joshua
sekarang sedang memegang pedang berlumuran darah. Ia telah berhasil membunuh hewan
tersebut. Lalu ia melanjutkan perjalanan kembali dengan hati-hati.

Di sepanjang perjalanan banyak sekali suara-suara yang membuat Joshua takut, suara-suara
yang melenyapkan semangat. Ia hampir terbuai dengan suara menyedihkan tersebut. Namun,
kata hatinya membuat ia berhasil mencapai Kerajaan Morta, kerajaan sang iblis wanita.
Gerbang hitam yang melindungi kerajaan tersebut terbuka dengan sendirinya saat Joshua
akan menggapai gerbang besi tua tersebut. Ia masuk perlahan-lahan melewati ruangan yang
sangat besar namun bernuansa kelam. Dinaikinya ratusan tangga agar bisa mencapai atas dan
menemukan adiknya dalam keadaan selamat. Setelah mencapai bangunan paling atas, Joshua
melihat seorang gadis yang tak salah lagi adalah adiknya sedang tertidur di atas kursi mewah
yang besar. Tanpa buang waktu, ia langsung menghampiri adiknya dan memeluknya dengan
penuh rasa khawatir. Namun tubuh yang sedang ia peluk terasa sangat dingin. Ia ketakutan.
Apa yang terjadi dengan adiknya saat ini?

“Ada tamu yang tak diundang hadir di sini,” suara seseorang mengejutkan Joshua.
Joshua menoleh setelah menghapus air matanya.
“Apa yang telah kau lakukan pada Adikku?” Tanya Joshua dengan marah.
“Aku akan mengganti rohnya dengan roh pengikutku yang telah mati agar bisa menguasai
dunia bersamaku!” teriaknya dengan tawanya yang menakutkan.
“Kau tak bisa lakukan itu iblis!” geram Joshua sambil berlari mengarahkan pedangnya ke
arah Morta.

Namun, Morta mendahuluinya dan menangkis pedang Joshua dengan tongkatnya hingga
pedang Joshua terlempar jauh. “Tak ada yang bisa melukaiku! Tak ada yang bisa
mengalahkanku!” teriaknya sambil mengangkat tongkatnya ke atas. Tiba-tiba sebuah almari
terangkat ke atas dan dalam sekejap hancur berkeping-keping di bawah. Cermin yang ada di
sebelah almari pun juga sama. Dilambungkan ke atas lalu dihancurkan ke bawah.
Kesempatan Joshua untuk mengambil pedangnya dan mengakhirinya. Namun saat Joshua
akan menyerang Morta dari belakang, Morta mendahuluinya lagi dan sekarang tubuh Joshua
terpental di dekat pecahan cermin dan pedangnya terlempar jauh darinya lagi. “Kau tak
mungkin bisa membunuhku bocah kecil!” ucapnya sambil mengarahkan tongkatnya ke arah
Joshua.

Dengan sigap, Joshua mengambil sebuah serpihan cermin yang agak besar untuk
melindunginya dari serangan tongkat Morta. Dan berhasil! Morta lenyap terkena pantulan
sinar tongkat miliknya sendiri. Tiba-tiba adiknya bangun dan menangis melihat kakaknya
berlumuran darah kering. Lalu mereka bersama-sama menuju pintu ke luar dan pergi
menemui Noc Smuggle. Akhirnya dengan bantuan Noc Smuggle, mereka dapat kembali ke
dunia mereka. Kakeknya sangat senang melihat dua cucunya sedang dalam perjalanan dari
kebun.

Joshua dan Callie saling menceritakan kisahnya sendiri-sendiri kepada kakeknya yang
ternyata pernah mengunjungi dunia Noc Smuggle. Joddie masih di gudang saat Joshua dan
Callie sedang sibuk bercerita. Ia masih penasaran dengan buku kuno yang terbuka pada
bagian mantera yang pernah dibaca Callie. Lalu tanpa sengaja ia membaca mantera tersebut.
Tiba-tiba saja sebuah cahaya dari pohon apel tua tersebut muncul dan Joddie hilang menuju
ke dunia Noc Smuggle.

Anda mungkin juga menyukai