Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

PENDIDIKAN PANCASILA
“ Perbedaan Negara yang Bersifat Liberal dan Totaliter/Sosialis”

Dosen : Dra.Asti Sugiarti M,si


OLEH : KELOMPOK 2
AGROINDUSTRI A (32)

1. Dwi Andriani 8. Inggrid Safira Fadila


2. Farhanuddin 9. Irmayana
3. Farida 10. Kiki Rezky Kamaruddin
4. Fatima Hijrati 11. Lilis Purnama Sari
5. Fenni Denna 12. Lisa
6. Herlin Bunga Warhu 13. Marhama Maulah
7. Hikmawati

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI


PANGKEP
2019
A. Negara Bersifat Liberal (Amerika Serikat)
1. Pengertian Liberalisme

Dalam kehidupan sehari-hari, kata Liberalisme mempunyai dua pengertian ( arti


positif dan arti negatif ).
 Arti Positif
Liberalisme dalam arti positif adalah faham yang menjunjung tinggi kemerdekaan
batin, yang menolak segala macam pembatasan ( berlawanan dengan faham
determinisme dan naturalisme ).
 Arti Negatif
Dalam arti negatif, Liberalisme adalah faham yang mengajarkan sikap orang untuk
berbuat semaunya, keluar dari norma yang berlaku dan pemberontakan terhadap hal-hal
yang tradisional.

Cara lain untuk melihat Liberalisme adalah dengan menempatkannya dalam konteks
yang tepat. Konteks-konteks tersebut adalah :
 Konteks Personal
Liberalisme dalam konteks personal ingin mengatakan bahwa para penganut
liberalism atau orang liberal adalah orang yang mempunyai sikap, ara berpikir,
mentalitas yang kritis terhadap adat-istiadat, tradisi dan konvensi. Ia tidak mau terikat
pada yang sudah dditetapkan atau yang sudah mapan, tetapi terbuka kepada
kemungkinan-kemungkinan lain yang menurut pertimbangan akalnya akan lebih baik
dan bermanfaat. Dalam arti ini liberalism merupakan suatu “ method” dan bukan suatu
ajaran , doktrin ataupun ideologi.
 Konteks Ekonomi
Liberalisme dalam konteks ekonomi ingin mengatakan bahwa hidup perekonomian
merupakan bidang yang harus dikembangkan sesuai dengan kodrat manusia yang bebas,
sehingga perekonomian itu memang seharusnya berdasar atas prinsip pasar bebas ( free
market). Artinya semua hubungan ekonomi tercipta oleh pasar bebas ; campur tangan
dari pihak manapun tidak dibenarkan.
 Konteks Politik
Liberalisme dalam konteks politik mengandung makna menentang segala bentuk
pemerintahan yang otoriter, seperti dalam monarkhi absolute atau diktatur. Faham ini
mencurigai segala bentuk kuasa karena kuasa cenderung berkembang menjadi semakin
besar dan menindas, maka harus diberi harus di beri saluran dan dibatasi. Konstitusi
adalah pembatasan bagi kekuasaan. Dasar filosofisnya adalah pandangan bahwa manusia
individual itu tercipta dengan hah-hak yang tidak dapat diambil oleh orang lain.
2. Asas Pemikiran Liberal

Secara umum asas liberalisme ada tiga;

a). Asas pertama: Kebebasan

Yang dimaksud disini adalah setiap individu bebas dalam perbuatannya dan
mandiri dalam tingkah lakunya tanpa diatur dari negara atau selainnya.
Mereka hanya dibatasi oleh undang-undang yang mereka buat sendiri dan tidak terikat
dengan aturan agama. Dengan demikian liberalisme disini adalah sisi lain dari
sekulerisme secara pengertian umum yaitu memisahkan agama dan
membolehkan lepas dari ketentuannya.
Sehingga menurut mereka manusia itu bebas berbuat, berkata,
berkeyakinan dan berhukum sesukanya tanpa batasan syari’at Allah.
Sehingga manusia menjadi tuhan untuk dirinya dan penyembahhawa
nafsunya serta bebas dari hukum ilahi dan tidak diperintahkan
mengikutiajaran ilahi.

b). Asas kedua: Individualisme (Al-Fardiyah)

Dalam hal ini ada dua pemahaman dalam Liberalisme:


