Anda di halaman 1dari 2

PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA

Doni Setyawan | Juni 18, 2016 | Masa Awal Kemerdekaan, Sejarah Indonesia | Tidak ada Komentar

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno di damping Hatta


memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hal ini bukan berarti bahwa Indonesia sudah benar-
benar terbebas dari penjajahan. Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia tersebut. Hal ini
berdasarkan bahwa menurut perjanjian antara Jepang dengan Sukutu yang menyatakan bahwa
Jepang wajib menerapkan status quo di Indonesia yaitu status tetap tidak ada perubahan apapun.
Dengan kata lain bahwa Jepang tidak boleh membiarkan bangsa Indonesia merdeka.
Kedatangan Sekutu ke tanah air dibonceng oleh tentara NICA (Belanda) yang ingin kembali
menjajah Indoneisa. Hal tersebut bertentangan dengan semangat kemerdekaan Indonesia. Oleh
karena itu dalam periode 1945-1949, bangsa Indonesia melakukan usaha dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan. Pemerintah dan rakyat bersama-sama dan satu semangat untuk
mengusir Belanda dari Indonesia.

Usaha yang dilakukan dengan dua cari yakni diplomasi dan militer. Jalur diplomasi dipilih
dikarenakan bahwa persenjataan bangsa Indonesia sangat terbatas yakni hasil dari rampasan
Jepang, selain itu jalur diplomasi dipilih juga dikarenakan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.
Diplomasi juga merupakan taktik bangsa Indonesia untuk menarik dukungan internasional yang
mencitrakan bahwa bangsa Indonesia adalah negara suka dengan perdamaian. Beberapa
perungingan yang dilakukan dengan Belanda antara lain: Perundingan Linggarjari, Renville,
Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Strategi dalam mempertahankan kemerdekaan juga melalui jalur militer atau dengan
menggunakan kekuatan fisik. Pada awal kemerdekaan, Indonesia tidak segera membentuk
tentara nasional melainkan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR yang dibentuk
pada tanggal 22 Agustus 1945 tidak memuaskan bagi beberapa kalangan sehingga menuntut
pemerintah untuk membentuk tentara nasional. Maka keluarlah maklumat 5 Oktober 1945 yang
menyatakan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Para pemuda Indonesia sudah memiliki kemampuan dalam militer. Hal ini disebabkan pada masa
pemerintahan Jepang, para pemuda dilatih militer. Kemampuan militer itu kemudian diaplikasikan
dalam menghadapi tentara Belanda. Dengan senjata yang tidak mumpuni bangsa Indonesia
berani menantang Belanda dan Sekutu yang merupakan pemenang Perang Dunia II yang memiliki
senjata canggih. Hal ini menandakan bahwa semangat heroic bangsa Indonesia dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan. Berbagai pertempuran antara lain: Pertempuran Surabaya,
Bandung Lautan Api, Palagan Ambarawa, Medan Area, Puputan di Bali, Serangan umum 1 maret
di Yogyakarta dan berbagai pertempuran lainnya.

Perjuangan secara Diplomasi dan Militer, bagaikan satu keping mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Diplomasi dan militer sangat mendukung dalam upaya mendapatkan pengakuan
kedaulatan. Puncak dari perjuangan tersebut, terjadi Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda. Pemerintah Belanda dan RI duduk satu meja guna membahas pengakuan kedaulatan
Indonesia. Hasilnya adalah Belanda mengakui kedaulatan Indoneisa.
Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan secara bersamaan, baik di Indonesia maupun di
Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
1. Di ruang istana Kerajaan Belanda; Ratu Juliana, PM Dr. William Drees, Menteri Seberang
Lautan Mr. A.M.J.A Sassen, dan Ketua Delegasi RIS Drs. Moch. Hatta secara bersama-sama
membubuhkan tanda tangan pada naskah pengakuan kedaulatan tersebut;
2. Di Jakarta; Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda, A.H.J.
Lovink dalam suatu upacara secara bersama-sama membubuhkan tanda tangan pada
naskah pengakuan kedaulatan tersebut;
3. Pada waktu yang sama, di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan RI kepada RIS.
Pemerintah Belanda tidak bersedia menyelesaikan masalah Irian Barat (Papua sekarang) seperti
yang disebutkan dalam isi perjanjian KMB. Sedangkan dari dalam negeri timbul masalah baru
yang berkaitan dengan: (1) masalah integrasi, (2) masalah angkatan bersenjata, dan (3) masalah
penolakan rakyat negara-negara bagian terhadap RIS (bentuk negara federasi).

http://www.donisetyawan.com/pengakuan-kedaulatan-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai