Tugas Geoling-1
Tugas Geoling-1
Kebersihan merupakan salah satu hal penting untuk berbagai hal. Salah satunya air. Air
yang bersih dan tidak tercemar oleh limbah kimia maupun biologi digunakan semua manusia
dari berbagai belahan dunia. Lalu, tahukah Anda apa kriteria agar air dikatakan bersih sehingga
bisa diambil manfaatnya. Sebagaimana kita ketahui, terdapat beberapa indikator kualitas air
bersih, antara lain dari aspek persyarata fisik, kimia dan mikrobiologis. Persyaratan fisik air
bersih antara lain : jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengandung
padatan, temperatur normal (29°C). Persyaratan kimia air bersih antara lain : pH netral (6,8-
9,0), tidak mengandung kimia beracun, tidak mengandung garam atau ion-ion logam
berbahaya, kesadahan rendah, dan tidak mengandung bahan organik. Sedangkan persyaratan
mikrobiologis antara lain : Tidak mengandung bakteri pathogen
Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air
laut dan air fosil. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian.
Menurut Slamet (2007), air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk hidup sehari-hari
antara lain minum, mandi, masak, mencuci. Air juga merupakan sumber dan media
perkembangbiakan bermacam-macam penyakit seperti diare, kholera, disentri, hepatitis A,
thypus, cacingan. Peranan air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam
seperti; air sebagai penyebab mikroba patogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
atau jumlah yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya
dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber air menurut Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, adalah
tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ,
waduk, dan muara.
Seiring meningkatnya kegiatan manusia yang sangat mempengaruhi alam, juga
berimbas pada penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air oleh aktivitas manusia
disebabkan oleh pembuangan limbah rumah tangga, limbah industri, limbah Rumah Sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain yang tidak dikelola dengan baik.
Berbagai dampak penurunan kualitas air tersebut, diantaranya mempengarui derajat
kesehatan masyarakat. Air menjadi media penularan panyakit pada manusia, seperti penyakit
diare, hepatitis, polio, dan sebagainya. Pada penyakit diare, diketahui penyebab penyakit
tersebut dapat bersumber atau ditularkan melalui air yang kualitasnya tidak baik. Penyakit diare
dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air (air yang terkontaminasi oleh bakteri).
Cara penularan penyakit diare yang lain antara lain melalui: melalui vektor penyakit, melalui
tangan yang kontak dengan bakteri, dan melalui tanah yang terkontaminasi. Penyakit ini
menyerang anak-anak karena mereka mengkonsumsi air yang terkontaminasi. Oleh karena itu
kualitas maupun kuantitas air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat harus terlindungi
sehingga tidak menjadi penyebab maupun perantara penularan penyakit.
Karakteristik Fisik dan Kimia Air
A. Syarat fisik, antara lain:
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:
1. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat.
Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Kekeruhan dan warna,
merupakan beberapa karakteristik fisik air
Menurut Effendi (2007), kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri. Kekeruhan pada daerah perairan banyak
disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus.
Tingginya nilai kekeruhan dapat menyebabkan sulitnya usaha penyaringan dan
mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air
Sedangkan menurut Slamet (2007), kekeruhan bisa disebabkan oleh lapukan batuan
dan logam, tanaman atau hewan untuk yang bersifat organik. Zat organik dapat
menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakan bakteri. Bakteri
ini juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan
menambah kekeruhan dalam air (Slamet, 2007).
2. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut Effendi
(2007), warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan
tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik (tanin, lignin,
dan asam humus dari dekomposisi tumbuh-tumbuhan). Warna perairan pada umumnya
disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna di
perairan dapat dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif seperti
aluminium dan besi
Sedangkan menurut Slamet (2007), air minum sebaiknya tidak berwarna untuk
alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mokroorganisme yang berwarna. Selain itu zat organik yang menyebabkan warna
ini jika terkena klor dapar membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun.
Cara penghilangan warna tersebut menurut Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas
Air, bagi Petugas Pembinaan Kesehatan Lingkungan, Depkes RI (1991), antara
lain dengan cara: aerasi, absorpsi dan oksidasi
4. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat.
Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami
dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
5. Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan
menghambat pertumbuhan mikro organisme.
7. Mikrobiologi
Syarat air bersih dari aspek mikrobiologi yang pertama, berkaitan dengan bakteri
pathogen. Air yang bersih tidak memiliki bakteri pathogen di dalamnya. Bakteri
pathogen ini sendiri merupakan bakteri yang bisa menyebabkan penyakit jika masuk ke
tubuh melalui air yang diminum. Poin penting yang kedua berkaitan dengn kuman
penyakit. Kuman yang bisa menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti tipus, disentri,
atau penyakit lainnya juga bisa bersarang di air. Karena itu, penelitian secara
mikrobiologi penting dilakukan agar manusia terhindar dari berbagai resiko kesehatan
oleh kuman dan bakteri.
3. Besi, air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan
rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari
metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan
induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung
didalam air adalah 1,0 mg/l Menurut Slamet (2007), besi atau ferrum (Fe) adalah
metal berwarna keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di dalam air minum Fe
menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan
bakteri besi dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan
hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh
manusia tidak dapat mengekskresi/mengeluarkan Fe, karenanya mereka sering
mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.
Menurut Effendi (2007), keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi
keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri
(Fe3+). Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa
FeCl2, Fe(HCO3), dan Fe(SO4). Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan
domestik, pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan warna kemerahan pada
porselin, bak mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi meningkat dengan
menurunnya pH.
Beberapa karakteristik kadar besi pada air, diantaranya pada air tanah dalam
biasanya memiliki karbondioksida dengan jumlah yang relatif banyak, dicirikan
dengan rendahnya pH, dan biasanya disertai dengan kadar oksigen terlarut yang
rendah atau bahkan terbentuk suasana anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah ferri
karbonat akan larut sehingga terjadi peningkatan kadar besi ferro (Fe2+) di perairan.
5. Zat organic, larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara
makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup diperairan.
6. Sulfat, kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air
yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi
pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
7. Nitrat dan nitrit, pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan
tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk
yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter.
Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit
yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk
methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
8. Klorida (Cl2), Klorida tidak bersifat toksik bagi mahluk hidup, bahkan berperan
dalam pengaturan osmotik sel. Perairan yang digunakan untuk keperluan domestik
termasuk penyediaan air minum sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari
100 mg/l (Effendi, 2007).
Sementara menurut Slamet (2007), klorida adalah senyawa halogen klor (Cl).
Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Di Indonesia digunakan sebagai
desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah yang banyak
menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai
desinfektan, residu klor di dalam penyediaan air bersih sengaja dipelihara. Tetapi
klor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon
(CL-HC) banya diantaranya bersifat karsinogenik, oleh karena di negara maju
proses klorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan lagi (Slamet, 2007).
9. Mangan (Mn), Mangan (Mn) adalah adalah kation logam yang memiliki
karakteristik kimia serupa dengan besi. Pada perairan dengan kondisi anaerob
akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa
mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mangan
dan besi valensi dua hanya terdapat dalam perairan yang memiliki kondisi anaerob.
Sedangkan menurut Slamet (2007), mangan (Mn) adalah metal kelabu kemerahan.
Keracunan seringkali terjadi bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap
logam.
Apabila satu dari dua syarat air bersih tersebut tidak terpenuhi, maka air tersebut
bisa dikategorikan sebagai air yang kurang atau tidak bersih. Sebaliknya, jika telah
memenuhi semua syarat di atas, maka air dikategorikan bersih dan bisa diambil
manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Pasal 1, Ayat:
10. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulaupulau kecil yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km2.
11. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
12. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung.
20. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
21. Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan
24. Pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana sumber daya
air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana sumber
daya air
Depkes RI. 1991. Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air, bagi Petugas Pembinaan Kesehatan
Lingkungan, Ditjen P2PL
Effendi, H, 2007, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan,
Kanisius.
Slamet, J.S, 2007, Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada Pres.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.