 Individual dalam pengertian ananiyah (keakuan) dan cinta diri sendiri. Pengertian
inilah yang menguasai pemikiran eropa sejak masa kebangkitaneropa hingga abad
kedua puluh masehi.
 Individual dalam pengertian kemerdekaan pribadi. Inilah pemahaman baru dalam
agama liberal yang dikenal dengan Pragmatisme.
c). Asas ketiga: Mendewakan Akal (Aqlaniyah)
Dalam pengertian kemerdekaan akal dalam mengetahui dan mencapai
kemaslahatan dan kemanfaatan tanpa butuh kepada kekuatan diluarnya. Hal ini dapat
tampak dari hal-hal berikut ini:
Kebebasan adalah hak-hak yang dibangun diatas dasar materi bukan perkara
diluar dari materi yang dapat disaksikan dan cara mengetahuinya adalah dengan akal,
panca indra dan percobaan.
3. Liberalisme di Amerika Serikat

Amerika Serikat menganut Ideologi Liberalisme. Ajaran liberalisme ortodoks


sangat mewarnai pemikiran para The Fuonding Father Amerika seperti George Wythe,
Patrick Henry, Benjamin Franklin, ataupun Thomas Jefferson.
Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan
agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi
pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu
sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap
pemilikan individu.
Kita tahu bahwa paham liberalisme semakin merajalela di berbagai Negara
dibelahan dunia. Dan tampaknya keberhasilan sistem liberal di Amerika Serikat yang
notabene Negara maju mampu menyedot perhatian khalayak dunia akan pentingnya
menengok suatu ideologi yang mendasari sebuah kebebasan sebagai nilai luhur politik
yang utama.
Ideologi ini mencita-citakan sebuah masyarakat yang bebas dalam artian sistem
pemerintahan bisa dikatakan transparan dan mendukung serta menolak adanya
pembatasan hak individu. Dan fenomena yang sekarang terjadi di masyarakat modern,
liberalisme sangat mudah tumbuh dinegara yang menganut sistem demokrasi. Sesuatu
yang lazim kita temukan di Negara demokrasi besar seperti Amerika Serikat, kebebasan
dijunjung tinggi disana, karena pada dasarnya, latar belakang Amerika merdeka adalah
menuntut kebebasan yang sebenarnya tidak mutlak, karena dalam ideologi ini, kebebasan
harus bisa dipertanggungjawabkan. Maka dari itu sampai sekarang, kebebasan hak
individu, kebebasan pasar dan juga pengembangan kemampuan individu secraa bebas
dan maksimal. Tentu saja Negara yang memegang ideologi liberalisme yang cukup
sukses adalah Amerika Serikat, dimana penggunaan sistem demokrasi yang memang
sangat mendasari aktifitas perpolitikannya.
Faktanya bahwa Negara maju seperti Amerika Serikat tak dipungkiri menjadi poros
dan figure Negara demokrasi yang besar dan mendulang kesuksesan dalam penerapan
demokrasi dinegaranya. Dimana unsur-unsur Liberalisme sangat lekat dan bisa jelas
dirasakan, karena berbeda dengan Negara otoriter yang mana kepentingan masyarakat
luas adalah yang terpenting, sedangkan bagi Liberalis, kepentingan individu lah yang
harus didahulukan, Itulah kenapa kita sering dengar istilah ‘apapun bisa kamu lakukan di
Negara Amerika sana…’, itu merupakan pernyataan yang sebenarnya menggambarkan
kebebasan individu yang dijunjung tinggi di negara demokrasi sebesar Amerika Serikat.
Unsur negara demokrasi adalah salah satu paham yang berasal dari ideologi
liberalisme, dimana kebebasan pers di Amerika bisa kita lihat sendiri yang sangat
signifikan dalam kegiatan perpolitikan, begitu juga dengan keterlibatan rakyat dalam
menyuarakan pendapat. Karena pada dasarnya kemerdekaan pers merupakan salah satu
wujud dari kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang begitu vital dalam menciptakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diaplikasikan secara
demokratis. Dan sejatinya pers juga dipercaya sebagai suatu wadah yang mempunyai
peran untuk senantiasa menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan.
Namun jangan salah, justru dengan kebebasan pers yang terlalu kuat
pengaruhnya terhadap suatu rezim, akan sangat berbahaya untuk sistem pemerintahan.
Walaupun tak dipungkiri pers dapat mengontrol jalannya pemerintah sebagai watchdog,
dan kasus yang terjadi di Amerika Serikat sendiri adalah bahwa . Dan tentunya sebagai
media, pers juga sangat berbahaya dan juga berpotensi mengancam ketentraman
masyarakat, jika tidak dibatasi dengan hukum dan prinsip-prinsip agama dan moral. Oleh
karena itu, sangat perlu ada usaha yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan supremasi
hukum terhadap kejahatan pers, terlebih jika memang bertentangan dengan norma
kesusilaan, baik yang secara kultur maupun yang berlaku dalam kehidupan beragama.

 Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut :


 Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
 Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
 Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat
keputusan untuk diri sendiri.
 Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh
karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan
kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang
cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi.
 Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
besar individu berbahagia. Kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari
seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
bakat-bakatnya. Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya
termasuk Amerika Serikat.
 Ciri-ciri ekonomi liberal

 Semua sumber produksi adalah milik masyarakat individu.


 Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
 Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi.
 Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya
produksi dan masyarakat pekerja (buruh).
 Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan.
 Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.
 Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi.
 Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.
 Keuntungan dari suatu sistem ekonomi liberal, yaitu:
 Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi,
karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah/komando dari pemerintah.
 Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang
nantinya akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
 Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat.
 Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan semangat
antar masyarakat.
 Efisiensi dan efektivitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan motif
mencari keuntungan.

 Kelemahan sistem ekonomi liberal, adalah:


 Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat bilamana birokratnya korup.
 Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
 Banyak terjadinya monopoli masyarakat.
 Banyak terjadinya gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber
daya oleh individu
 Pemerataan pendapatan sulit dilakuka karena persaingan bebas tersebut.
B. Negara bersifat Totaliter/Sosialis (Korea Utara)

1. Pengertian

Dalam KBBI, kata ‘totaliter' diartikan sebagai ‘pemerintahan yang menindas hak
pribadi dan mengawasi segala aspek kehidupan warganya'. Wikipedia mengartikan
totaliterisme adalah pemikiran politik yang melihat bahwa eksistensi manusia secara
orang perorang tidaklah penting, sebaliknya tiap manusia menjalankan perannya untuk
mendukung tercapainya kepentingan bersama.
Totaliterisme adalah pemikiran politik yang melihat bahwa eksistensi manusia secara
orang perorang tidaklah penting, sebaliknya tiap manusia menjalankan perannya untuk
mendukung tercapainya kepentingan bersama. Untuk itu maka tuntunan utama
adalah ideologi negara atau gagasan lain. Sebutan totaliter atau menyeluruh diberikan
karena seluruh aspek kehidupan tiap individu harus sesuai dengan garis atau aturan
negara, hal ini diperlukan untuk tercapainya tujuan negara, tujuan bersama.
Pemerintahan Komunis juga kerap dicontohkan sebagai bentuk perwujudan
totaliterisme, karena kewenangan negara untuk mengatur tiap sisi kehidupan orang
perorang. Argumen pendukungnya adalah bahwa upaya perlawanan terhadap kelompok
atau kelas yang berkuasa menuntut pembersihan terhadap keseluruhan tatanan budaya
yang mendukungnya.

2. Totaliter di Korea Utara

Dinamika politik-pemerintahan di Korea Utara mengalami perkembangan yang


menarik bersamaan dengan suksesi dari kepemimpinan Kim Joung-Il ke Kim Jong-Un
pada tahun 2011. Keberadaan Un sebagai pemimpin termuda dunia dengan usia 34 tahun
tersebut ternyata tidak merubah orientasi gaya kepemimpinan di Korea Selatan yang tetap
mengedepankan tindakan-tindakan otoritarinisme.Upaya ini dijalankan untuk membangun
sebuah tindakan kepatuhan (compliance) bagi kehidupan sosial-politik di Korea Utara
sehingga dapat melanggengkan kepemimpinan Kim Jong-Un.
Beberapa deskiprisi kepemimpinan otoritarianisme Kim Jong-Un diwujudkan melalui
penyingkiran pihak-pihak oposisi, diantaranya dengan menyingkirikan pihak oposisi
untuk melanggengkan kekuasaan melalui dominasi partai politik dan pemerintahan yang
tersentralistik. Kasus lainnya adalah pelanggaran HAM yang diwujudkan melalui
tindakan kekerasan tersistematis hingga pembatasan kebebasan publik secara total, serta
tindakan-tindakan kontra demokrasi.
A. Penyingkiran Pihak-pihak Oposisi
Penyingkiran pihak oposisi merupakan bagian upaya rezim untuk membangun
status quo. Melalui upaya ini nantinya sebuah pemerintahan otoriter, seperti halnya
Korea Utara pada era kepemimpinan Kim Jong un tidak ada lagi pihak-pihak
melawan dominasi pemerintahan tersebut. Pada akhirnya ini akan membentuk apa
yang disebut dengan totality under preasure, dimana ketertiban sipil dan kondisi
tertib hukum tercapai karena adanya tekanan yang luar biasa dari pemerintah sebagai
pembuat kebijakan (top person).
Keberadaan oposisi memiliki peranan penting dalam mendukung sistem
politik-pemerintahan moderen, dimana kelompok ini dapat menjeadi penyeimbang
pemerintah dan kontrol terhadap jalannya pemerintahan. Persoalan kemudian muncul
ketika pada negara dengan sistem totaliter dan otoritarianis, dimana seorang
pemimpin/elit politik berupaya melemahkan hingga menyingkirkan kelompok
oposisi dengan harapan tidak ada lagi kelompok yang kritis terhadap jalannya
pemerintahan. Penyingkiran pihak oposisi untuk melanggengkan jalannya
pemerintahan juga dijalankan oleh Kim Jong-Un yang dijalankan melalui
pemerintahan yang tersentralistik pada bidang eksekutif, serta dominasi pada bidang
politik.
Dari uraian di atas maka politik-pemerintahan yang tersentralistik diwujudkan
bersamaan dengan suksesi dari Kim Jong-Il ke Kim Jong-Un dengan memanipulasi
figur personalitasnya, pada jabatan tertinggi elit dan militer. Selain itu, Kim Jong-UN
menggunakan manipulasi fungsi partai politik untuk menjaga citra sehingga seolah-
olah Korea Utara berkembang sebagai negara demokratis.

B. Dominasi dan Manipulasi Pada Partai Politik


Pemerintahan oleh satu partai adalah ciri khas yang bisa ditemukan di sebagian besar
negara sosialis di masa lalu. Partai berkuasa yang memusatkan ideologi menempati
posisi teratas dalam struktur kekuatan nasional, dimana secara nyata menguasai
kekuatan legislatif, administratif dan judikatif secara keseluruhan. Partai bukan hanya
menguasai 3 lembaga itu, melainkan juga memimpin organisasi sosial dan kehidupan
rakyat.
Oleh karena itu, Korea Utara bisa dikatakan sebagai „negara yang dipimpin partai‟.
Walaupun ada lebih dari satu partai, namun mereka bukan kubu oposisi, tetapi mitra
partai yang berkuasa. Partai berkuasa di Korea Utara adalah Partai Buruh Korea. Korea
Utara termasuk dalam negara satu partai di bawah fron penyatuan yang dipimpin oleh
Partai Buruh Korea.
C. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
Pelanggaran HAM merupakan sebuah persoalan yang berseberangan dengan
demokrasi, namun persoalan akan muncul ketika pelanggaran HAM bagi kelompok
negara dunia ketiga menjadi persoalan yang berkaitan dengan kepentingan yaitu
stabilitas keamanan. Meskiupun demikian, penegakan HAM merupakan sebuah
konsepsi yang harus tetap ditegagakan. Pada kasus di Korea Utara, pelanggaran HAM
yang dijalankan oleh Kim Jong-Un dijalankan untuk mewujudkan bukan semata-mata
tertib sipil, namun untuk membangun ketakutan publik kepada pemerintah yang
nantinya dapat tercapai sebuah pola pemerintahan yang ketat dan teratur berdasarkan
kententuan yang ditetapkan oleh rezim Kim Jong-Un.
1. Kekerasan Sistematis
Kekerasan sistematis dijalankan Kim Jong-Un untuk menyingkirkan pihak-
pihak yang diduga nantinya dapat menganggu jalannya pemerintahan di Korea
Utara. Dengan kata lain, Kim Jong-Un menjalankan tindakan kekerasan
sistematis melalui untuk menciptkan filterisasi pejabat-pejabat di Korea Utara
agar loyal terhadap kepemimipinannya. Upaya ini dijalankan dengan
mendeskriditkan pihak-pihak yang berseberangan, pemenjaraan hingga
pembunuhan lawan-lawan politik sehingga tidak ada lagi figur/personalitas
atau kelompok yang akan menganggu eksistensi kepemimpinannya.
Pembunuhan orang-orang yang berseberangan dengan pemerintaan Kim Jong-
Un juga beberapa kali terjadi sebagai bentuk tindakan otoriter dan pelanggaran
HAM berat.

