Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS


STADIUM III B + ANEMIA RINGAN + PASCA PAXUS CARBOPLATIN 6
SERI + EKSTERNAL RADIASI 9 KALI
DI RUANG CEMPAKA TIMUR RSUP SANGLAH
DENPASAR

NAMA : GUSTI KANZANIA FINANSI

NIM : S.12.1019

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA

BANJARMASIN

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karuniaNya penulis
dapat mnyelesaikan laporan kasus berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Pasien
Dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus
Carboplatin 6 Seri + Eksternl Raiasi 9 Kali”, di Ruang Cempaka Timur RSUP
Sanglah Denpasar.

Dalam penulisan ini saya banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan


baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai
pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes, selaku direktur Akbid Sari
Mulia Banjarmasin.
2. Ibu Nurul Hidayah, SST, selaku bagian praktik klinik AKBID Sari mulia
Banjarmasin.
3. Ibu Normisaswati, Am. Keb selaku Pembimbing Klinik (CI)
4. Ibu Sulasmi, SST selaku Pembimbing Pendidikan (CT) yang telah
membantu dalam penulisan laporan ini.
5. Serta seluruh pihak yang membantu penulisan laporan ini.

Penulisan laporan ini saya rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka
saya mohon saran dan kritiknya dari pembaca sekalian. Akhir kata saya berharap
penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Denpasar,........................2014

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan......................................................................................................ii

Kata Pengantar................................................................................................................iii

Daftar Isi ..........................................................................................................................v

BAB I Pendahuluan ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1


B. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus .....................................................................2
C. Manfaat..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................4

A. Pengertian Kanker Serviks .................................................................................4


B. Anatomi Fisiologi................................................................................................4
C. Etiologi ...............................................................................................................7
D. Patofisiologi .......................................................................................................8
E. Manifestasi Klinik ...............................................................................................9
F. Penatalaksanaan ................................................................................................9
G. Stadium Karsinoma Serviks ................................................................................10
H. Pemeriksaan Diagnostik .....................................................................................12
I. Pengkajian Fokus ...............................................................................................13
J. Fokus Intervensi .................................................................................................14
K. Pengertian Anemia ............................................................................................20
L. Pembagian Anemia ............................................................................................21
M. Etiologi ...............................................................................................................21
N. Patofisiologi .......................................................................................................22
O. Tanda Gejala ......................................................................................................23
P. Kemungkinan Komplikasi ...................................................................................23
Q. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang .................................................................23
R. Penatalaksanaan ................................................................................................24
BAB III Tinjauan Kasus .............................................................................................25

A. Subjektif Data.....................................................................................................25
B. Objektif Data ......................................................................................................28
C. Analisis Data .......................................................................................................32
D. Penatalaksanaan ................................................................................................32
E. Implementasi .....................................................................................................33
BAB IV Pembahasan ........................................................................................................36

BAB V Penutup ................................................................................................................38

A. Kesimpulan.........................................................................................................38
B. Saran ..................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim,
yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina.
(Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker
merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya
meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker payudara merupakan jenis kanker
kedua di Indonesia yang menyerang kaum wanita setelah kanker serviks
(mulut rahim). Dengan kata lain, kanker serviks adalah urutan pertama
terbanyak yang menyerang kaum wanita di Indonesia. (Azamris, 2006).
Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta
wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui
terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks baru dengan angka
kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. (Emilia, 2010). Sampai saat ini
kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks
yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum
yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya,
keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan
ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. (Rasjidi, 2007).
Di Vietnam kanker serviks merupakan penyebab kematian perempuan
yang pertama, sedangkan di Indonesia dan Filipina, kanker serviks
menduduki urutan ke dua penyebab kematian pada wanita, sementara di
Thailand dan Malaysia, kanker serviks menduduki penyebab kematian
perempuan yang ketiga. Di Indonesia sendiri, diperkirakan 15.000 kasus baru
kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya
diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya diperkirakan terjadi 41
kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena
penyakit tersebut. Pada tahun 2009, kasus baru kanker serviks berjumlah
2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia.
Dengan angka kejadian ini, kanker serviks menduduki urutan kedua setelah
kanker payudara pada wanita usia subur 15 – 44 tahun. (Wijaya, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah penyakit kanker di


