PENDAHULUAN
Perkawinan silang pertama kali ditemukan oleh George John Mendel yang lahir
di Heinzendeorf pada tahun 1822-1884 dan tinggal di cekoslavia. Gregor John Mendel
adalah seorang pendeta, pada tahun 1851 ia dikirim ke Universitas Wina untuk belajar
ilmu pengetahuan alam, tetapi dia tidak mendapatkan nilai baik untuk fisika dan
matematika. Ketika ia kembali ke kota Brunn mulailah ia pada tahun 1857
mengumpulkan beberapa jenis ercis (pisum sativum). Dikebun biaranya, ia menanam
tanaman ercis untuk mempelajari perbedaan satu dengan yang lainnya dan melakukan
perkawinan silang pada tanaman tersebut. Setelah kurang lebih tujuh tahun lamanya ia
mengadakan pengamatan secara teliti dan seksama, maka pada tahun 1865 ia membawa
hasil percobaannya pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan
pengetahuan alam di brunn. Pada tahun 1866, karya ilmu Mendel itu dicetak oleh
perhimpunan tersebut yang kemudian menyebarluaskannya keberbagai perpustakaan di
Eropa dan Amerika.
Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang keturunan dan
pewaris sifat pada makhluk hidup. Dalam genetika terdapat gen yang berfungsi
menyampaikan informasi genetic pada keturunan berikutnya. Oleh karena itu setiap
keturunan akan mempunyai fenotip maupun genotip yang hamper sama atau hasil
campuran sifat-sifat induknya. Sifat yang dapat diamati disebut fenotip, sedangkan
yang tidak dapat diamati disebut genotip yang berupa susunan genetic suatu individu.
Dalam ilmu genetika terdapat suatu istilah yang disebut sebagai homozigot dan
heterozigot. Homozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya terdiri atas gen-gen
yang sama dari tiap jenis gen, misalnya RR,rr,MM,NN sedangkan Heterozigot adalah
sifat suatu individu yang genotipnya terdiri atas gen-gen yang berlainan dari tiap jenis
gen, misalnya Rr,Mm,Nn.
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari
Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Mendel mengatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan
alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya
sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa
bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang
sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?
1.3. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas dari mata kuliah
Genetika.
b. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui latar belakang teori mendel.
2. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel I.
3. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel II.
4. Agar mahasiswa mengetahui teori pewarisan sifat.
5. Agar mahasiswa mengetahui percobaan mendel.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww
(secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara
fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan
persilangan dari genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4
individu baru (semuanya bergenotipe wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari
keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3
pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R
dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3
dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe
RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah
1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.
Gambar 2
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat
dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2
macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu
sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat
dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe
SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan
coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb,
sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak).
Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka
akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris
atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16
macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan
panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB
atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk
buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1
Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam percobaannya
menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat warna kuning
dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan
kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis
berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam kembali dan
dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan kedua F2 yang
diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah persilangan dua individu
dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah
Kacang ercis berbiji Kacang ercis berbiji
P1 ><
bulat warna kuning keriput warna hijau
Genotipe BBKK >< Bbkk
Gamet BK dan BK >< bk dan bk
Fenotipe : berbiji bulat
F1 BbKk
warna kuning
P2 BbKk >< BbKk
Gamet BK,B k,bK,bk >< BK,Bk,bK,bk
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb :
F2 Gamet
BK Bk bK Bk
: Gamet
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12
Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16
Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K
memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2. bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14
3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15
4. keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :
Kemungkinan
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
ke-
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput kuning
8 12, 15 bbKk Keriput kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
Perbandingan Genotipe nya :
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi, biji
bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau.
Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid
P1 TTKKBB >< Ttkkbb
Fen
Tinggi,kuning, Pendek,keriput,
otip ><
bulat hijau
e
Gen
otip TKB >< Tkb
e
F1 TtKkBb
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
P2 TtKkBb >< TtKkBb
Ga TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,t
met Kb, tkB,tkb
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Macam Macam Perbandingan
Sifat Macam Individu
Genotipe Fenotipe Fenotipe F2
Beda Gamet F2
F2 F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n 4n
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel,
juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
3.2 Saran
1. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
2. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran
dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf
http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/
http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html