2. Pembatasan Kebebasan Sipil


Pembatasan sipil sebagai tindakan otoriter yang dijalankan oleh Kim
Jong-Un dijalankan pada bidang keagamaan. Di Korea Utara terdapat gereja
memang berdiri di negara itu ada empat gereja di Pyongyang-namun lebih
digunakan sebagai simbol bahwa negara ini mengakui kebebasan beragama.
Kegiatan keagamaan, tulis media ini, diawasi secara ketat di negara ini.
Sementara pemerintah merenovasi Gereja Chilgol yang berdiri kokoh di
pinggir Pyongyang, negara juga mengawasi setiap gerakan kaum agamawan.
Setidaknya, sudah puluhan pendeta dan misionaris dibui dengan alasan
mengganggu stabilitas negara. Konstitusi Korea Utara menjamin kebebasan
beragama asalkan tidak merusak negara. Karenanya, di luar tempat ibadah yang
dikendalikan oleh negara, tidak ada kegiatan keagamaan yang terbuka
diperbolehkan.
3. Tindakan-tindakan Kontra Demokrasi
Setiap sumber informasi tunggal berada di bawah kontrol ketat dari
rezim. Jenis lingkungan tertutup rapat secara efektif diperkuat melalui ancaman
mata-mata internal yang mengawasi penduduk Korea Utara, yang setiap saat
terancam risiko penjara di kamp konsentrasi. Lingkungan yang mengancam
ini telah membuat oposisi terhadap rezim hampir mustahil. Tingkat kontrol
dirasakan bahkan di dalam rumahrumah pribadi. Warga biasa diperbolehkan
untuk memiliki televisi dan radio yang hanya menerima siaran domestik, dan
kekurangan listrik yang meluas di seluruh negeri lebih membatasi penggunaan
alat komunikasi itu. Akses terbatas memungkinkan rezim untuk memanipulasi
semua informasi yang mendukung dan tidak memungkinkan akses ke sumber
sumber informasi tandingan.
Ancaman telah diambil oleh pemerintah untuk memastikan semua
radio di Korea Utara hanya dapat menampung siaran radio
pemerintah.Mendengarkan stasiun radio lainnya secara tegas dilarang dan
dikenai sanksi hukum. Radio yang dibeli dari luar negeri harus terdaftar di
kantor polisi dan dipatok hanya untuk frekuensi KCBS.
Melalui uraian di atas maka dapat difahami bahwa kepemimpinan di Korea Utara di
bawah Kim Jong-Un yang dijalankan secara otoriter ternyata memiliki maksut dan tujuan
yang secara eksplisit ditujukan untuk memenuhi pencapaian kepentingan dalam aspek
internal (domestic) ataupun kepentingan dalam konteks eksternal (luar negeri).
Negara penganut totalitarianisme yakni Korea Utara. Negara ini mempunyai
karakteristik ideologi egalitarianisme yakni rakyat diwajibkan atas banyak hal,
pengendalian komunikasi serta alat komunikasi (termasuk internet), adanya kekuasaan
mutlak pada pemimpin negara, dan juga berbagai karakteristik lainnya.

 Ciri pemerintahan totaliter

- Seluruh aspek kehidupan tiap individu harus sesuai dengan garis atau aturan negara,
hal tersebut diperlukan untuk tujuan Negara dan kepentingan bersama.
- Hak individu tiap warga Negara bisa dikatakan tidak ada atau dibatasi.
- Warga negara tidak mempunyai hak untuk memilih atau bersuara.
- Untuk mencapai tujuannya (mengintimidasi individu / kelompok lawan), biasanya
negara dengan pemerintahan otoriter mempunyai senjata berupa ancaman melalui
tentara atau polisi.
- Sistem ini juga mengontrol tata negara, termasuk lembaga-lembaga pengadilan dan
parlemen (jika ada), lembaga-lembaga pendidikan, mengontrol komunikasi melalui
radio, televisi, dan berbagai alat komunikasi

 Kekuatan Sistem Totalitarian Ningrat

Kelebihan yang dalam hal ini menjadi kekuatan dari sistem totalitarian ningrat
sehingga dapat menjalankan roda pemerintahan selama beberapa masa adalah
terorganisirnya ekonomi dan politik dalam satu titik tuju, sehingga kehidupan rakyat
terjamin oleh pemerintahnya. Namun dengan berbagai kebijakan yang telah kami
sebutkan di atas tadi, bahwa masyarakat (kaum tani dan menengah lama) tidak memiliki
andil dalam penentuan kebijakan.
Pemerintah menguasai militer secara penuh, sehingga tidak ada kelompok yang cukup
kuat untuk dapat melawan pemerintah. Dengan menguasai militer secara penuh, maka
kekuatan terbesar berada di bawah kendali penguasa. Militer digunakan untuk
melindungi, mendukung, dan dapat memaksa masyarakat untuk tunduk dan patuh kepada
pemerintah. Mereka dapat dengan leluasa menggunakan terror dan kekerasan untuk
membuat masyarakat tunduk kepada penguasa.
Pemerintahan juga cukup kuat untuk berdiri melawan kelompok masyarakat yang
memberontak karena kekuasaan dipegang oleh kaum Ningrat, dibantu oleh kaum kapitalis
kelas atas yang pro dengan pemerintah yang memfokuskan pada sistem ekonomi dan juga
politik, namun juga berusaha menentukan nilai baik dan buruk dari kepercayaan serta
kepahaman masyarakat.
Dalam sistem ini kekuasaan bersifat totaliter dengan kekuasaan mutlak bagi
pemerintah untuk mengatur hampir semua bidang kehidupan masyarakatnya. Sehingga,
masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk hidup secara mandiri. Segala aspek
kehidupannya telah diatur oleh pemerintah agar selaras dengan tujuan para penguasa.
Dengan keteraturan ini, kelangsungan hidup masyarakat menjadi terjamin.
 Kelemahan Sistem Totalitarian Ningrat

Kelemahan dari sistem totalitarian ningrat adalah dengan tidak mengikut sertakan
rakyat dalam penentuan kebijakan pemerintah ini membuat individu merasa berada
sepenuhnya di bawah kaum yang berkuasa. Mereka tidak memiliki hak dan dengan
terpaksa harus mengorbankan segalanya untuk pemerintah. Sistem seperti ini memicu
timbulnya pemberontakan.
Semakin lama sistem ini berjalan, semakin banyak rakyat yang kesal dan semakin
banyak pula kelompok-kelompok pemberontak bermunculan. Inilah kemudian yang
menyebabkan pemerintahan lengser dan runtuh oleh kekuatan kelompok pemberontak
yang berusaha melengserkan pemerintahan yang tidak menguntungkan rakyatnya ini.
Bagaimana pun kekuasaan akan runtuh dengan sendirinya.

Ideologi ini mencita-citakan sebuah masyarakat yang bebas dalam artian sistem
pemerintahan bisa dikatakan transparan dan mendukung serta menolak adanya
pembatasan hak individu.
Negara Bersifat Liberal (Amerika Serikat)
2. Pengertian Liberalisme

Dalam kehidupan sehari-hari, kata Liberalisme mempunyai dua pengertian ( arti


positif dan arti negatif ).
 Arti Positif
Liberalisme dalam arti positif adalah faham yang menjunjung tinggi kemerdekaan
batin, yang menolak segala macam pembatasan ( berlawanan dengan faham
determinisme dan naturalisme ).
 Arti Negatif
Dalam arti negatif, Liberalisme adalah faham yang mengajarkan sikap orang untuk
berbuat semaunya, keluar dari norma yang berlaku dan pemberontakan terhadap hal-hal
yang tradisional.

3. Liberalisme di Amerika Serikat


Amerika Serikat menganut Ideologi Liberalisme. Ajaran liberalisme ortodoks sangat
mewarnai pemikiran para The Fuonding Father Amerika seperti George Wythe, Patrick
Henry, Benjamin Franklin, ataupun Thomas Jefferson.
Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem
pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan
individu.
keberhasilan sistem liberal di Amerika Serikat yang notabene Negara maju mampu
menyedot perhatian khalayak dunia akan pentingnya menengok suatu ideologi yang
mendasari sebuah kebebasan sebagai nilai luhur politik yang utama.
Unsur negara demokrasi adalah salah satu paham yang berasal dari ideologi
liberalisme, dimana kebebasan pers di Amerika bisa kita lihat sendiri yang sangat
signifikan dalam kegiatan perpolitikan, begitu juga dengan keterlibatan rakyat dalam
menyuarakan pendapat. Karena pada dasarnya kemerdekaan pers merupakan salah satu
wujud dari kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang begitu vital dalam menciptakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diaplikasikan secara demokratis.
Dan sejatinya pers juga dipercaya sebagai suatu wadah yang mempunyai peran untuk
senantiasa menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan.
Namun jangan salah, justru dengan kebebasan pers yang terlalu kuat pengaruhnya
terhadap suatu rezim, akan sangat berbahaya untuk sistem pemerintahan. Walaupun tak
dipungkiri pers dapat mengontrol jalannya pemerintah sebagai watchdog, dan kasus yang
terjadi di Amerika Serikat sendiri adalah bahwa . Dan tentunya sebagai media, pers juga
sangat berbahaya dan juga berpotensi mengancam ketentraman masyarakat, jika tidak
dibatasi dengan hukum dan prinsip-prinsip agama dan moral. Oleh karena itu, sangat perlu
ada usaha yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan supremasi hukum terhadap
kejahatan pers, terlebih jika memang bertentangan dengan norma kesusilaan, baik yang
secara kultur maupun yang berlaku dalam kehidupan beragama.
 Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut :
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang
dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan
untuk diri sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh
karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan
kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang
cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi.
5. Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian besar
individu berbahagia. Kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari seberapa
tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-
bakatnya. Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk
Amerika Serikat.
 Ciri-ciri ekonomi liberal

1. Semua sumber produksi adalah milik masyarakat individu.


2. Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
3. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi.
4. Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya
produksi dan masyarakat pekerja (buruh).
5. Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan.
6. Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.
7. Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi.
8. Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.

 Keuntungan dari suatu sistem ekonomi liberal, yaitu:


1. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi,
karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah/komando dari pemerintah.
2. Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang nantinya
akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
3. Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat.
4. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan semangat
antar masyarakat.
5. Efisiensi dan efektivitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan motif
mencari keuntungan.

 Kelemahan sistem ekonomi liberal, adalah:


1. Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat bilamana birokratnya korup.
2. Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
3. Banyak terjadinya monopoli masyarakat.
4. Banyak terjadinya gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber
daya oleh individu
5. Pemerataan pendapatan sulit dilakukan karena persaingan bebas tersebut.
C. Negara bersifat Totaliter/Sosialis (Korea Utara)

Dalam KBBI, kata ‘totaliter' diartikan sebagai ‘pemerintahan yang menindas hak pribadi
dan mengawasi segala aspek kehidupan warganya'. Wikipedia mengartikan totaliterisme
adalah pemikiran politik yang melihat bahwa eksistensi manusia secara orang perorang
tidaklah penting, sebaliknya tiap manusia menjalankan perannya untuk mendukung
tercapainya kepentingan bersama.
Totaliterisme adalah pemikiran politik yang melihat bahwa eksistensi manusia secara
orang perorang tidaklah penting, sebaliknya tiap manusia menjalankan perannya untuk
mendukung tercapainya kepentingan bersama. Untuk itu maka tuntunan utama
adalah ideologi negara atau gagasan lain. Sebutan totaliter atau menyeluruh diberikan karena
seluruh aspek kehidupan tiap individu harus sesuai dengan garis atau aturan negara, hal ini
diperlukan untuk tercapainya tujuan negara, tujuan bersama.

