com/2016/10/konsep-akad-adan-produk-bank-
syariah.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah di Indonesia lahir sejak 1992.Bank syariah memiliki sistem
operasional yang berbeda dengan bank konvensional.Bank syariah memberikan
layanan bebas bunga kepada para nasabahnya.Dalam sistem operasional bank
syariah, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi.
Bank syariah tidak mengenal sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah
yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana dari bank
syariah.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah
dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah memiliki fungsi
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi dari pihak
pemilik dana. Fungsi lainnya ialah menyalurkan dana kepada pihak lain yang
membutuhkan dana dalam bentuk jual beli maupun kerja sama usaha.
Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang
menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang
menempatkan dananya akan mendapat imbalan dari bank dalam bentuk bagi hasil
atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariah islam. Bank syariah menyalurkan
dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam akad jual beli dan
kerja sama usaha. Imbalan yang diperolah dalam margin keuntungan, bentuk bagi
hasil, dan/atau bentuk lainnya sesuai dengan syariah islam.
Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan
dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga
kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan
kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank.
Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan
rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah islam.[1]
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akad ?
2. Bagaimana akad yang digunakan bank syariah ?
3. Bagaimana keterkaitan akad dan produk bank syariah ?
4. Bagaimana produk bank syariah ?
5. Bagaimana penerapan teori akad pada perbankan syariah ?
6. Bagaimana solusi jika aplikasi akad tidak sesuai ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad
Akad (ikatan,keputusan,atau penguatan ) atau perjanjian atau kesepakatan atau
transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai
syariah.
Dalam istilah fiqih,secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang
untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak,seperti wakaf, talak, dan
sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa, wakalah, dan
gadai.
Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan
penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan kepemilikan
penawaran) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.
Rukun dalam akadada tiga, yaitu:
1. Pelaku akad
2. Objek akad
3. Shighah atau pernyataan pelaku akad,yaituijab dan qobul.
Sedangkan syarat dalam akadada empat, yaitu:
1. Syarat berlakunya akad(in’iqod),yakni ada dua macam yaitu umum dam
khusus. Syarat umum harus selalu ada pada setiap akad, seperti syarat yang harus
ada pada pelaku akad, objek akad, dan shighah akad, akad bukan pada sesuatu yang
diharamkan, dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat khusus
merupakan sesuatu yang harus ada pada akad-akad tertentu, seperti syarat minimal
dua saksi pada akad nikah.
2. Syarat sahnya akad (shihah), yakni syarat yang diperlukan secara Syariah agar
akad berpengaruh, seperti akad dalam perdagangan harus bersih dari cacat.
3. Syarat terselesaikannya akad (nafadz), yakni ada dua, yaitu kepemilikan
(barang dimiliki oleh pelaku dan berhak menggunakannya) dan wilayah.
4. Syarat lazim, yaitu bahwa akad harus dilaksanakan apabila tidak ada cacat.
b. Pembiayaan investasi
1) Bagi hasil
Dengan cara ini bank syariah dan pengusaha berbagi resiko usaha yang saling
menguntungkan dan adil. Agar bank syariah dapat berperan aktif dalam kegiatan
usaha yang mengurangi resiko, seperti moral hazard, maka bank dapat menbeli
untuk menggumakan akad musyarakah.
2) Jual beli
Dengan cara ini Bank syariah mendapat keuntungan margin jual beli dengan resiko
yang minimal sementara itu, pengusaha mendapat kebutuhan investasinya dengan
perkiraan biaya yang tetap dan mempermudah perencanaan.
3) Sewa
Dengan cara ini bank syariah dapat mengambil manfaat dengan tetap menguasai
kepemilikan asset dan pada waktu yang sama menerima pendapatan dari sewa.
Penyewa juga dapat mengambil manfaat dari skim ini denagn kepenuhannya
kebutuhannya investasi yang mendesak dan mencapai tujuan dalam waktu yang
wajar tanpa harus mengeluarkan modal biaya yang besar.
c. Pembiayaan aneka barang, perumahan, dan properti
1) Bagi hasil
Bank syariah dan nasabah dan mitra untuk membeli asset yang diinginkan
nasabah.Asset tersebut kemudian disewakan kepada nasabah.Bagian sewa dari
nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian porsi asset yang dimiliki oleh bank
syariah, sehingga pada periode tertentu, asset trsebut sepenuanya telah dimilki oleh
nasabah.
2) Jual beli
Bank syariah memenuhi kebutuhan nasabah dengan membelikan asset yang
dibutuhkan nasabah dari supplier kemudian menjual kembali kepada nasabah
dengan mengambil margin keuntungan yang diinginkan.Selain mendapat
keuntungan margin, bank syariah juga hanya menanggung resiko yang
minimal.Sementara itu, nasabah mendapatkan kebutuhan asetnya dengan harga
yang tetap.
3) Sewa
Bank syariah tetap menguasai kepemilikan asset selama periode akad dan pada
waktu yang sama menerima pendapatan dari sewa. Sementara itu, nasabah
terpenuki kebutuhannya dengan biaya yang dapat diperkirakan sepenuhnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akad (ikatan,keputusan,atau penguatan) atau perjanjian atau kesepakatan atau
transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai
syariah.
Rukun dalam akad ada tiga, yaitu:
1. Pelaku akad
2. Objek akad
3. Shighah atau pernyataan pelaku akad,yaituijab dan qobul.
Sedangkan syarat dalam akad ada empat, yaitu:
1. Syarat berlakunya akad (in’iqod),
2. Syarat sahnya akad (shihah),
3. Syarat terselesaikannya akad (nafadz),
4. Syarat lazim.
Secara garis besar produk bank syariah dapat diklasifikasikan menjadi;
1. Produk pendanaan
2. Produk pembiayaan
3. Produk jasa perbankan
Saran
Demikian penulisan makalah yang dapat kami sampaikan, mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian makalah. Terimakasih untuk
pembaca, semoga materi yang kita dapatkan bermanfaat. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca selalu kami nantikan untuk memperbaiki penulisan yang
kami sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA