Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aliyatul Himmah

NIM : 175020301111014
Mata Kuliah : Teori Akuntansi Keuangan
Kelas : CE

RMK 1 – TEORI AKUNTANSI DAN PERKEMBANGANNYA

-Definisi Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk
menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
variabel. Berdasar pengertian tersebut, definisi teori mengandung tiga hal: Pertama, teori
adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori
merangkan secara sistematis atau fenomena sosial dengan sosial dengan cara menentukan
hubungan antar konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara
menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk
hubungannya.

Dalam menyusun kerangka teori menurut Prof. Noeng Muhadjir, dalam makalahnya
yang berjudul ” Proses Mengkonstruksi Teori dan Hipotesis”, bagian teori harus menampilkan
bagian yang bulat yang disajikan secara holistik sehingga akan lebih menarik untuk dikaji. Tata
fikir yang menyusun kerangka teori menggunakan logika reflektif, yaitu logika yang mondar-
mandir antara proses berfikir induktif dan deduktif, dan tidak dipermasalahkan dari mana harus
dimulai. Alat berfikir didasarkan pada generalisasi dari rerata keberagaman individul dan rerata
frekuensi kejadian, konteks, esensi, indikasi pragmatik, fungsional, atau yang lainnya.

Oleh karena itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau idealitas dari
fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula merupakan penafsiran atas
empiris. Pada dasarnya teori mengandung beberapa hal antara lain: asumsi, postulat, tesis,
hipotesis, proposisi dan sejumlah konsep. Dalam teori juga terdapat idealisasi tentang tata
hidup kemasyarakatan atau tata hidup alam semesta. Validasi suatu teori diuji atas
kemampuannya memberikan evidensi empirik

-Overview Teori Akuntansi

Dalam praktik akuntansi terdapat gagasan yang melandasi yaitu asumsi-asumsi dasar,
konsep, penjelasan, deskripsi dan penalaran yang secara keseluruhan membentuk teori

1
akuntansi. Teori akuntansi membahas berbagai masalah konseptual dan ideal yang ada di balik
praktik akuntansi dan juga berperan dalam pengembangan akuntansi yang sehat. Pengertian
teori akuntansi bergantung pada kesepakatan tentang pengertian akuntansi sebagai disiplin
pengetahuan. Akuntansi dapat dipandang sebagai sains apabila bertujuan untuk mendapatkan
kebenaran atau validitas penjelasan tentang suatu fenomena akuntansi dengan menerapkan
metode ilmiah. Akuntansi juga dapat dipandang sebagai teknologi yang merupakan teknologi
perangkat lunak yang harus dipelajari dan dikembangkan untuk mencapai tujuan sosial
tertentu. Dengan demikian, akuntansi merupakan suatu pengetahuan tentang perekayasaan
informasi untuk pengendalian keuangan.

Teori akuntansi merupakan suatu penalaran logis mengevaluasi dan mengembangkan


praktik akuntansi. Hasil penalaran logis adalah suatu kerangka konseptual yang menjadi
semacam konstitusi akuntansi. Adanya tujuan sosial yang harus dicapai oleh akuntansi
menjadikan teori akuntansi banyak membahas pertimbangan nilai (value judgement). Atas
dasar sasaran yang ingin dicapai, teori akuntansi dibedakan menjadi:

 Teori Positif, menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar pengamatan
empiris.
 Teori Normatif, menjelaskan fenomena akuntansi untuk menjustifikasi atau membenarkan
standar akuntansi karena bertujuan akuntansi harus dicapai.

Menurut aspek tataran semiotika yang mengkaji teori umum tentang tanda-tanda dan
simbol-simbol dalam bidang linguistik, teori akuntansi dibedakan menjadi:

 Teori Sintaktik yang berkepentingan pada struktur pelaporan keuangan. Teori ini memberi
penalaran mengapa data / informasi disajikan dengan cara tertentu.
 Teori Semantik, memusatkan perhatian pada masalah-masalah penyimbolan, pengukuran
dan penyajian kegiatan operasi dan objek fisis perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.
Teori ini memberi penalaran mengapa kegiatan perusahaan disimbolkan dengan cara
tertentu.
 Teori Pragmatik, memusatkan perhatian pada pengaruh informasi terhadap perubahan
perilaku pemakai laporan keuangan. Teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh
informasi akuntansi.

Menurut aspek pendekatan penalaran. Penalaran mempunyai peran penting dalam


rangka menerima atau menolak kebenaran (validitas) suatu teori. Proses penyimpulan yang

2
menghasilkan pernyataan atau penjelasan sebagai teori dapat bersifat deduktif maupun
induktif.

 Penalaran Deduktif, adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum
yang disepakati (disebut premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi).
Pernyataan umum dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral, ideologi, keyakinan, atau
budaya.
 Penalaran Induktif, merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran ini berawal
dari suatu pernyataan khusus dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan
generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Dalam penalaran induktif, kebenaran premis
tidak selalu menjamin kebenaran konklusi yang bersifat generalisasi. Kebenaran konklusi
hanya dapat dijamin dengan tingkat keyakinan tertentu.

-Mengevaluasi Teori Akuntansi Berbasis Pada Logika Dan Bukti Empiris

Verivikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu teori valid atau
tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori bergantung pada sasaran dan tataran teori
yang diverivikasi. Validitas dapat dinilai dengan menentukan apakah asumsi-asumsi yang
digunakan masuk akal.

Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya atas dasar penalaran logis yang
melandasi teori yang diajukan. Teori normatif bersifat tidak bebas nilai, maka penerimaan
asumsi oleh pihak yang terlibat dalam penurunan prinsip (konklusi) juga menjadi bagian dari
kriteria validitas teori. Namun, kriteria ini sering bersifat subjektif. Oleh karena itu, penerimaan
suatu asumsi juga harus didukung dengan penalaran logis sehingga asumsi tetap masuk akal
serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap dapat dievaluasi dan diukur implikasinya.

Teori akuntansi positif dievaluasi validitasnya biasanya atas dasar kesesuaian teori
dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi. Menentukan fakta melibatkan observasi secara
objektif. Pada umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui penelitian dengan metode
ilmiah. Oleh karena itu, validitas teori akuntansi positif banyak dilakukan dengan penelitian
empiris. Penelitian empiris didasarkan atas pengamatan terbatas (sampel) untuk menguji teori
secara statistis. Karena teori akuntansi positif bersifat bebas nilai, maka verifikasi dibatasi pada
apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi tidak diarahkan untuk menentukan apakah teori tersebut
baik atau tidak bila dijadikan basis untuk menentukan kebijakan.

3
Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan fakta (tidak
mempunyai kandungan empiris) sehingga verfikasi validitasnya mengandalkan penalaran logis
semata-mata. Baru setelah teori tersebut dipraktikkan dalam bentuk kebijakan, pengujian
secara empiris dapat dilakukan untuk menguji penalaran yang mendasarinya.

Teori akuntansi semantik melibatkan penyimbolan fakta/realitas sehingga mengandung


unsur empiris. Oleh karenanya, validitas teori dapat diverifikasi secara empiris dengan
pengamatan.

Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang besar karena teori ini
banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku pasar/individual sebagai reaksi terhadap
informasi akuntansi. Teori akuntansi pragmatik diverifikasi dengan penelitian empiris yang
didasarkan atas asumsi bahwa informasi dianggap bermanfaat bila pemakai berbuat atau
bertindak seakan-akan menggunakan informasi tersebut.

Daya prediksi sering digunakan sebagai kriteria validitas teori, asumsi atau premis
akuntansi. Suatu teori dikatakan mempunyai daya prediksi yang tinggi bila sesuatu yang
diharapkan dari kebijakan yang disasarkan atas teori tersebut besar kemungkinannya akan
terjadi. Karena teori akuntansi semantik, sintatik dan pragmatic tidak berdiri sendiri tetapi
saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan pengujian biasanya dilakukan untuk
memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapat-dapatnya teori harus diverifikasi validitasnya atas
dasar penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan pertimbangan nilai yang telah
disepakati.

Anda mungkin juga menyukai