 Totaliter di Korea Utara


Keberadaan Un sebagai pemimpin termuda dunia dengan usia 34 tahun tersebut ternyata
tidak merubah orientasi gaya kepemimpinan di Korea Selatan yang tetap mengedepankan
tindakan-tindakan otoritarinisme.Upaya ini dijalankan untuk membangun sebuah tindakan
kepatuhan (compliance) bagi kehidupan sosial-politik di Korea Utara sehingga dapat
melanggengkan kepemimpinan Kim Jong-Un.
Beberapa deskiprisi kepemimpinan otoritarianisme Kim Jong-Un diwujudkan melalui
penyingkiran pihak-pihak oposisi, diantaranya dengan menyingkirikan pihak oposisi untuk
melanggengkan kekuasaan melalui dominasi partai politik dan pemerintahan yang
tersentralistik. Kasus lainnya adalah pelanggaran HAM yang diwujudkan melalui tindakan
kekerasan tersistematis hingga pembatasan kebebasan publik secara total, serta tindakan-
tindakan kontra demokrasi.
Melalui uraian di atas maka dapat difahami bahwa kepemimpinan di Korea Utara di
bawah Kim Jong-Un yang dijalankan secara otoriter ternyata memiliki maksut dan tujuan
yang secara eksplisit ditujukan untuk memenuhi pencapaian kepentingan dalam aspek
internal (domestic) ataupun kepentingan dalam konteks eksternal (luar negeri).
Negara penganut totalitarianisme yakni Korea Utara. Negara ini mempunyai karakteristik
ideologi egalitarianisme yakni rakyat diwajibkan atas banyak hal, pengendalian komunikasi
serta alat komunikasi (termasuk internet), adanya kekuasaan mutlak pada pemimpin negara,
dan juga berbagai karakteristik lainnya.

 Ciri pemerintahan totaliter


1. Seluruh aspek kehidupan tiap individu harus sesuai dengan garis atau aturan
negara, hal tersebut diperlukan untuk tujuan Negara dan kepentingan
bersama.
2. Hak individu tiap warga Negara bisa dikatakan tidak ada atau dibatasi.
3. Warga negara tidak mempunyai hak untuk memilih atau bersuara.
4. Untuk mencapai tujuannya (mengintimidasi individu / kelompok lawan),
biasanya negara dengan pemerintahan otoriter mempunyai senjata berupa
ancaman melalui tentara atau polisi.
5. Sistem ini juga mengontrol tata negara, termasuk lembaga-lembaga
pengadilan dan parlemen (jika ada), lembaga-lembaga pendidikan, mengontrol
komunikasi melalui radio, televisi, dan berbagai alat komunikasi
 Kekuatan Sistem Totalitarian Ningrat

1. terorganisirnya ekonomi dan politik dalam satu titik tuju, sehingga kehidupan rakyat
terjamin oleh pemerintahnya
2. Pemerintah menguasai militer secara penuh, sehingga tidak ada kelompok yang cukup
kuat untuk dapat melawan pemerintah. Dengan menguasai militer secara penuh, maka
kekuatan terbesar berada di bawah kendali penguasa.
3. Dalam sistem ini kekuasaan bersifat totaliter dengan kekuasaan mutlak bagi pemerintah
untuk mengatur hampir semua bidang kehidupan masyarakatnya.
4. Segala aspek kehidupannya telah diatur oleh pemerintah agar selaras dengan tujuan
para penguasa. Dengan keteraturan ini, kelangsungan hidup masyarakat menjadi
terjamin.

 Kelemahan Sistem Totalitarian Ningrat

1. tidak mengikut sertakan rakyat dalam penentuan kebijakan pemerintah ini membuat
individu merasa berada sepenuhnya di bawah kaum yang berkuasa.
2. Mereka tidak memiliki hak dan dengan terpaksa harus mengorbankan segalanya untuk
pemerintah.
3. Semakin lama sistem ini berjalan, semakin banyak rakyat yang kesal dan semakin
banyak pula kelompok-kelompok pemberontak bermunculan. Inilah kemudian yang
menyebabkan pemerintahan lengser dan runtuh oleh kekuatan kelompok pemberontak
yang berusaha melengserkan pemerintahan yang tidak menguntungkan rakyatnya ini.
Bagaimana pun kekuasaan akan runtuh dengan sendirinya.

Anda mungkin juga menyukai