Anda di halaman 1dari 6

PENDEKATAN DEDUKTIF

Pengertian
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).
Metode deduktif dalam tahapan-tahapannya, sama dengan metode lain, yaitu:
1. tahapan spekulasi (berasal dari bahasa latin “speculum/cermin”),
2. tahapan observasi dan klasifikasi, dan
3. tahapan perumusan hipotesis
Contoh:
Jika meneliti konsumsi rumah tangga untuk minyak, maka sebelum turun ke lapangan yang
dipersiapkan adalah teori konsumsi, permintaan dan penawaran barang, dan lainnya.
Pertanyaan yang akan diajukan sudah jelas dan hampir baku, sampelnya jelas. Artinya sudah
disiapkan semua tinggal cari data.

PENDEKATAN INDUKTIF
Pengertian
Pendekatan induktif menekan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).
Contoh:
Bisa jadi langsung ke lapangan untuk wawancara secara mengalir (contoh penelitian tentang
konflik pilkada di desa X) artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi menggunakan
interview guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di lapangan.

PERBEDAAN PENDEKATAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF


Teori normatif (normative theory) menggunakan pertimbangan nilai (value
judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh.
Sebagai contoh, premis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi (accounting reports)
Seharusnya didasarkan kepada pengukuran nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net
realizable value measurements of assets) merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya,
teori deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya
terjadi. Meskipun terdapat pengecualian, Sistem deduktif umumnya bersifat normatif dan
pendekatan induktif umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif. Hal ini karena metode
deduktif pada dasarnya merupakan sistem yang tertutup dan non empiris yang kesimpulannya
secara ketat didasarkan kepada premis. Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan
hubungan empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.
Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitinya tidak mungkin
sepenuhnya bersikap netral dengan dipilihnya suatu permasalahan yang akan diteliti dan
dirumuskannya definisi konsep yang terkait dengan permasalahan tersebut.
Perbedaan yang lebih mencolok antara sistem deduktif dan induktif adalah:
kandungan atau isi (contents) teori deduktif kadang bersifat global (makro). Sedangkan teori
induktif umumnya bersifat partikularistik (mikro). Oleh karena premis sistem deduktif
bersifat total dan menyeluruh maka kesimpulannya pasti bersifat global. Sistem induktif,
karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya hanya berfokus kepada sebagian kecil
dari fenomena tersebut yang relevan dengan permasalahan yang diamatinya.
Meskipun perbedaan antara sistem deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud
pengajaran, dalam praktek riset pembedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain,
keduanya bukanlah pendekatan yang saling bersaing tetapi saling melengkapi
(complementary) dan seringkali digunakan secara bersama. Metode induktif bisa digunakan
untuk menilai ketepatan (appropriateness) premis yang pada mulanya digunakan dalam suatu
sistem deduktif.
Proses riset sendiri tidak selalu mengikuti suatu pola yang pasti. Para peneliti
seringkali bekerja secara terbalik dari kesimpulan penelitian lainnya dengan mengembangkan
hipotesis baru yang tampaknya cocok dengan data yang tersedia. Dalam konteks akuntansi,
riset induktif bisa membantu memperjelas hubungan dan fenomena yang ada dalam
lingkungan bisnis yang mendasari praktek akuntansi. Riset induktif tersebut pada gilirannya
akan bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan yang biasanya mengandalkan penalaran
deduktif dalam menentukan aturan yang akan diberlakukan.
PERBEDAAN METODE SINTETIS DAN METODE ANALISIS

Metode Analisis
Secara etimologis, kata ‘analisis’ yang dalam Bahasa Inggris ‘analysis’ berasal dari
leksem bahasa Yunani analyein (gabungan morfem ana- dan lyein) berarti ‘melonggarkan’
atau ‘memisahkan’ (memisahkan keseluruhan menjadi bagian-bagian). Jika analisis (Meriam
Webster, 2009) dikategorikan sebagai metode berpikir dalam mengungkapkan pengetahuan
dan kebijaksanaan, maka tentu di dalamnya terdapat serangkaian fakta, konsep, prinsip dan
prosedur yang digunakan untuk menguraikan ataupun menyederhanakan ungkapan atau hasil
pemikiran.
Menurut istilah, ‘analisis’ merupakan bentuk kegiatan logika yang menyarikan
kebenaran konkret suatu proposisi, dan memusatkan perhatian mula-mula dan terutama pada
forma telanjangnya (yang pada dasarnya matematis), yaitu nilai kebenarannya (Palmquist,
2000). Analisis pada akhirnya dimaknai sebagai kegiatan berpikir yang melakukan perincian
terhadap istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan ke dalam bagian-bagiannya agar dapat
menangkap makna yang dikandungnya atau memahami komponen terlebih dahulu kemudian
menguraikan komponen.

Metode Sintesis
Sintesis merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana,
Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti menentukan makna pernyataan atas dasar
empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis dengan membedah
pengertian yang dikemukakan. Secara etimologis, sintesis berasal dari bahasa Yunani
syntithenai (syn- + tithenai) yang berarti ‘meletakkan’ atau ‘menempatkan’ (Meriam-Webster
Dictionary, 2009). Lebih lanjut, dalam sumber yang sama, entri sintesis diartikan sebagai
komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu
kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi
satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis
untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.

Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa analisis dan sintesis merupakan bentuk kegiatan
berpikir atau berlogika yang menggunakan bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar
bagi proposisi untuk menyatakan kebenaran sebuah pernyataan. Sintetis bersifat spesifik,
sedangkan analisis bersifat universal yang diuraikan menjadi unsur-unsurnya.
DAFTAR PUSTAKA

Thamzil, Lily. 2012. ANALISIS – SINTESIS: Epistema Logika dalam


Relasi Komplementer. http://lilythamzil.wordpress.com/2012/04/30/analisis-
sintesis-epistema-logika-dalam-relasi-komplementer/ (diakses tanggal 11
Desember 2013)

Galugu. 2013. Mengenal Pendekatan Deduktif dan Induktif.


http://www.menginspirasi.com/2013/09/mengenal-pendekatan-deduktif-dan.html
(diakses tanggal 11 Desember 2013)

Amalsyah. Aga. 2012. Pengertian Metode Induktif dan Metode Deduktif.


http://makalah-update.blogspot.com/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-
metode.html (diakses tanggal 11 Desember 2013)
PERBEDAAN METODE DEDUKTIF DENGAN METODE INDUKTIF,
METODE SINTESIS DENGAN METODE ANALISIS
(Disampaikan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Filsafat)

KELOMPOK 1
KELAS B

Anggota Kelompok :
I Wayan Gunantara 1005105029
Ferdiansyah Dwi Maulana 1105105036
I Made Yesta Santiatma 1105105039
I Wayan Suarjana 1105105041
I Nyoman Surya Dharmadi Putra 1105105042
Ni Nyoman Alit Purwaningsih 1105105043
I Gusti Agung Bagus Suradarma 1105105045
Surya Dharma Sinulingga 1105105046
I Wayan Ardita Restara 1005105060
I Wayan Adi Permadi 1005105048

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013

Anda mungkin juga menyukai