Anda di halaman 1dari 3

Tugas UTS Take Home Psikologi Sosial

NAMA : ARIE SYAHRIZAL RAHMAN

NPM : 10050017123

TUGAS : ANALISIS KASUS MENGGUNAKAN KONSEP SOSIOLOGI

1. Fenomena : Pro Dan Kontra RUU Permusikan di kalangan pelaku musik

2. Rumusan Masalah : - Apa penyebab pro dan kontra RUU permusikan itu terjadi ?
- Mengapa terjadi perdebatan antara kedua belah pihak ?
- Bagaimana dampak dari perdebatan antara kedua belah pihak
terhadap RUU permusikan ?
- Apa faktor penyebab para musisi saling berselisih pendapat ?

3. Konsep Analisis :
Tokoh didalam kasus ini adalah X DPR RI ( sebagai perancang undang-undang
permusikan) dan perkumpulan musisi – musisi yang terdiri dari kubu pro dan kontra yang
termasuk ke dalam bagian dari institusi sosial. Maka, kasus ini akan dianalisis
menggunakan konsep institusi sosial karena dalam kasus ini terdapat kegagalan dalam
merancang undang – undang dan cara pendekatan dalam mensosialisasikan RUU
permusikan .

4. Teori :
Teori yang akan dipakai adalah “ Conflict Theory “ Melihat dunia sosial sebagai penuh
tension dan konflik, yang kemudian menentukan tingkah laku yang muncul,
ketidaksetaraan menimbulkan perubahan sosial.
Dalam perbedaan pendapat Weber dengan Marx :
Ketidaksetaraan / inequality, bukan sekedar pertentangan pemodal dan buruh, karena
masih ada sumber lain yaitu faktor kelas tertentu , status dalam kelompok dan power.
Perubahan sosial bukan produk dari ketidaksetaraan, namun juga dapat diciptakan dengan
sengaja. Misal, karena digerakkan oleh tokoh kharismatik yang bergantung pada situasi
dan kesempatan. “ perubahan sosial bukan dimulai dari produksi atau hal yang bersifat
material, perubahan terjadi oleh ide / gagasan “
KASUS

Liputan6.com, Jakarta Rancangan Undang-Undang (RUU) Permusikan yang diusulkan oleh


Komisi X DPR RI menuai pro dan kontra di internal musisi Tanah Air. Sebagian artis mendukung
adanya RUU tersebut, namun sebagian artis menolak mentah-mentah RUU tersebut. Bahkan pro
dan kontra memunculkan perseteruan antar penyanyi yang memanas di media sosial. Ide RUU
Permusikan sebenarnya sudah lama diwacanakan. RUU Permusikan diawali dengan perspektif
bahwa sebagai upaya mempercepat musik di tanah air berkembang dengan pesat memerlukan
aturan hukum. Musik juga diharapkan bisa mempunyai efek konkret bagi pertumbuhan ekonomi
kreatif yang disumbang dari sektor musik. Pada Rabu (7/6/2017) Badan Legislasi (Baleg) DPR
menerima audiensi sejumlah pelaku musik nasional yang tergabung dalam Kami Musik Indonesi
(KMI) di ruang rapat Baleg Nusantara I, Gedung DPR. Rapat yang dipimpin Wakil Ketua Baleg
Totok Daryanto ini menghasilkan catatan penting bahwa Baleg mendukung penuh kedaulatan
musik Indonesia. "Kita semua sudah mendengar tadi bahwa seluruh fraksi-fraksi bisa memahami
dan menindaklanjuti dari usulan RUU Permusikan Indonesia," ujar Totok waktu itu. Audiensi
tersebut menjadi salah satu awal dibahasnya RUU Permusikan oleh Komisi X DPR RI.

Muncul Pro dan Kontra RUU Permusikan

Beberapa isi dalam RUU Permusikan dinilai sejumlah pihak malah membahayakan dunia musik
Indonesia. Hal itu bertentangan dengan semangat awal dimunculkannya RUU Permusikan. Salah
satunya adalah pasal 5 RUU Permusikan yang berisi beberapa larangan bagi para musisi.
Larangan itu diantaranya dari tidak boleh membawa budaya barat yang negatif, merendahkan
harkat martabat, menistakan agama, membuat konten pornografi hingga membuat musik
provokatif. Pasal itu dikhawatirkan akan memakan korban. Selain itu juga ada pasal 18 yang
berbunyi, "Pertunjukan Musik melibatkan promotor musik dan/atau penyelenggara acara Musik
yang memiliki lisensi dan izin usaha pertunjukan Musik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan'. Sejumlah
artis mendukung adanya RUU Permusikan, meskipun untuk isinya perlu ada diskusi panjang
sebelum disahkan. Sejumlah artis tersebut di antaranya yang tergabung di Kami Musik Indonesia
(KMI) seperti Glenn Fredly. Juru bicara KMI Glenn Fredly mengatakan KMI mempunyai potensi
besar agar industri musik dapat dikelola dengan baik. Selama ini, musik tidak mempunyai tata
kelola yang baik. Oleh karena itu, KMI ingin musik Indonesia berdaulat dalam memajukan
industri. Menurut Glenn, insan musik bukan hanya penyanyi, tetapi juga pihak-pihak lain yang
terlibat di permusikan. “Kita ingin memajukan musik Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan
Indonesia dan ini selaras dengan UU Pemajuan Kebudayaan,” kata Glen sebagaimana disampaikan
pada 9 Juni 2017. Selain Glenn, musisi RIan D'Massif mendukung RUU Permusikan. Ia
menyampaikan harapannya agar RUU Permusikan bisa segera rampung. Jika memungkinkan,
Rian D'Masiv ingin RUU Permusikan ini bisa selesai sebelum Anang Hermansyah berhenti
menjabat sebagai anggota Komisi X DPR RI. Selain artis di yang tergabung di KMI, Anang
Hermansyah dan Ashanty mendukung penuh RUU tersebut. Bahkan pasangan selebriti ini sempat
berseteru dengan vokalis Jerinx SID. Perseteruan itu kian memanas hingga Ashanty berencana
melaporkan Jerinx ke polisi.

Sejumlah artis menolak adanya RUU Permusikan. Mereka menganggap RUU tersebut hanya akan
membatasi kreativitas musik di Indonesia. Salah satunya adalah Danila Riyadi. Aksi penolakan
imusisi ini dituangkan pula dalam petisi melalui change.org. Selain Danila, Jerinx SID secara
terang-terangan mengkritisi adanya RUU Permusikan tersebut, sekaligus menyinggung Anang
Hermansyah sebagai politisi sekaligus musisi. Jerinx dengan pedas mengungkapkan penolakannya
pada RUU tersebut. "Musisi palsu sok jadi politisi lama-lama ya pasti keluar sifat aslinya;
menjijikkan. Selain Rhoma Irama siapa lagi yang setuju Nang @ananghijau? #RUUkampungan
#AnangPayah," tulis Jerinx SID, seperti dilansir dari akun Instagram-nya, Jumat (01/02/19).

Anda mungkin juga menyukai