Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SYOK HIPOVOLEMIK

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya
gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana
untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji
segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka
(hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner &
Suddarth,2002).

Menurut data World Healt Organization(2007)persentase angka kejadian


syok hipovolemik dibandingkan dngan syok jenis lainnya mencapai 35%. Shock
hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (shock
hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian di Negara
Negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu penyabab terjadinya
shock hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat kecelakaan. Menurut
WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya 5 juta
kematian diseluruh dunia. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami
syok hipovolemik di Rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai
6% Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di
rumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36%. Syok
hipovolemik juga terjadi pada wanita dengan perdarahan karena kasus obsetri,
angka kematian akibat syok hipovolemik mencapai 500.000 per tahun dan 99%
kematian tersebut terjadi di Negara berkembang. Sebagian besar penderita syok
hipovolemik akibat perdarahan meninggal setelah beberapa jam terjadinya
perdarahan karena tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dan adekuat. Diare
pada balita juga merupakan salah satu penyebab terjadninya syok hipovolemik.
Menurut WHO, angka kematian akibat diare yang disertai syok hipovolemik pada
balita di Brazil mencapai 800.000 jiwa. Sebagian besar penderita meninggal karena
tidak mendapat penganagan pada waktu yang tepat. Penatalaksanaan syok
hipovolemik yang adekuat terutama pada fase kompensata akan memberikan
outcome yang cukup baik.(Daljith Sing, 2005)
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume
darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Kondisi ini yang dapat disebabkan
karena akibat terjadi perdarahan yang masif / kehilangan plasma darah. Menurut
Manual of critical care nursing (2001) Syock hipovolemik terjadi karena
menurunnya volume intravaskuler dimana kompensasi tidak dapat
memepertahankan kecukupan perfusi jaringan serta fungsi normal. (PERBIDKES,
2015,¶http://www.perbidkes.com/2015/10/syok-hipovolemik-pengertian-
gejala.htmldiakses Tanggal 22 April 2017).

Syok hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar


20% dari volume total. Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok
hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irreversible pada organ dan
system.Syok hipovolemik sendiri bergantungpada efisiensi mekanisme
kompensasiseseorang dan kecepatan kehilangan darah.Tanda dan gejala syok
hipovolemik harus dimonitor oleh perawat secara berkala. Sebagaiperawat harus
mengenal dan mempunyaikemampuan atau kecakapan untuk menanganikondisi ini,
disetiap tempat/ruangan. Perawatharus memberikan intervensi yang tepat
ataumanajemen kegawatdaruratan untukmengobati syok hipovolemik.(Dewi
dkk,2010,¶Kegawatdaruratan Syok Hipovolemikhttp://publikasiilmiah.ums.ac.id
diakses Tanggal 22 April 2017)

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari Syok hipovolemik?
2. Apa saja etiologi dari Syok hipovolemik?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari Syok hipovolemik?
4. Bagaimana manifestasi klinis Syok hipovolemik?
5. Bagaimana penatalaksaan Syok hipovolemik?
6. Bagaimana asuhan keperawatan Syok hipovolemik?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Syok hipovolemik
2. Untuk mengetahui etiologi dari Syok hipovolemik
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Syok hipovolemik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Syok hipovolemik
5. Untuk mengetahui penatalaksaan Syok hipovolemik
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Syok hipovolemik
D. MANFAAT PENULISAN
a) Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan
menambah wawasan khususnya tentang Syok hipovolemik dan ruang lingkupnya
b) Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama
mengenai konsep tentang Syok hipovolemik dan ruang lingkupnya dalam bidang
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan
akibat gangguan mekanisme homeostasis (Toni Ashadi,2006).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berahir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi
yang tidak adekuat (Taufan dkk, 2015).
Shock hipovolemic merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah atau
cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.Penyebab terjadiya syok
hipoolemik diantaranya adalah diare, Luka bakar, Muntah (dehidrasi),dan trauma
maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik merupakan salah satu jenis
syok dengan angka kejadian yang terbanyak dibandingkan syok lainnya (Daljith
Sing, 2005).
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan
tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak
adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan.
Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisacedera.(Az Rifki, 2006).

B. Etiologi
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
yang besar. Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan
atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
1) Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
2) Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addison
3) Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis
C. Manifestasi klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.
Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan
jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup
besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni
Ashadi, 2006).

Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:


1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke
mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

D. Patofisiologi
Tahap-tahap syok:
Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat
keseriusan, Menurut Guyton, (1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu:
a. Tahap nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi
sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa
dibantu terapi dari luar.
b. Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian.
c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga
semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita,
meskipun pada saat itu, orang tersebut masih hidup.
E. Pathway

Hipovolemiaabsolut Hipovolemia relatif


(Seperti: Infeksi Virus Dengue)

Terbentuk komplek antigen-antibodi

Mengaktivasi sistem komplemen

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)

Melepaskan histamin

Permeabilitas membran meningkat

Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi


 Kekurangan volume cairan

Berkurangnya volume sirkulasi

Sroke volume menurun

Cardiac output menurun

 Penurunan curah jantung

( Sylvia A Price, 2006)


F. Penatalaksanaan

a. Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan
ventilator tambahan sesuai kebutuhan.
b. Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat
sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki
hipotensi, dan mempertahankan perfusi jaringan.
1) Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan
untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan
vena sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari
pembacaan data dasar; kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume
cairan darurat.
2) Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer.
Dua atau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantiaqn cairan cepat dan
pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian
volume.
 Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau
lebih kateter mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan
pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada
penggantian volume.
 Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia,
golongan darah dan pencocokan silang, dan hemtokrit.
 Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat
pada tingkat yang memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai
terdapat perbaikan pada kondisi klinis pasien.
3) Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan
ini mendekati komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan
osmolalitasnya, sediakan waktu untuk pemeriksaan golongan darah danm
pencocockan silang, perbaiki sirkulasi, dan bertindak sebgai tambahan
terapi komponen darah.
4) Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat
kehilangan darah telah parah atau pasien terus mengalami hemoragi.
5) Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan
hematokrit sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan
6) Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan
memberi cairan dan darah sesuai ketentuan.
c. Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30 menit,
volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
d. Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok.
e. Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total-tekanan
darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit,
Hb, gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon pasien
terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis
kecenderungan menytakan perbaikan atau pentimpangan pasien.
f. Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan
mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada
pasien dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu.
g. Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti dopamen)
untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler.
h. Dukung mekanisme devensif tubuh
1) Tenangkan dan nyamankan pasien: sedasi mungkin perlu untuk
menghilangkan rasa khawatir.
2) Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau narkotik.
3) Pertahankan suhu tubuh :
 Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi yang merupakan mekanisme
kompensasi tubuh dari vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya
caiiran karena perspirasi.
 Pasien yang mengalami septik harus dijaga tetap dingin: demam tinggi
meningkatkan efek metabolik selular terhadap syok.

G. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan
yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
H. Primari survay
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam
nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal (baseline
recordings) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus
diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan
penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.

1. Airway dan breathing


Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
2. Sirkulasi - kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat,
memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.
Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung
pada tempat pendarahan. PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat
digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau
ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat.
Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang
diperlukan. Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan
internal.
3. Disability – pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,
pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan
neurologi dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral
tidak selalu disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan
perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai
sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.
4. Exposure – pemeriksaan lengkap
Setelah mengurus prioritas- prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita
harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian
dari mencari cidera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting mencegah
hipotermia.
I. Sekunder survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik dilakukan
dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar (minimun 16 gaguage)
sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding lirus
dengan empat kali radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum
poiseuille). Karena itu lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat
memasukkan cairan terbesar dengan cepat.
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan
bawah atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkunkan
pembulu darah periver, maka digunakan akses pembulu sentral (vena-vena
femuralis, jugularis atau vena subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan
tektik seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena dikaki, tergantung
tingkat ketrampilan dokternya. Seringkali akses vena sentral didalam situasi gawat
darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu tidak seratus persen steril,
karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka jalur vena sentral ini
harus diubah atau diperbaiki.Juga harus dipertimbangkan potensi untuk komplikasi
yang serius sehubungan dengan usaha penempatan kateter vena sentral, yaitu
pneumo- atau hemotorak, pada penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil.
Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-osseus harus
dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral. Faktor penentu yang penting untuk
memilih prosedur atau caranya adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan
dokternya.
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
crossmatch, pemerikasaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan
tes kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan
pada saat ini. Foto torak haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia
atau vena jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan
terjadinya pneumo atau hemotorak.

J. Tersieri survey
Terapi awal cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskuler dalam wakti singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler dengan
cara menggantikan kehilangan cairan berikutnya kedalam ruang intersisial dan
intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis
adalah pilihan kedua. Walaupun NaCL fisiologis merupakan pengganti cairan
terbaik namun cairan ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis hiperkloremik.
Kemungkinan ini bertambah besar bila fungi ginjalnya kurang baik.

Tabel 1. Jenis-jenis Cairan Kristaloid untuk Resusitasi

Cairan Na+ K+ Cl- Ca++ HCO3 Tekanan


(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) Osmotik
mOsm/L

Ringer 130 4 109 3 28* 273


Laktat

Ringer 130 4 109 3 28: 273


Asetat

NaCl 154 - 154 - - 308


0.9%

* sebagai laktat
: sebagai asetat

K. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan b/d output berlebih
2. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
3. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan suplay darah ke jaringan.
4. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload
5. Gangguan pola eliminasi urine b/d Oliguria.
6. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai pengobatan
(Doengoes, 2012)
L. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status volume cairan ( TD,
volume cairan keperawatandiharapkan FJ, FP, suhu, bunyi jantung)
b/d output kekurangan volume cairan setiap 1 jam.
berlebih klien dapat teratasi, dengan 2. Obserfasi tingkat kesadaran
kriteria hasil : 3. Monitor masukan dan haluaran
urine
 Terbebas dari kelelahan,
4. Berikan cairan IV sesuai
kecemasan atau
instruksi.
kebingungan
5. Monitor irama jantung
 Menjelaskanindicator
6. Kolaborasi :
kekurangan cairan
 Berikan obat dan elektrolit
 Memelihaara tekanan
sesuai instruksi
vena sentral, tekanan
 Berikan pengobatan β-
kapiler paru, output
adrenerjik sesuai instruksi
jantung dan vital sing
dalam batas normal

2 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan


nafas tidak keperawatan diharapkan pola kedalaman. Catat upaya
efektif b/d nafas klien kembali normal, pernafasan, contoh adanya
penurunan dengan kriteria hasil: dispnea, penggunaan alat bantu
ekspansi paru nafas
 Area paru bersih
2. Tinggikan kepala tempat tidur,
 Bebas sianosis dan tanda
letakkan pada posisi duduk tinggi
atau gejala lain dari
atau semi fowler
hipoksia dengan bunyi
3. Dorong pasien untuk
nafas sama secara
berpartisipasi selama nafas dalam,
bilateral
gunakan alat bantu (meniup
botol), dan batuk sesuai indikasi
4. Auskultasi bunyi nafas. Catat area
yang menurun/ tidak ada bunyi
nafas dan adanya bunyi tanbahan,
contoh krekels atau ronchi
5. Beri bantuan ventilator tambahan
sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :

Catat respon terhadap latihan


nafas dalam atau pengobatan
pernafasan lain, catat bunyi nafas
(sebelum /sesudah pengobatan)

3 Perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda vital, palpasi nadi


perfusijaringn keperawatan diharapkan perifer, perhatikan kekuatan dan
b/d penurunan klien dapat: kesamaan
suplay darah ke 2. Lakukan pengkajian
 Klien menunjukkan
jaringan neurovaskuler periodic, contoh
perfusi jaringan yang
sensasi, gerakan, nadi, warna kulit
adekuat
dan suhu.
 Nadi dapat teraba
3. Berikan tekanan langsung pada
 Kulit hangat dan kering
sisi perdarahan, bila terjadi
perdarahan. Hubungi dokter
dengan segera
4. Kaji aliran kapiler, warna kulit
dan kehangatan
5. Kolaborasi
 Berikan cairan IV/produk
darah sesuai indikasi
 Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh: Hb/Ht

4 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda vital, CVP


jantung b/d keperawatan diharapkan perhatikan pengisian kapiler dan
peningkatan Penurunan curah jantung kekuatan nadi perifer
afterload klien dapat teratasi, dengan 2. Awasi pemasukan dan
kriteria hasil : pengeluaran cairan.
3. Perhatikan karakteristik dan
 Mempertahankan curah
frekuensi muntah juga kejadian
jantung untuk menjamin
yang menyertai atau
perfusi jaringan
mencetusnya.
4. Tingkatkan pemasukan cairan
sampai 3 – 4 liter / hari dalam
toleransi
5. Berikan penggantian cairan IV
yang dihitung elektrolit, plasma,
albumin.
6. Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi : anti
emetik, contoh :proklorparazin
( compazin).
5 Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Awasi pemasukan dan
eliminasi urine keperawatan selama 1x 24 pengeluaran serta karakteristik
b/d Oliguria jam diharapkan klien tidak urin
mengalami gangguan 2. Tentukan pola berkemih normal
eliminasi urin .dengan pasien dan perhatikan variasi.
kriteria hasil: 3. Dorong meningkatkan pemasukan
cairan yang adekuat
 Berkemih dengan jumlah
4. Kolaborasi
normal dan pola
 Pertahankanpotensikateter
biasanya
tidak menetap (ureteral, uretra
 Tidak mengalami tanda
atau nefrostomi) bila
obstruksi
menggunakan
 Berikan obat sesuai indikasi,
contoh: asetazolamid
(diamox), Alupurinol
(ziloprim).
 Irigasi dengan asam atau
larutan alkalis sesuai indikasi

6 Kurangnya Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang prognosis dan harapan


pengetahuan b/d keperawatan, diharapkan yang akan dating
kurangnya pasien memahami tentang 2. Tentukan apakah pasien
informasi pengobatan dengan kriteria mengetahui tentang kondisi
mengenai hasil sebagai berikut: dirinya.
pengobatan 3. Identifikasi tanda/gejala yang
 Klien menyatakan
memerlukan evaluasi medik,
kondisi, prognosis, dan
contoh perubahan pada sensasi
pengobatan
gerakan, warna kulit,
 Klien dapat melakukan
4. Jaga agar klien mendapatkan
dengan benar prosedur
informasi yang benar tentang
yang diperlukan dan
penyakitnya
menjelaskan alasan
5. Peragakan penerapan terapi yang
tindakan
diprogramkan
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.H DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST


PARTUM HEMORAGI DENGAN SYOK HIPOVOLEMI DIRUANG ICU
RSUD.JEND.A.YANI METRO TANGGAL 31 MARET-01 APRIL 2017

I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 31 Maret 2017
Tanggal pengkajian : 31 Maret 2017

A. Identitas pasien
1. Nama : Ny. H
2. Umur : 26 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : IRT
6. Alamat : Marga Tiga Lampung Timur
7. Diagnosa Medis : Post Partum Hemoragi dengan Syok Hipovolemi
8. No. Register : 312013

Identitas penanggung jawab


1. Nama : Tn. C
2. Umur : 27 Tahun
3. Alamat : Marga Tiga Lampung Timur
4. Hubungan : Suami

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Perdarahan hebat pervagina
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien rujukan dari RB Asih datang ke IGD RSUD.Jend.A.Yani Metro di
antar keluarganya dan tim rujuk RB Asih pada Tanggal 31 Maret 2017 pukul
19.05 WIB dengan perdarahan hebat post partum. Klien di antar ke ruang icu
pada tanggal 31 Maret 2017 pukul 19.20 WIB dengan keadaan umum lemah,
perdarahan hebat pervagina, akral dingin, anemis, sianosis pada ekstermitas,
IVFD RL 30 tetes/menit 2 line pada tangan kanan dan kiri, riwayat
kehamilan G1P0A0, gravid post date, klien post partum spontan 2 jam yang
lalu dan post manual plasenta di RB Asih. Jumlah perdarahan pervagina saat
pengkajian 600cc, Tinggi Fundus Uteri(TFU) sepusat, Kesadaran Somnolent
GCS 10 (E 4, M 6, V 5). Hasil Tanda-tanda vital TD 89/48 mmHg MAP 62,
HR 162 x/menit, T 35,8°C, SPO2 98%. Terpasang Dower cateter dengan
urine sedikit dan keruh.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga menyatakan sebelumnya klien belum pernah dirawat di Rumah
Sakit. Selama hamil klien rajin periksa ke dokter kandungan dan bidan
terdekat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti Hipertensi, jantung, DM, dan sakit menular seperti TBC
dan Hepatitis. Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita sakit yang diderita klien sekarang

II. PENGKAJIAN PRIMER


A. Airway
Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan, tidak ada tanda-tanda pendarahan jalan
nafas.
B. Breathing
Pernafasan lemah, RR 14x/menit, pengembangan dada kanan atau kiri lemah,
terdengar suara nafas Ronchi +/+.
C. Circulation
 TD 89/48 mmHg MAP 62
 CRT 5 detik
 HR 162x/menit
 Konjungtiva anemis
 Nadi teraba lemah dan cepat
 Mukosa bibir pucat
 T 35,8 °C
 Sianosis pada ekstermitas
 Sianosis pada ujung kuku
 Akral dingin
 Urine sedikit keruh dan pekat
 SpO2 98%
 Pendarahan hebat pervagina = 600cc
D. Disability
 GCS 10 (E3,M4,V3)
 Kesadaran somnolent
 Reflek cahaya +/+
 Pupil isokor dengan ukuran 2mm / 2mm
E. Eksposure
 Sianosis pada ekstermitas
 Sianosis pada ujung kuku
 Luka episiotomy
 Ruptur porsio

III. PENGKAJIAN SEKUNDER


A. Tanda-tanda Vital
Tanggal/Jam TD MAP HR SPO2 RR SUHU

31 maret 20017
19.20 89/48 mmHg 62 162x/mnt 98% 14x/mnt 35,8°C
20.00 126/46 mmHg 85 152x/mnt 100% 16x/mnt 35,6°C
21.00 128/86 mmHg 88 147x/mnt 100% 14x/mnt 36,3°C

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Warna rambut hitam, kulit kepala bersih tidak ada jejas/memar
2. Mata
Konjungtiva anemis, pupil isokor 2mm/2mm, reflek cahaya +/+, sklera an
ikterik
3. Telinga
Telinga simetris, bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
dengar
4. Hidung
Hidung bersih, tidak ada sekret
5. Mulut
Mukosa bibir pucat
6. Leher
Tidak ada jejas/memar, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis
7. Thorak
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, pergerakan dada simetris
Palpasi : Letak ictus cordis ada spatium intercosta V
Perkusi : Perkusi batas jantung tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung lemag, S1 dan S2 Lup dup
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris,
pernafasan
lemah, frekuensi 14x/menit
Palpasi : Tidak ada kripitasi paru
Perkusi : Thimpani
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ada tambahan suara ronchi +/+
8. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas dan memar
Auskultasi : Bising usus lemah 2x/menit
Perkusi : Tympani, kembung (+)
Palpasi : Teraba pembesaran pada uterus
9. Ekstermitas
Tidak mampu mengangkat tangan dan kaki kekuatan otot ekstermitas atas
dan bawah lemah, akal dingin dan pucat, IVFD RL 30 tetes dua line pada
tangan kanan dan kiri, sianosis pada ekstermitas dan ujung kuku.
10. Genitalia
Luka episistomi (+), ruptur porsio, keluar darah pervagina, terpasang tampon
vagina dan kondom balon tampan, terpasang dower cateter.

C. Pola Eliminasi
a. Urine
Tanggal/jam Frekuensi Refensi Lukontinesia Jumlah Warna
31 maret 2017
19.00 - - - 20cc Kuning pekat
20.00 - - - - -
21.00 - - - - -
b. Fekal
Tanggal / jam Frekuensi BAB Warna Konsistensi
31 Maret 2017
19.00 - - -
20.00 - - -
21.00 - - -
01 April 2017
05.00 Melena 150 cc Merah kehitaman Cair

D. Tingkat Kesadaran
1) GCS

Tanggal Eye (E) Motorik (M) Verbal (V) Total


31 maret 2017
19.00 3 4 5 10
20.00 Dpo Dpo Dpo -
21.00 Dpo Dpo Dpo -

2) Status Kesadaran

Tanggal/Jam CM Apatis Somnolent Sopor Soporocoma Coma


31-03-2017
19.20 Wib √
20.00 Wib DPO DPO DPO DPO DPO DPO
21.00 Wib DPO DPO DPO DPO DPO DPO

E. Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan klien menurut indoks KATZ
Aktivitas
Tanggal/Jam
Hygiene Berpakaian Eliminasi Mobilisasi Kontinea Makan Keterangan
31-03-2017 6
(Ketergantungan
19.00 Wib √ √ √ √ √ √ total)
20.00 Wib √ √ √ √ √ √ 6
21.00 Wib √ √ √ √ √ √ 6
F. Status Nutrisi dan Cairan
1. Asupan Nutrisi : Os dipuaskan
2. Cairan / 24 jam
Tanggal / jam Intake Output Balance Cairan
31 - 03 -2017
19.20 RL 500 cc
Nacl 30 cc URIN 20 cc
20.00 WB 350 cc DARAH 600 cc
Nacl 50 cc
21.00 - -
22.00 WB 350 cc DARAH 600 cc
Nacl 50 cc
23.00 WB 350.00 cc
Nacl 50 cc
24.00 RL 500 cc
WB 350 cc
Nacl 50 cc IWL = (10xBB) x Jam Dinas
01 April 2017
01.00 Nacl 50 cc DARAH 200 cc IWL (10x70) x 12
02.00 RL 150 cc IWL = 350
03.00 Wb 350 cc
Dobu 50 cc Total Input = 3300
04.00 - Output = 1920+350
05.00 - BAB/Melena 150 Cair
06.00 RL 350 cc Darah 50 cc Balance = input-output
Nacl 50 cc NGT 250 = 3.300 – 2.270
Dobu 20 cc

Total 3.300 1920 cc +1.030


G. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Tanggal 31 maret 2017
Pemeriksaan Hasil Normal
Leukosit 22.27 ribu /ML 5 – 10 ribu / ml
Eritosit 1,47 juta Ml 3,08 – 5,05 juta / ml
Hb 4,2 g /dl 12 – 16,5 g /dl
Ht 10,9 % 37 – 48 %
Trombosit 167 ribu / ML 150 – 450 ribu / ml
Masa Pendarahan 3,30” menit 1’00” – 6’00” menit
Masa Pembekuan 14’00” menit 9’00” – 15’00” menit
GDS 218 < 140
Ureum 20 mg/dl 15 – 40 mg /dl
Creatinin 1,3 mg/dl 0,6 – 1,1 mg / dl
SGOT 33 m/l <31 m/l
SGPT 14 m/l <31 m/l
HBsAg Non Reaktif Non reaktif

H. Therapy
Tanggal /
No Therapy Tanggal /jam Tanggal / jam
jam
1 Ceptriato 1gr 2x1 31-3-2017/22.00 -
2 Gentamicin 80 mg 2x80 mg IV 31-3-2017/22.00 -
3 Matronidazole 500 mg 3x1 IV inf 31-3-2017/22.00 -
4 Kalnex 500 mg 3x1000 mg IV 31-3-2017/19.00 1-4-2017/05.00
5 Vit-c 1000 mg 3x1 IV - -
6 Dexametasone 5 mg 3x1 IV - -
7 Debutamin 50 mg (10mg) 31-3-2017/19.300 -
8 Raivas 1 mg (0,1 mg) 31-3-2017/20.00 -
9 Misoprostol 2 tab – rektal 31-3-2017/23.00 -
10 Ca. Gluconas 100 mg IV 1-4-2017/04.00
11 Epineprin 1 mg 1-4-2017/07.00
ANALISA DATA

Nama : Ny. H No MR : 312013


Usia : 26 Th Dx. Medis : Post partum hemoragi dengan syok
hipovolemi

No Data Fokus Masalah Etiologi


1 Ds : -
Do : Kurangnya volume cairan Kehilangan vaskuler
 Keadaan umum lemah tubuh berlebih
 Kesadaran somnolent
 GCS 10 ( E3, M4, V3 )
 TD 89/48 mmHg MAP 62
 HR 162x/menit, T 35,8°C,
RR 14x/menit, SpO2 98%
 Perdarahan pervagina dengan
jumlah 600cc
 Nadi teraba lemah dan cepat
 Urine sedikit dan keruh
 Mukosa bibir kering dan pucat
 Hb 4,2 g/dl
Ht 10,9 %
Tr 167 ribu/ul

2 Ds : -
D0 : Polanafas tidak efekti Penurunan ekspansi
 Pernafasan lemah paru
 Frekuensi pernafasan 14x/menit
 Kesadaran somnolent GCS 10 (E3,
M4, V3)
 TTV TD 89/48 mmHg MAP 62,
HR 162x/menit, T 35,8°C,
RR 14x/menit, SpO2 98%
 Auskultasi terdengar ronchi +/+

3 Ds : -
Do : Perubahan perfusi Hipovolemi
 TTV TD 89/48 mmHg MAP 62, jaringan perifer
HR 162x/menit, T 35,8°C,
RR 14x/menit, SpO2 98%
 Konjungtiva an anemis
 Mukosa bibir pucat
 Akral dingin
 Sianosis pada ekstermitas
 Sianosis pada ujung kuku
 CRT 5 detik
 Hb 4,2 g/dl

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. H No MR : 312013


Usia : 26 Th Dx. Medis : Post partum hemoragi dengan syok
hipovolemi

No Diagnosa Keperawatan Tanda Tangan


1. Kurangnya volume cairan b . d kehilangan vaskular berlebihan

2. Pola nafas tidak efektif b . d penurunan ekspansi paru

3. Perubahan perfusi jaringan perifer b . d hipovolemi


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. H No MR : 312013


Usia : 26 Th Dx. Medis : Post partum hemoragi dengan syok
hipovolemi

No DX.keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Ttd


1. Kurang volume cairan tubuh Tujuan : 1. Observasi keadaan umum,
b-d kehilangan vaskular Menunjukan volume tanda-tanda vital dan
berlebihan ditandai dengan : cairan tubuh kembali tingkat kesadaran, nilai
 Keadaan umum lemah adekuat GCS
 Kesadaran somnolent Kriteria hasil : 2. Kaji dan catat jumlah
 GCS 10 ( E3, M4, V3 )  Pengisian kapiler perdarahan
 TD 89/48 mmHg MAP cepat/CRT <2 detik 3. Kaji lokasi uterus dan
62  TTV stabil = TD drajat/tinggi fundus uteri
 HR 162x/menit, 110/70-120/80 mmHg, 4. Perhatikan hipotensi
T 35,8°C, RR Nadi 80-100x/menit, /takikardi, pelambatan
14x/menit, SpO2 98% Suhu 36-37 RR 16- pengisian kapiler (CRT)
 Perdarahan pervagina 20x/menit atau sianosis dasar kuku,
dengan jumlah 600cc  Membran mukosa membran mukosa dan bibir
 Nadi teraba lemah dan lembab 5. Observasi masukan
cepat  Sianosis (-) haluaran urin
 Urine sedikit dan keruh  Sirkulasi adekuat 6. Pemberian infus melalui
 Mukosa bibir kering  Intake output vena, berikan produk darah.
dan pucat seimbang 7. Kolaborasi berikan terapi
 Hb 4,2 g/dl sesuai indikasi, oksitosin,
Ht 10,9 % metergin/metilergononovin
Tr 167 ribu/ul maleat, prostaglandin Fa.
8. Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi
; Hb, Ht, Tr.
2. Pola nafas tidak efektif b.d Tujuan : 1. Kaji pola nafas, frekuensi
penurunan ekspansi paru pasien dapat dan irama pernafasan
ditandai dengan : Ds : - mempertahankan pola 2. Tinggikan kepala tempat
D0 : pernafasan yang efektif tidur ( Head up 15-40° )
 Pernafasan lemah Kriteria hasil : 3. Kaji tanda vital dan tingkat
 Frekuensi pernafasan  Frekuensi,irama kesadaran
14x/menit pernafasan normal 4. Auskultasi dada secara
 Kesadaran somnolent  RR normal 16 - periodik bunyi nafas
GCS 10 (E3, M4, V3) 20x/menit tambahan, keseimbangan
 TTV TD 89/48 mmHg gerakan dada
MAP 62, HR 5. Kolaborasi
162x/menit, T 35,8°C, - Pemberian terapi sesuai
RR 14x/menit, SpO2 indikasi ; pemberian
98% sedasi
 Auskultasi terdengar - Pemberian bantuan
ronchi +/+ ventilasi mekanik melalui
ventilator
3. Perubahan perfusi penfer Tujuan : 1. Pantau TTV dan tingkat
b.d hipovolemi ditandai Perfusi jaringan kembali kesadaran
dengan : adekuat 2. Kaji frekuensi pernafasan,
Ds : - Kriteria hasil: kedalaman dan kualitas,
Do :  TTV dalam batas perhatikan dyspnoe
 TTV TD 89/48 mmHg normal TD 120/80 3. Kaji warna dasar kulit ,CRT,
MAP 62, HR mmHg, RR 18- mukosa mulut dan warna
162x/menit, T 35,8°C, 20x/mnt, T 36-37°C, bibir
RR 14x/menit, SpO2 Nadi 80-100x/mnt 4. Monitor saturasi oksigen
98%  Hb 12-14 g/dl, Ht 35- 5. Pantau frekuensi dan irama
 Konjungtiva an anemis 54 gr% jantung, perhatikan disritmia
 Mukosa bibir pucat  Sianosis (-) 6. Pantau kecondongan pada
 Akral dingin  Akral hangat tekanan darah, mencatat
 Sianosis pada  Kesadaran perkembangan hipotensi dan
ekstermitas composmetis perubahan kontraktilitas
 Sianosis pada ujung 7. Pantau Hb Ht sebelum dan
kuku sesudah kehilangan darah
 CRT 5 detik 8. Kolaborasi
 Hb 4,2 g/dl - Terapi sesuai indikasi ;
pemberian inotropik seperti
dopamine
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. H No MR : 312013


Usia : 26 Th Dx. Medis : Post partum hemoragi dengan syok
hipovolemi
Hari ke I
No Hari Implementasi TTD Evaluasi
DX tanggal/jam
1 Jum’at Jum’at, 31/03/17
31/03/17 S: -
19.20 1. Menerima pasien baru 0:
19.25 2. Mengobservasi keadaan - KU lemah
umum, ttv, tingkat - TTV TD 89/48
kesadaran dan nilai GCS mmHg MAP 62, HR 162
19.30 3. Mengkaji dan mencatat x/menit. RR:14x/menit,
jumlah perdarahan T: 35,8, Spo2 90%
19.33 4. Memonitor - Kesadaran somnolet
hipotensi/takikardi/ - GCS 10 (E3, M4,V3)
Perlambatan pengisisan - Perdarahan pervagina 600
kapiler (CRT), sianosis cc
dasar kuku, membran - CRT 5 detik
mukosa bibir. - Sianosi pada kuku
19.38 5. Mengobservasi masukan - Membran mukosa bibir
dan keluaran urin pucat dan kering
19.40 6. Memberikan cairan NaCl - Terpasang DC urin keluar
infus kemudian tranfusi sedikit 20 cc warna pekat
darah - Terpasang infus 2 line:
19.45 7. Melakukan kolaborasi tangan kanan IVFD RL
a. Oksitosin Dripp 2 500 cc drip oksitosin 2
amp (2 ml) dalam 500 amp 30 tetes/menit,
cc RL 30 tetes/menit tangan kiri tranfusi darah
b. Memasang tampon WB 250 cc 30 tetes/menit
vagina berjumlah 3 - Pemasang tampon vagina
19.55 8. Memantau hasil berjumlah 3
laboratorium ;Hb;Ht;Tr - Lab : Hb 4,2 g/dl, Ht :
10,9 % , Tr 167 ribu/ml
A. Masalah kekurangan
volume
cairan tubuh belum teratasi
P. Lanjutkan intervensi No.
2,3,4,5,6,7b (Pemasangan
tampon dengan balon
kondom)

II 31/03/17 Jum’at, 31/03/17


S:-
Pkl 19.30 1. Mengkaji pola nafas, O:
frekuensi dan irama - Nafas lemah, frekuensi
pernafasan 14x/menit
19.35 2. Mengkaji TTV dan status - TTV TD 92/48 mmHg
kesadaran MAP 68, HR
19.40 3. Mengatur posisi pasien 124x/menit, T 36°C,
(Posis datar SpO2 99%
terlentang,memberi - GCS dan kesadaran
ganjalan plabot dibawah dalam pengaruh obat
bahu, Head tilt) sedasi
19.43 4. Mengauskultasi dada - Posisi terlentang
19.55 5. Melakukan kolaborasi - Terdengar suara ronchi
dengan dokter : +/+
- Melakukan ventilasi - Klien terpasang ETT
dengan No 7 dengan
BVM/ambubeg kedalaman 21 cm
- Terapi sedasi ; - Pernafasan By
Ketamin 100 mg IV, Ventilator dengan
Tramus 15 mg IV Mode PC. SIMV,
- Pemasangan ETT No 7 FiO2 100%, RR
dengan kedalaman 21 setting 14x/menit
20.10 cm A : Pola nafas teratasi sebagian
6. Mengatur settingan P : Lanjutkan intervensi No.
ventilator dengan mode 1,2,3
pc.simv, Fio2 100%, RR dengan tambahan intervensi :
setting 14, kemudian - Monitor settingan
menyambungkan ETT ke ventilator secara rutin
ventilator - Monitor efektifitas
ventilator pada pasien
- Posisikan pasien pada
posisi yang nyaman (
Head up 30°, pasang
penghalang bed,
Restrain pasien )
- Pemasangan NGT
- Lakukan suction jika
perlu
III 31/03/17 Jum’at, 31/03/17
1. Memantau TTV dan S:-
Pkl 19.40 tingkat kesadaran O:
2. Mengkaji frekuensi - TTV TD 84/42
pernafasan, kedalaman mmHg MAP 62, HR
3. Mengkaji warna kulit, 146x/mnt, T 36°C
CRT, mukosa mulut - Pernafasan mengikuti
dan ujung kuku settingan ventilator
4. Monitor saturasi - Anemis, CRT 5
oksigen detik, mukosa bibir
5. Memantau frekuesi kering dan pucat,
irama jantung sianosis ujung kuku
6. Melakukan kolaborasi - SpO2 100%
pemberian terapi - Bunyi jantung lemah
inotropik : S1dan S2 Lup dup
a. Dobutamin 10 mg - Therapi inotropik :
b. Raivas 0,1 mg Dobutamin 10 mg =
8,4 ml/jam
Raivas 0,1 mg = 5,2
ml/jam
A. Perubahan perfusi
jaringan perifer belum
teratasi
P. Lanjutkan intervensi No
1,2,3,4,5,6
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. H No MR : 312013


Usia : 26 Th Dx. Medis : Post partum hemoragi dengan syok
hipovolemi
Hari ke II
No Hari Implementasi TTD Evaluasi
DX tanggal/jam
1 Sabtu Sabtu, 01/04/17
01/04/17 S: -
07.20 1. Mengobservasi keadaan 0: - Kesadaran coma
umum, ttv, tingkat GCS 3 (E1, M1, V1)
kesadaran dan nilai GCS - TTV TD 82/38 mmHg MAP
07.25 2. Mengobservasi 62, HR 42 x/menit.
perdarahan, CRT, RR:12x/menit, T: 36,3, Spo2
Sianosis dasar kuku, 88%
membran mukosa bibir - Perdarahan pervagina 200 cc,
07.30 3. Mengobserfasi haluaran CRT 5 detik, sianosis dasar
urin kuku, membran mukosa bibir
07.35 4. Memantau hasil Lab. pucat dan kering
darah - Urine tidak keluar
- Laboratorium Hb 8,8 g/dl, Ht
25,5 %, Tr 94.000 ribu/ul
A : Masalah kekurangan volume
cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
No : 1,2,3,4 ditambah
intervensi kolaborasi dengan
dokter : Tranfusi darah sampai
Hb 10 g/dl
II 01/04/17 Sabtu, 01/04/17
Pkl 07.40 1. Mengkaji pola nafas, S:-
frekuensi dan irama O : - Pernafasan lemah/ nafas
07.45 nafas satu-satu
2. Monitor TTV dan status - TTV TD tidak terdeteksi,,
07.50 kesadaran HR 40x/menit, T 35,2°C,
3. Melakukan resusitasi RR 8x/menit SpO2 56%
pernafasan : - Pupil medriasis 4mm/3mm
- Bagging - Reflek cahaya +/+
08.05 - RJP - Resusitasi pernafasan :
4. Melakukan kolaborasi -Kompresi 30x
dengan dokter injeksi -Ventilasi 2x
epineprine 1ml IV Evaluasi selesai 5 siklus
- Injeksi epineprine 1ml IV
A : Pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi No. 1,2,3,
No.4
kolaborasi dengan dokter
injeksi epineprine sampai dosis
maksimal 6ml / 6 ampul IV jika
tidak respon DNR (Do Not
Resusitation)

III 01/04/17 Sabtu, 01/04/17


S:-
Pkl 08.15 1. Monitor TTV dan status O : - TTV TD tidak terdeteksi
kesadaran HR 28x/mnt, RR
08.20 2. Melakukan resusitasi 6x/menit, T 35°C, SPO2
pernafasan : (-)
- Bagging - Pernafasan mengikuti
- RJP settingan ventilator
08.30 3. Melakukan kolaborasi - Pasien apnoe
dengan dokter injeksi - Bagging dan RJP
epineprine 1ml IV - Injeksi epineprine 1 ml
09.25 4. Melakukan pemulasaran IV
sederhana pada jenazah - Pupil medriasis
- Reaksi cahaya -/-
- EKG Asistol
A : Resusitasi tidak berhasil,
pasien
dinyatakan meninggal dunia
pada pukul 09.20 wib
dihadapan dokter, keluarga
dan perawat
P : Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga bisa terjadi
karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir distol yang
akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan
ini juga menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah
dimana terjadi vasokonstriksi oleh ketokolamin sehingga perfusi makin
memburuk.Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengantisipasi penyebab syok serta penatalaksanaan
pada saat pasien mengalami syok

B. Saran
Melalui makalah diatas , adapun saran yang diajukan oleh tim penulis adalah :
1. Dengan mempelajari materi syok hipovolemik mahasiswa keperawatan dapat
melakukan tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera pada
pasien yang mengalami syok
2. Perawata harus melalukan tindakan keperawatan dengan baik pada pasien
penderita syok hipovelemik sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai.
3. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari syok
hipovelemik dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses memberikan asuhan
keperawatan pada pasien penderita syok hipovelemik dapat terlaksana dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Az Rifki, (2006). Kontrol terhadap syok hipovolemik. (online).Http://www.


Kalbefarma. Com / file/cdk/15 penatalaksanaan. (diakses 22 April 2017).

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8, Vol.3). EGC,
Jakarta.

Daljit Singh, (2005). A Clinical Profile of Shock, in Punjab: Indian Pediatric

Dewi dkk (2010), Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. http://publikasiilmiah.


ums.ac.id (diakses Tanggal 22 April 2017)

Doenges, E, Marilynn, Mary Frances Moorhause, Alice C. Geissler. 2012. Rencana


Asuhan Keperawatan. (Edisi 3). EGC, Jakarta.

PERBIDKES (2015), http://www.perbidkes.com/2015/10/syok-hipovolemik-


pengertian-gejala.html (diakses Tanggal 22 April 2017)

Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. (Edisi 4). EGC, Jakarta

Taufan dkk, (2015). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Medikal Book :
Yogyakarta
Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore.
Com/med/.detail-pyk. Phd?id. (diakses 12 Desember 2006).

World Health Organization (2007), estimates developed by WHO, UNICEF, UNFPA,


and the World Bank. Geneva: WHO; 2007. Available from
http://whqlibdoc.who.int/publications/2007/9789241596213_eng.pdf 1 (diakses
Tanggal 22 April 2017)

Anda mungkin juga menyukai