Indonesia antara lain hampir 70% penderita penyakit ini ditemukan dalam
keadaan stadium yang sudah lanjut. Prevalensi tumor tertinggi berdasarkan
provinsi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 9,66 % dan terendah
adalah Maluku Utara 1,95 %. Sedangkan urutan jenis kanker atau tumor
tertinggi di Indonesia adalah kanker ovarium dan servix uteri. (Oemiati,
2011).
Berdasarkan latar belakang di atas maka sangat penting bagi seorang bidan
untuk memberikan asuhan pada pasien sedini mungkin, mulai pada deteksi
dini, cara penanganan serta cara pencegahan sebagai upaya deteksi adanya
penyakit yang memerlukan tindakan segera serta perlunya rujukan agar
mencapai derajat kesehatan yang tinggi pada pasien dengan penyakit tersebut
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien dengan Kanker
Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal
Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dapat diambil dari penyusunan laporan ini adalah agar
mahasiswa mampu:

a. Melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan


objektif pada kasus pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan +
Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang
Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
b. Melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara
subjektif dan objektif pada pasien dengan Kanker Serviks + Anemia
Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di
Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
c. Melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan setelah
mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif maupun objektif
kepada pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus
Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur
RSUP Sanglah Denpasar.
d. Melakukan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh kegiatan
pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien dengan Kanker Serviks
+ Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi
9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.

C. MANFAAT
1. Bagi Instansi Pelayanan
Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang pasien
dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6
Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali sehingga dapat menjadi pedoman dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan
kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu
hamil dengan masalah serupa.

2. Bagi Instansi Pendidikan


Sebagai dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih
luas untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Pembaca Lain


Sebagai bahan acuan ataupun referensi dalam melakukan pembelajaran
baik secara teori maupun praktik.
4. Bagi Pasien
Sebagai edukasi dalam pengetahuan pasien tentang penyakit yang
dideritanya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kanker Serviks
1. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina
(Diananda, Rama, 2009 ).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90%
dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
servikal yang menuju kedalam rahim (Sarjadi, 2001).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang
abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau
bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

2. Anatomi fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan
genetalia interna.
a. Genetalia eksterna
1) Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
2) Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang,
menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan pereniam.
Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di
mons veneris.
3) Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan
kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan
pada sisi lateral.
4) Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia
minora adalah vestibulum.
5) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil
(labia minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium,
dalam vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama
(introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri
dan kanan).
6) Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda-
beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan
yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui
satu jari.
7) Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perenium.
b. Genetalia interna
1) Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf.
Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan
penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan
liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang.
Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.

2) Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam
pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan,
ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis
dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar
±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
b) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga
rahim.
c) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut
porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
I. Endometrium
II. Myometrium
III. Parametium
d) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan
uterus di bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uterus.
e) Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam
banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke
dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa
yang memberikan nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga
saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang
kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-
ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi
agar masuk kedalam tuba (Tambayong, 2002).

3. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus
membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut
tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas
maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
a. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma
Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
1) Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan
virus papiloma.
2) Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi
karsinoma pada kondiloma akuminata.
3) Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian
kanker dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic
infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker serviks yang
meningkat.
4) DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel
Serviks )
b. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56
kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung
bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal
sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
1) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang
dari 18 tahun).
2) Berganti - ganti pasangan seksual.
3) Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan
seksual pertama pada usia 18 tahun, berganti - berganti
pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
4) Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil
untuk mencegah keguguran.
c. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih
dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali.
WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi
oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian.
d. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
e. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap
smear secara rutin dan pendidikan yang rendah ( Dr imam
Rasjidi, 2010 ).

4. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran
infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi
keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil
masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks
stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemikyang menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun
akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman
status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati
dan selalu dihubungkan dengan kematian (Price, syivia Anderson, 2005).

5. Manifestasi Klinik
Manifetasi klinik yang kemungkinan terjadi pada pasien dengan kanker
serviks adalah:
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
b. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
c. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
d. Perdarahan spontan saat defekasi.
e. Perdarahan diantara haid.
f. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
g. Anemia akibat pendarahan berulang.
h. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
(Dr RamaDiananda, 2009 ).

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada pasien dengan kanker
serviks adalah:
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan
stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan
hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium
atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan
hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang
lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan
sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
1) Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua
sel pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
2) Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu
darimana proliferasi termasuk obat fase spesifik.
3) Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi
sel lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang
digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik
dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara
lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake
cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah
pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam
perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,
sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan
kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari,
memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjang dan latihan
rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung.
Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital
tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat
dan cairan parenteral sampai 300 ml dan memberikan support mental.
Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post
pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ),
monitor intake dan output cairan (Bambang sarwiji, 2011).

7. Stadium Karsinoma Serviks


Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri mengenai tingkat
dan kriteria kanker serviks adalah:
a. Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
b. Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses
terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
c. Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak
dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak
terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
d. Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
e. Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para
servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
f. Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
g. Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum
sampai pada dinding panggul.
h. Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah
meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakitnodus limfe
yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV
menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
i. Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
j. Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul
( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah
ada gangguan faal ginjal.
k. Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara
histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ketempat -
tempat yang jauh.
l. Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
m. Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 ).

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemerksaan yang dapat dilakukan pada pasien yang teridentifikasi
menerita kanker serviks adalah:
a. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )
sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat
ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi
adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa
gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis
secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi,
suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga
rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ).
Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel
dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan
perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )
terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat
seluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis
serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara
konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus
tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus
), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,
dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan
larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10 g, air 100ml ) dan eksisi
dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak
berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada
keadaan -keadaan sebagai berikut :
1) Proses dicurigai berada di endoserviks.
2) Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3) Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4) Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2006 ).

9. Pengkajian Fokus
Pengkajian data fokus yang dilakukan pada pasien dengan kanker serviks
adalah:
a. Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual Salah satu faktor
yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur
18 tahun.
b. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya
kanker serviks dapat ditularkan dengan mudah.
c. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan
pap smear secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
d. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan
kurangnya pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker
seviks.
e. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri,
peran diri, emosional.
f. Perineum; keputihan, bau, kebersihan. Keputihan yang gatal dan
berbau adalah tanda dari kanker leher rahim yang mulai mengalami
metastase.
g. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak
dan
abnormalita pada organ - organ daerah panggul.
h. Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf -
syaraf disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan
berat pada daerah tersebut.
i. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat
memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang
dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan mengesampingkan
efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala
tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.
j. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara
siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
k. Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
( Doengoes, 2005 ).

10. Fokus Intervensi


Fokus dari pemberian intervensi yang dapat diberikan pada pasien degan
kanker serviks adalah:
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri
hilang atau berkurang.
Kriteria :
1) pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala
nyeri 0 - 3.
2) Ekspresi wajah rileks.
3) Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala
nyeri.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi,
imajinasi, message.
3) Awasi dan pantau TTV.
4) Berikan posisi yang nyaman.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional :
1) Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang
akan dilakukan selanjutnya.
2) Mengurangi rasa nyeri.
3) Mengetahui tanda kegawatan.
4) Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
5) Mengontrol nyeri maksimum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah karena proses eksternal Radiologi .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi
dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
1) Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh
petugas.
2) Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
3) Berat badan klein normal.
4) Hasil hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi pasien
2) Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
3) Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya
protein dan tetap sesuai diit ( Rendah Garam ).
4) Pantau masukan makanan setiap hari.
5) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
Rasional :
1) Untuk mengetahui status nutrisi
2) Memantau peningkatan BB.
3) Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.
4) Identifikasi defisiensi nutrisi.
5) Agar nutrisi terpenuhi
c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam ( darah, keputihan ).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak
terjadi penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri infeksi .
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
2) Tanda - tanda vital dalam batas normal.
3) Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien,
pasien keluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.
4) Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
5) Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
Intervensi :
1) Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
2) Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
3) Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
4) Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
5) Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
6) Kolaborasi pemeberian antibiotik.
Rasional :
1) Mengurangi terjadinya infeksi.
2) Agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
3) Mencegah terjadinya infeksi.
4) Membantu mempercepat penyembuhan.
5) Mencegah terjadinya infeksi.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang
atau berkurang.
Kriterial hasil :
1) Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang.
2) Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
3) Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian.
4) Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan
mengklarifikasi rasa takut.
5) Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan
pengobatan dan klien mendapat dukungan dari terdekat.
Intervensi :
1) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
2) Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
3) Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan
menyentuh klien.
4) Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali
danmengklarifikasi rasa takut.Beri informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat.
Rasional :
1) Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
2) Membantu mengurangi kecemasan.
3) Meningkatkan kepercayaan klien.
4) Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
5) Mengurangi kecemasan.
e. Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan efek
dari prosedur pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit.
Kriteria hasil :
1) Pasien atau keluarga dapat mempertahankan keberhasilan
pengobatan tanpa mengiritasi kulit.
2) Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma
kulit.
3) Pasien keluarga beserta TIM medis dapat meminimalkan trauma
pada area terapi radiasi.
4) Pasien, keluarga beserta tim medis dapat menghindari dan
mencegah cedera dermal karena kulit sangat sensitif selama
pengobatan dan setelahnya.
Intervensi :
1) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
2) Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit
yang kering dari pada menggaruk.
3) Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat
terapi radiasi.
4) Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar pada,
biarkan pasien menghindari penggunaan bra bila ini memberi
tekanan.
Rasional :
1) Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
2) Membantu menghindari trauma kulit.
3) Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.
4) Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
f. Resiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera
atau injuri.
Kriteria hasil :
1) Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi.
2) Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan
melakukan aktifitas.
3) Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas.
Intervensi :
1) Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat.
2) Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan pada
keluarga dalam melakukan suatu kegiatan.
3) Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan.
Rasional :
1) Membantu mengurangi kelelahan.
2) Membantu pasien untuk melakukan kegiatan.
3) Membantu mempercepat penyembuhan.
g. Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien
mampu mempertahankan aktifitas seksual pada tingkatyang
diinginkan bila mungkin.
Kriteria hasil :
Pasien mampu memahami tentang arti seksualitas, seksualitas dapat
diungkapkan dengan bentuk perhatian yang diberikan seseorang.
Intervensi :
1) Kaji masalah- masalah perkembangan daya hidup.
2) Catat pemikiran pasien/ orang- orang yang berpengaruh bagi
pasien mengenai seksualitas
Evaluasi faktor- faktor budaya dan religius/ nilai dan konflik- konflik
yang mucul berikan suasana yang terbuka dalam diskusi mengenai
masalah seksualitas. Tingkatkan keleluasaan diri bagi pasien dan
orang- orang yang penting bagi pasien.
Rasional :
1) Faktor- faktor seperti menoupose dan proses penuan remaja dan
dewasa awal yang perlu masukan dalam pertimbangan mengenai
seksualitas dalam penyakit yang perawatan yang lama.
2) Untuk memberikan pandangan bahwa keterbatasan
kondisi/lingkungan akan berpengaruh pada kemampuan seksual
tetapi mereka takut untuk menanyakan secara langsung.
3) Untuk mempengaruhi persepsi pasien terhadap masalah seksual
yang muncul.
4) Apabila masalah- masalah diidentifikasikan dan di diskusikan
maka pemecahan masalah dapat ditemukan
5) Perhatikan penerimaan akan kebutuhan keintiman dan tingkatkan
makna terhadap pola interaksi yang telah dibina. Resti terjadinya
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan syok berkurang atau
tidak terjadi syok.
Kriterial hasil :
1) Pasien tidak mengalami anemia
2) Tanda - tanda vital stabil.
3) Pasien tidak tampak pucat.
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda terjadi syok
2) Observasi KU
3) Observasi TTV
4) Monitor tanda pendarahan
5) Check hemoglobin dan hematokrit
Rasional :
1) Mengetahui adanya penyebab syok
2) Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada
saat terjadi pendarahan sehingga segera diketahui tanda syok.
3) TTV normal menandakan keadaan umum baik.
4) Perdarahan cepat diketahui dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok.
5) Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
(Doengoes, 2005)

B. Anemia Ringan
1. Pengertian anemia pada umumnya
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin
(Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41%
pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang
dari 36% pada perempuan.
Berikut adalah HB, Ht, dan E normal manusia:
a. Nilai Normal Hemoglobin :
1) Infant (neonatus) = 14 – 22 gr/dl
2) 6 bulan = 11 – 14 gr/dl
3) Anak (1 – 15 th) = 11 – 15 gr/dl
4) Dewasa :
a) Laki-laki = 14 – 18 gr/dl
b) Perempuan = 12 – 16 gr/dl

5) Nilai normal hematokrit


a) Laki-laki = 40 – 48%
b) Perempuan = 37 – 43%
6) Nilai normal eritrosit
a) Laki-laki = 4,5 – 5,5 juta/l
b) Perempuan = 4,0 – 5,0 juta/l

2. Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer


Institute)
a. Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.016.0 g/dL
Laki-laki 14.0-18.0 g/dL
b. Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL10.0 g/dL – nilai normal
c. Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0-10.0 g/dL
d. Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5-7.9 g/dL
e. Derajat 4 (mengancam jiwa)< 6.5 g/dL <6.5 g/dL

3. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
e. Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah. Darah menstruasi yang berlebihan.
Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena
kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.Kehamilan. Wanita yang hamil
rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin
untuk pertumbuhannya. Penyakit yang menyebabkan perdarahan
terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus
buntu dapat menyebabkan anemia. Obat-obatan tertentu. Beberapa
jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl
amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung
(gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang
menyerap zat besi dan vitamin B12.Penyakit radang kronis seperti
lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid,
beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing
tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah
yang parah.

4. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab
lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.

5. Tanda Dan Gejala


Tanda gejala yang umum muncul pada penderita anemia adalah:
a. Lemah, letih, lesu dan lelah
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah
dan Hb, vasokontriksi.
d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
g. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare)

6. Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a. Gagal jantung,
b. Kejang.
c. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

7. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang


Kadar Hb, hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated
iron-binding capacity serumPemeriksaan diagnostic untuk menentukan
adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
a. Anemia aplastik:
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
c. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
d. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
e. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi. Menggunakan preparat besi oral:
sulfat ferosus, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
f. Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin
B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12
dengan injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
3) Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien
dengan gangguan absorbsi.
BAB III

Tinjauan Kasus

Asuhan Kebidanan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan +
Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali

Di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah

Denpasar

Hari/ tanggal : 13 Desember 2014


Jam : 18.00 wita
Tempat Pengkajian : Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah
Denpasar

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Istri
Nama :Ny. Y
Umur :41 tahun
Agama :Islam
Suku/Bangsa :Papua/Indonesia
Pendidikan :SD
Pekerjaan :IRT
Alamat :Manokwari, Papua Barat
Suami
Nama :Tn. S
Umur :41tahun
Agama :Islam
Suku/Bangsa :Papua/Indonesia
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Swasta
Alamat :Manokwari, Papua Barat

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan lemah dan pusing sejak 3 hari yang lalu
3. Riwayat Perkawinan
Ibu kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 25 tahun dengan suami sekarang
sudah 16 tahun
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur :14 tahun
b. Siklus :28 hari
c. Teratur/tidak :Teratur
d. Lamanya :4-5 hari
e. Bayaknya :2 kali ganti pembalut/hari
f. Dimenorhoe :Tidak ada
5. Riwayat Ginekologi
a. Perdarahan di luar haid : ya
b. Riwayat keputihan : ya
c. Riwayat adanya tumor pada payudara dan alat kandungan : ya
6. Riwayat Kesehatan
a. Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, penyakit menular seksual seperti sifilis, HIV/AIDS, penyakit
keturunan seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes mellitus. Ibu
mengatakan dirinya menderta kanker serviks.
b. Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, penyakit keturunan
seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes mellitus. Ibu mengatakan
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti dirinya.
8. Pola Kebutuhan Nutrisi
a. Nutrisi
Makanan

Jenis yang dikonsumsi :

Nasi, Sayur yang dimasak seperti kol, labu, daun kates dll, lauk-pauk
seperti ayam dan ikan, buah seperti kelengkeng, pepaya,
mangga dll

Frekuensi : 3x sehari

Porsi : 1-2 piring

Pantangan : Tidak ada

Masalah : Tidak ada

Minuman

Jenis yang dikonsumsi : Air putih, sirup, susu, teh, kopi

Frekuensi : 6x sehari

Porsi : 1 gelas

Pantangan : Tidak ada

Masalah : Tidak ada

b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan
BAK
Frekuensi : 4-6x sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas (pesing)
c. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi Gosok gigi : 3x sehari
Frekuensi ganti pakaian : sesuai kebutuhan
d. Aktifitas
Ibu masih bisa melakukan pekerjaan rumah seperti biasa memasak,
mencuci dan menyapu
e. Tidur dan Istirahat
Siang hari : 1 jam

Malam hari : 7-8 jam

Masalah : Tidak ada

f. Pola Seksual
Frekuensi : Tidak ditanyakan

Masalah : Tidak ada

9. Data Psikososial dan Spiritual


a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya: cemas

b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : Ibu merasa cemas

dengan penyakitnya

c. Ketaatan ibu beribadah : Ibu taat beribadah

d. Pengetahuan ibu terhadap penyakitnya : Petugas kesehatan

e. Lingkungan yang berpengaruh

Ibu tinggal bersama : Suami

Hewan Peliharaan : Tidak ada

f. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Bersama


g. Jumlah penghasilan keluarga : Cukup

h. Yang menanggung biaya perawatan penyakit : Suami

B. OBJEKTIF DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Berat badan
Sebelum sakit : 65 kg
Saat sakit : 63 kg
d. Tinggi badan : 160 cm
e. Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/m
- Respirasi : 19 x/m
- Temperatur : 37,0 ºC

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
- Kepala : Pertumbuhan rambut tampak merata, warna
rambut hitam kulit kepala tampak bersih, tidak
tampak berketombe dan tidak ada benjolan yang
abnormal
- Muka : Tampak pucat dan tidak tampak odema
- Mata : Bentuk tampak simetris, konjungtiva
tampak pucat dan sklera tidak tampak kuning
- Telinga : Telinga tampak simetris, tidak ada pengeluaran
serumen dan peradangan
- Hidung : Hidung tampak bersih, tidak tampak sumbatan
jalan nafas seperti polip dan
tidak ada pernapasan cuping hidung
- Mulut : Tidak tampak sariawan, lidah tampak bersih dan
gigi tidak tampak karies
- Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis dan
pelebaran/penyempitan kelenjar tiroid
- Dada : Tampak simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi
- Abdomen : Terdapat luka bekas operasi, tidak teraba massa
- Tungkai : Tidak ada varises dan odema
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium:
Tanggal 03 Oktober 2014

Klinis : CA Cervix St. III B + Anemia sedang (N-N) Hb 6,86

Foto Thorax AP (kurang inspirasi, asimetris):


Ca : Besar jantug sulit dievaluasi
Pulmo : tidak tampak infiltrat/nodul. Corakan bronchovaskuler normal
Sinus pleura kanan kiri tajam
Diaphragma kanan kiri normal
Tulang-tulang : tidak tampak proses osteolitik/osteoblastik

KESAN:
Pulmo tidak tampak kelainan
Tidak tampak proses metastasis pada paru dan tulang

Foto BOF:
Tak tampak bayangan radioopaque di sepanjang traktus urinarius
Kontur ginjal kanan kiri tampak jelas
Psoas line kanan kiri simetris
Distribusi gas usus normal bercampur fecal material
Bayangan hepar dan lien tak tampak membesar
Tampak osteophyte VL 3,4,5 pedicle dan spatium intervertebralis baik

KESAN:
Tak tampak batu opaque di sepanjang traktus urinarius
Spondylosis lumbalis

Tanggal 13 Desember 2014


Laboratorium:
DL : (12/12)
HB : 8,5
HT : 26,6
WBC : 7,7 L
PLT : 324

Tanggal 16 Desember 2014


LIMIT SET

WBC 4.10-11.0

NEU 2.50-7.50 47.0-80.0 %

LEU 1.00-4.00 13.0-40.0 %

MONO .100-1.20 2.00-11.0 %

EOS 0.00-.500 0.00-5.00 %

BASO 0.00-.100 0.00-2.00 %

RBC 4.00-5.20

HGB 12.0-16.0

HCT 36.0-46.0
MCV 80.0-100.

MCHC 31.0-36.0
RDW 11.6-14.8
PLT 140.-440.
MPV 6.80-10.0

HASIL

WBC 9.89 10e3uL


NEU 8.28 83.7 %
LYM .952 9.62 %
MONO .602 6.09 %
EOS .017 .169 %
BASO 0.36 .360 %

RBC 3.67 10e6uL


HGB 10.1 g/dL
HCT 32.6 %
MCV 88.9 fL
LEU 27.6 pg
MCHC 31.1 g/dL
RDW 14.0 %

PLT 303. 10e3/uL


MPV 5.00 fL

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan : Asuhan kebidanan pada pasien Ny.Y dengan

kanker serviks stadium III b + anemia ringan +


pasca paxus carboplatin 6 seri + eksternal
radiasi 3 kali

2. Masalah : perbaikan keadaan umum

3. Kebutuhan : KIE, health education, terapi dan tindakan


medis

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu dan suami mengenai hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, ibu dan suami memahami hasil penjelasan yang diberikan.
2. Memfasilitasi ibu untuk menempati ruangan yang telah disediakan, ibu telah
menmpati ruangan yang disediakan.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam pemberian:
a. Dyphenhidramine 1 amp per IV sebagai premedikasi transfusi.
b. Dexamethasone 1 amp per IV sebagai premedikasi transfusi.
c. Paracetamol 500 mg 3x1 sebagai penurun panas dan anti nyeri
d. Transfusi PRC s/d HB 10,0 gr%
e. NaCL 0,9 % & per IV 20 tpm
Ibu setuju dengan perawatan yang akan diberikan.
Implementasi

NO TANGGAL IMPLEMENTASI

Sabtu, 13
Melakukan Pemberian Transfusi:
Desember 2014
1 -NaCL 0,9% Sebanyak 500 cc
Pukul: 16.00
-PRC 1 kolf sebanyak 250 cc
WITA
Melakukan TTV:
S:
Ibu mengeluh badannya terasa lemas
O:
Keadaan umum ibu :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Nadi :84x/m
Respirasi :21 x/m
Temperatur :36,5ºC
Sabtu, 13-12-
A:
2 2014
CA serviks stadium III B + anemia ringan + pasca
Jam: 18.00 WITA
paxus carboplatin 6 seri + pasca eksternal radiasi
9 kali
P:
- Memberikan KIE dengan pasien dan kluarga
mengenai pemberian terapi dan perawatan
yag akan dilakukan
- Berkolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan tetang pemberian terapi
- Pemberian infus NaCL 0,9% 20 tpm
- Transfusi PRC s/d HB 10 gr% dengan
premedikasi transfusi:
- Dyphenhidramine 1 amp per IV
- Dexamethasone 1 amp per IV
- Awasi tanda-tanda reaksi transfusi
Melakukan TTV:
S:
Ibu mengeluhkan badannya terasa lemas
O:
Keadaan umum ibu :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi :84 x/m
Respirasi :26 x/m
Temperatur :36,5ºC
Senin, 15
A:
Desember 2014
3 CA serviks stadium III B + anemia ringan + pasca
Pukul: 18.00
paxus carboplatin 6 seri + eksternal radiasi 9 kali
WITA
P:
- Mengawasi TTV pasien
- Berkolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan tetang pemberian terapi
- Pemberian infus NaCL 0,9% 20 tpm
- Transfusi PRC s/d HB 10 gr% dengan
premedikasi transfusi:
- Dyphenhidramine 1 amp per IV
- Dexamethasone 1 amp per IV
- Awasi tanda-tanda reaksi transfusi
Rabu, 17 Melakukan TTV
4
Desember 2014 S:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
O:
Keadaan umum ibu :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi :80 x/m
Respirasi :20 x/m
Temperatur :36,6ºC
HB :10,1gr/dL (berdasarkan
pemeriksaan tanggal 16
Desember 2014)
A:
CA serviks stadium III B + anemia ringan + pasca
paxus carboplatin 6 seri + eksternal radiasi 9 kali
P:
- Mengawasi TTV pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan


merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90%
dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
padasaluran servikal yang menuju kedalam rahim.

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel


darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal. Lemah, letih, lesu dan lelah, Sering mengeluh pusing dan mata
berkunang-kunang, Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit
dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan
volume darah dan Hb, vasokontriksi, Takikardi dan bising jantung
(peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada), Dispnea,
nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang),
Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP, Anemia berat gangguan GI dan
CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

Dilakukan pemeriksaan pada Ny. Y dengan CA Serviks stadium III B +


anemia ringan + pasca paxus carboplatin 6 seri + eksternal radiasi 9 kali.
Diagnosis ini didapatkan dari pengkajian secara langsung maupun tidak
langsung kepada pasien. Keadaan umum: Baik, Berat badan Sebelum sakit:
65 kg, Saat sakit: 63 kg, Tinggi badan: 160 cm, Tekanan Darah :110/70 mmHg,
Nadi :84x/m, Respirasi :18 x/m, Temperatur :37,0ºC. Berkolaborasi dengan
dokter spesialis kandungan dalam pemberian terapi: pemasangan Infus NaCL
0,9% 20 tpm per IV. Kemudian dilakukan pemberian Transfusi PRC 250 cc 1
kolf per IVdengan premedikasi Dypenhidramine 1 ampul per IV dan
Dexamethasone 1 amp per IV. Perawatan sehari-hari dilanjutkan hingga
kedaan uum ibu membaik.
Pasien diberikan terapi hingga Hb meningkat menjadi 10,0 gr/dL.
Setelah keadaan pasien membaik pasien diperbolehkan pulang, sesuai
dengan advis dokter. Terdapat kesamaan antara teori dengan praktik.
Sehingga didapatkan bahwa tidak ada perbedaan dan hasil akhir pasien
dengan tindakannya memuaskan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mahasiswa telah mampu melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien


dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus
Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur
RSUP Sanglah Denpasar.
2. Mahasiswa telah melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara
subjektif dan objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B
+ Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9
Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
3. Mahasiswa telah menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif
dan objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B +
Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9
Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
4. Mahasiswa telah dapat melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana
asuhan setelah mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif
maupun objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B +
Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9
Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
5. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh
kegiatan pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien dengan Kanker
Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri
+ Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah
Denpasar.
B. Saran

3. Bagi Instansi Pelayanan


Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi secara objektif
tentang pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan +
Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali sehingga dapat
menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan
memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada ibu hamil dengan masalah serupa.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi pada
perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih luas untuk penelitian
selanjutnya.
5. Bagi Pembaca Lain
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan ataupun
referensi dalam melakukan pembelajaran baik secara teori maupun praktik.
6. Bagi pasien
Diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami lebih jauh engenai
penyakit yang di derita olehnya, dan dapat meningkatkan kesadaran dalam
perawatan dirinya secara khusus sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.; Ilmu Kebidanan.; Edisi Keempat, Penerbit Tridasa


Printer; Jakarta 2012.

Prawirohardjo, Sarwono.; Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal.; Edisi Pertama Cetakan Ketiga, PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2009.

Anda mungkin juga menyukai