Anda di halaman 1dari 19

STURKTUR DAN KONSTRUKSI

BANGUNAN 5

STRUKTUR BANGUNAN TINGGI


KATA PENGANTAR

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang semakin
pesat, keberadaan sebuah bangunan tinggi sangat berkaitan dengan perkembangan sebuah kota.
Kehadiran sebuah bangunan tinggi pada sebuah kota yang berkembang adalah untuk menjawab
akan luas lahan yang tersedia didaerah perkotaan sangat terbatas. Oleh karena itulah lembaga
pendidikan dan penelitian serta pengembangan teknologi sampai dengan saat ini masih terus
melakukan penelitian terhadap teknologi-teknologi yang ada sehingga didapatkan sebuah
teknologi dengan sistem struktur yang tepat dalam perencanaan sebuah bangunan tinggi terutama
sistem struktur yang tepat dengan kondisi struktur tanah pada daerah yang perencanaan. Selain
itu pemilihan struktur bangunan tinggi juga harus melihat pada beberapa aspek penting,
diantaranya berupa bahan struktur, fungsi bangunan, bentangan bangunan, pemakai bangunan
dan beberapa aspek penting lainnya yang tidak dapat diabaikan. Sebab keberadaan sebuah
bangunan tinggi akan berpengaruh terhadap keadaan sekitarnya baik itu berupa keamanan,
estetika, irama serta keberadaan lokasi tersebut dari pandangan orang banyak.

Kupang, maret 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangunan bertingkat sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya untuk


hunian, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya ataupun kegiatan khusus lainnya dan
diklasifikasikan, sebagai bangunan rendah (low rise building), bangunan menengah
(middlerise building), dan bangunan tinggi (high rise building). Bangunan bertingkat
diukur dengan jumlah lantai 8 lantai, jumlah ini dianggap sebagai dasar jumlah penghuni
yang sudah besar (padat) dan jumlah asset bangunan yang besar dengan dampak
lingkungan yang tinggi selama under construction dan building operation.

Rancangan arsitektur mempunyai keunikan dan ciri arsitektural dan merupakan


karya yang merupakan jawaban permasalahan dari faktor manusia, persyaratan bangunan
atau lingkungan, atau diterjemahkan sebagai aspek arsitektural, aspek struktur dan
mekanikal elektrikal (sistim utilitas bangunan). Gagasan dasar muncul dari kreatifitas
perancang, baik dalam bentuk intuisi (black box) atau bentuk pemrograman (glass box)
sesuai dengan pendekatan dalam rumusan konsep sistim bangunan.

Studi tentang struktur dalam hubungannya dengan bangunan, tidak hanya tentang
ruang dan ukuran, tetapi juga menyangkut tentang skala, bentuk, proporsi dan morfologi.
Struktur merupakansuatu identitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dipahami
sebagai suatu organisasi unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam ruang yang
didalamnya karakter keseluruhan itu mendominasi interelasi bagian-bagiannya.

Sejalan dengan perkembangan peradaban kehidupan manusia sampai dengan


revolusi di bidang industri, teknologi dan ilmu pengetahuan, struktur arsitektur
berkembang pula secara kuantitatif dan kualitatif seperti dari segi "fungsi" walaupun
tidak sebanyak perkembangan dari segi teknologi dan bahan(material), yang terus
diusahakan dengan menelaah batasan-batasan yang ada sampai sekarang Terbatasnya
ruang yang dapat dipergunakan akibat konsentrasi manusia diperkotaan mendorong
munculnya teknologi struktur bangunan vertikal dan bertingkat tinggi baik keatas lantai
dasar dan kebawah tanah yang sering disebut dengan istilah bangunan "pencakar langit".

Pada awalnya kemunculan gedung atau bangunan bertingkat tinggi ini


menimbulkan satu fenomena yang akhirnya dapat diterima masyarakat selama masih
dalam batasan-batasan yang ada terutama batasan ekonomis. Selain itu, diperlukan pula
pertimbangan perancang bangunan bertingkat tinggi ini terhadap ruang prilaku, seperti
keterpencilan, ketiadaan kontak antar manusia dalam bangunan dan ketiadaan kontak
dengan kehidupan diluar bangunan seperti jalan dan sebagainya. Untuk itu diperlukan
bantuan dari lembaga - lembaga pendidikan untuk menyelidiki dan menelitinya sehingga
dapat memperbaiki kondisi tersebut diatas.

Terdapat beberapa jenis struktur yang sering digunakan untuk bangunan tinggi yaitu :

- Pararel Bearing Wall - Tube in Tube

- Core and Bearing wall - Bundle Tube


Facade

- Self supporting Box

- Cantilever Slab

- Flat Slab Interspatial

- Suspenstion Structure

- Staggered Truss

- Rigid Frame

- Core and Rigid Frame

- Trussed Frame

- Belt Truss
1.2. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan studi literatur ini adalah
- Bagaimana sistem struktur dalam bangunan tinggi ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan studi literatur ini adalah :

Untuk mengetahui tentang sistem struktur bangunan tingkat tinggi serta bagaimana
pengaplikasiannya dalam merancang bangunan tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian bangunan tinggi

Bangunan tinggi menurut :


1. International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan bangunan
tinggi sebagai “struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap
evakuasi”.
2. New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai “bangunan
yang memiliki banyak tingkat”.
3. Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21
m).
2.2.Unsur-unsur dasar struktur bangunan tinggi

Unsur Linear, berupa kolom dan balok yang


mampu menahan gaya aksial dan gaya
rotasi
Unsur Permukaan, terdiri dari dinding dan
plat
Unsur Spasial, merupakan pembungkus
fasade atau core (inti) dengan mengikat
bangunan agar berlaku sebagai satu
kesatuan

2.3. Struktur Dinding Geser


Bangunan tinggi tahan gempa umumnya menggunakan elemen-elemen struktur kaku
berupa dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser, momen, dan gaya aksial yang
timbul akibat beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan,
sebagian besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Dinding geser
(shear wall) didefinisikan sebagai komponen struktur vertikal yang relatif sangat kaku.
Dinding geser pada umumnya hanya boleh mempunyai bukaan sekitar 5% agar tidak
mengurangi kekakuannya.
Dinding geser merupakan struktur vertikal yang digunakan pada bangunan tingkat
tinggi. Fungsi utama dari dinding geser adalah menahan beban lateral seperti gaya
gempa dan angin. Berdasarkan letak dan fungsinya, dinding geser dapat
diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :
 Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar beban
gravitasi . Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding partisi antar apartemen
yang berdekatan
 Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana beban
gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini dibangun diantara
baris kolom.
 Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat dalam
gedung yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang terletak dikawasan
inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan paling ekonomis.

2.4. Elemen Struktur Dinding Geser


Pada umumnya dinding geser dikategorikan berdasarkan geometrinya, yaitu (Imran dkk,
2008):
 Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio
hw/lw≥ 2, dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur,
 Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≤2,
dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur.
 Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang terjadi akibat
beban gempa ditahan oleh sepasang dinding geser yang dihubungkan dengan balok-
balok penghubung sebagai gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-
masing dasar dinding tersebut.
Dalam pelaksanaannya dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka pemikul
momen. Dinding struktural yang biasa digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser
kantilever, dinding geser berangkai, dan system 6 rangka-dinding geser (dual system).
Kerja sama antara sistem rangka penahan momen dan dinding geser merupakan suatu
keadaan khusus, dimana dua struktur yang berbeda sifat dan perilakunya digabungkan
sehingga diperoleh struktur yang lebih ekonomis. Kerja sama ini dapat dibedakan menjadi
beberapa macam system struktur berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 3.49-52 yaitu:
 Sistem ganda yaitu sistem struktur yang merupakan gabungan dari system rangka
pemikul momen dengan dinding geser atau bresing. Rangka pemikul momen
sekurang-kurangnya mampu menahan 25% dari gaya lateral dan sisanya ditahan
oleh dinding geser.Nilai koefisien modifikasi respons (R) yang direkomendasikan
untuk sistem ganda dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah
7.
 Sistem interaksi dinding geser dan rangka yaitu sistem struktur yang merupakan
gabungan dari sistem rangka beton bertulang dan dinding geser biasa. Nilai R
yang direkomendasikan untuk sistem interaksi dinding geser dan rangka adalah 4,5.
 Sistem rangka gedung yaitu sistem struktur yang memiliki rangka ruang pemikul
beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, gaya lateral akibat gempa yang
terjadi dipikul oleh dinding geser atau rangka bresing.

2.5. Perilaku Dinding Geser (Shearwall/Cantilever Wall)


Dinding geser merupakan suatu subsistem gedung yang memiliki fungsi utama untuk
menahan gaya lateral akibat beban gempa. Keruntuhan pada dinding geser disebabkan oleh
momen lentur karena terjadinya sendi plastis pada kaki dinding. Semakin tinggi suatu
gedung, simpangan horizontal yang terjadi akibat gaya lateral akan semakin besar, untuk itu
sering digunakan dinding geser pada struktur bangunan tinggi untuk memperkaku
struktur sehingga simpangan yang terjadi dapat berkurang. Dinding geser juga berfungsi
untuk mereduksi momen yang diterima struktur rangka sehingga dimensi struktur rangka
dapat dibuat seefisien mungkin pada struktur bangunan tinggi akibat gaya lateral. Gaya
lateral yang terjadi pada suatu gedung, baik diakibatkan oleh beban gempa maupun angin
akan disebar melalui struktur lantai yang berfungsi sebagai diafragma horizontal yang
kemudian akan ditahan oleh dinding geser karena emiliki kekakuan yang besar untuk
menahan gaya lateral (Shueller, 1989).
Dinding geser dapat dianggap sebagai balok yang tebal karena kekakuannya dan
berinteraksi terhadap gaya lateral serta lentur terhadap momen guling (overtuning momen).
Kemampuan dinding geser dalam menahan gaya lateral, torsi, dan momen guling tergantung
dari konfigurasi geometri, orientasi, dan lokasi dinding geser pada suatu bangunan.

2.6.Perilaku Struktur Rangka-Dinding Geser (Dual System)


Semakin tinggi suatu gedung, penggunaan struktur rangka saja untuk menahan gaya
lateral akibat beban gempa menjadi kurang ekonomis karena akan menyebabkan dimensi
struktur balok dan kolom yang dibutuhkan akan semakin besar untuk menahan gaya lateral.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kekakuan dan kekuatan struktur terhadap gaya
lateral dapat digunakan kombinasi antara rangka kaku dengan dinding geser (dual
system).
Pada struktur kombinasi ini, dinding geser dan kolom-kolom struktur akan
dihubungkan secara kaku (rigid) oleh balok-balok pada setiap lantai bangunan. Dengan
adanya hubungan yang rigid antara kolom, balok, dan dinding geser akan memungkinkan
terjadinya interaksi antara struktur rangka dan dinding geser secara menyeluruh pada
bangunan, dimana struktur rangka dan dinding geser akan bekerja bersama-sama dalam
menahan beban yang bekerja baik itu beban gravitasi maupun beban lateral. Selain itu,

dengan menggunakan sistem ganda ini, maka simpangan lateral akan jauh berkurang
seiring dengan peningkatan jumlah lantai struktur. Semakin tinggi suatu struktur gedung,
semakin kecil simpangan yang terjadi. Besarnya simpangan keseluruhan yang terjadi pada
sistem rangka kaku-dinding geser diperoleh dengan cara menggabungkan perilaku kedua
elemen tersebut.
2.7.Jenis – jenis dinding geser
2.7.1. Core wall
Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi
dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , Δ, O, atau core wall dua cell
dengan pengaku di tengahnya berbentuk ⊟. Dari masing-masing bentuk core wall ini,
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan fleksibilitas dan efektivitas
pada struktur bangunan. Bangunan tinggi yang mempunyai struktur core wall, dibuat
dengan salah satu pertimbangan adalah fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang
akan memberikan penghematan dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan.
Pada sistim core (inti) sebagai pengaku bangunan secara keseluruhan, dimana gaya-
gaya lateral yang bekerja disalurkan ooleh balok-balok menuju ke core/inti sebagai elemen
struktur utama.Core sebagai inti pengaku pendukung utama struktur bangunan, dengan
material dari :
 Core beton (shear wall atau bearing wall)
 Core dari struktur baja (tube)

Gambar tata letak core wall


Posisi perletakan sistim core pada bangunan tergantung pada titik pusat keseimbangannya,
dimana perletakkannya mempunyai beberapa varian, seperti :
 Sentral core, dimana core (inti) terletak pada titik pusat massa bangunan.
 Core pada tepi bangunan, berfungsi sebagai penahan gaya lateral secara langsung “lateral
core”.
 Bangunan dengan 2 (dua) core, dimana perletakan core pada kedua sisi bangunan.
 Bangunan dengan core tersebar, dengan perletakan core tersebar pada seluruh bidang
bangunan dan berada pada titik berat bangunan.
 Core dengan shear wall, yang berguna untuk kekakuan. Dimana core dipadu dengan
shear wall (dinding geser), sedang shear wall berperan sebagai penahan gaya geser
daripada gaya horizontal.
 Core dengan rangka kaku (baja), merupakan penggabungan core dengan rangka kaku
sehingga menjadi satu kesatuan yang kaku dan stabil.

Struktur core wall pada dasarnya adalah sistem struktur yang dibuat untuk mampu
menahan gaya-gaya lateral yang timbul akibat gaya angin atau gempa yang merupakan
beban dinamis. Untuk proses analisis mekanikanya, pengaruh gaya-gaya akibat beban angin
dan gempa tersebut (yang merupakan beban dinamis) diperlakukan sebagai beban statis
dan mengabaikan sifat dinamisnya.

Gambar tata letak core wall


Beberapa bangunan tinggi menggunakan inti dan rangka. Dari segi perilaku denah ini
diterapkan untuk memuaskan sistem plat datar atau dinding rangka geser bersama belt
trusses. Inti dapat terbuat dari beton , baja atau konbinasi antara betoin dan baja. Keuntungan
inti baja, dalam perakitan lebih cepat karena pabrikasi. Sedangkan inti dari beton
menghasilkan ruang yang sekaligus memikul beban. Juga dapat dipakai untuk
perlindungan saat kebakaran.
Bentuk denah yang bermcam-macam menungkinkan perletakan sejumlah inti
bangunan. Sistem inti ini dikaitkan dengan bentuk bangunan yang diatur menurut
letaknya, seperti :
1. Letak inti :
- inti fasade eksterior (diluar)
- inti interior : inti fasade (sekeliling)
- inti didalam bangunan
2. Jumlah inti :
- inti tunggal
- inti terpisah
- inti banyak
3. Bentuk inti :
- inti tertutup : bujur sangkar, persegi panjang, bulat, segitiga
- inti bentuk terbuka : bentuk X, I dan
- Bentuk inti disesuaikan dengan bentuk bangunan
4. Susunan inti :
- Simetris
- Asimetris
2.8.Studi kasus

KLASISFIKASI:

 Nama Bangunan: Central Park


 Lokasi: Jakarta. Indonesia
 Sistem Struktur: Sistem Rangka
 Fungsi Bangunan: Mix Use
 Jumlah Lantai 110 Lantai
 Luasan Site: 655.000 m2
 Tinggi Bangunan: 214 m

LANTAI GF
LANTAI UF

LANTAI 1-12
LANTAI 15

LANTAI 16
LANTAI 17-56
LANTAI ROOF
SISTEM STRUKTUR GEDUNG

Corewall Tower Apartemen

Anda mungkin juga menyukai