Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak tuntutan dari kalangan pasien maupun keluarga pasien

untuk mendapatkan pelayan yang prima saat berada di Rumah Sakit. Manusia

sebagai makhluk hidup memang membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar

yang sangat kompleks, khususnya saat menjalani pengobatan dan perawatan

(Potter & Perry, 2010). Berdasarkan dengan UU no. 44 pasal 1 Tahun 2009

dalam membantu proses penyembuhan pasien menjalani konsultasi dan

pengobatan di Rumah Sakit salah satu yang harus harus diutamakan petugas

medis yaitu kepuasan pasien.

Pemenuhan kebutuhan Personal hygiene dapat dipenuhi oleh klien

maupun dengan bantuan petugas medis lainnya. Standar asuhan keperawatan

tersebut disusun oleh Tim Departemen Kesehatan Republik Indonesia

diberlakukan sebagai standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit berdasarkan

keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik nomor Y.M.00.03.2.6.7637 pada

tanggal 18 Agustus 1993. Keputusan ini mengacu pada sistem kesehatan

nasional dan UU no. 23/1992 yang pokoknya menentukan antara lain bahwa

tenaga kesehatan mempengaruhi keberhasilan pembangunan kesehatan

khususnya, untuk itu perlu diupayakan tenaga kesehatan berkualitas. Perawat

sebagai pelaksana dan yang melakukan asuhan keperawatan kepada klien telah

1
mempunyai pengetahuan tentang cara memenuhu kebutuhan personal hygiene

baik secara mandiri maupun dengan dibantu (Praptianingsih, 2006).

Reformasi layanan kesehatan dalam upaya meningkatkan upaya telah lama

menjadi pembicaraan baik di negara maju maupun di negara berkembang

sebagai respon terhadap peningkatan mutu pelayanan terhadap kebutuhan

pasien dan masyarakat khususnya dalam bidang kepuasan pasien. Masyarakat

atau pasien melihat pelayanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu

pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan salah satu tolak ukur yang

menjadain acuan adalah kepuasan pasien (Pohan, 2007).

Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau

jasa yang di terima telah sesuai atau melebihi harapan pasien. Kepuasan

pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan

dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih

banyak lagi (setia). Pasien yang loyal akan mengajak orang lain untuk

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama (Nursalam,2016).

Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan saat pasien menajalani proses

penyembuhan di Rumah Sakit akan menimbulkan beberapa dampak terhadap

pasien maupun keluarga pasien. Pasien yang mengalami kepuasan terhadap

pelayanan kesehatan cenderung mematuhi dan mengikuti rencana pengobatan,

sebaliknya pasien yang mengalami ketidakpuasan cenderung untuk tidak

mematuhi rencana pengobatan, tidak mematuhi nasihat,tidak mematuhi

2
rencana pengobatan, berganti dokter atau pindah ke fasilitas layanan kesehatan

lain (Pohan, 2007).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien yaitu harapan

pasien dan kinerja layanan kesehatan, pasien cenderung merasa puas apabila

kinerja pelayan kesehatan dalam melakukan tindakan pemenuhan personal

hygiene baik (Pohan, 2007).

Personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemenuhan

perawatan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, budaya, nilai

sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhaadap perawatan diri serta

persepsi terhadap perawatan diri (Hidayat, 2008). Masalah kebersihan diri

merupakan masalah yang sering ditemui saat seseorang mengalami masalah

kesehatan. Masalah kebersihan yang dianggap sepele dan tidak diperhatikan

secara terus menerus akan dapat mempengaruhi kesehatan secara umum

(Wartonah & Tarwoto, 2010).

Personal hygiene juga mempengaruhi proses penyembuhan luka karena

kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila kebersihan diri kurang

(Gitarja dan hardian, 2008). Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan

pertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya

terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam

tubuh. Untuk itu diperlukan perawatan kesehatan dan kebersihan kulit.

Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga

kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman

3
dan gangguan yang akan masuk melewati kulit (Isro’in dan Andarmoyo,

2012)

Beberapa hasil penelitian data tentang tingkat kepuasan pasien di berbagai

negara. Tingkat kepuasan pasien menurut Ndambuki tahun 2013 di Kenya

menyatakan 40,4%, kepuasan pasien di Bakhtapur india menurut Twayana

34,4%. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan data tentang tingkat kepuasan

pasien di Indonesia. Tingkat kepuasan pasien menurut Ibnu tahun 2009

(66,7%) pasien menyatakan puas mendapatkan pelayanan keperawatan di IGD

RSUD Dr. Soedarso Kalimantan Barat. Menurut Gustop, A tahun 2012

(65,24%) pasien menyatakan puas terhadap mutu pelayanan di RS. Imanuel

Bandar Lampung. Menurut Maethalena & Nuryanto tahun 2015 (77,7%)

pasien menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan RSU. Kartini Kalirejo,

Lampung Tengah.

Mengingat kepuasan pasien merupakan tolak ukur bagi pemberi pelayanan

kesehatan maka untuk mencapai hal itu ada hal-hal yang perlu di perhatikan

yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien adalah kualitas

produk dan jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk,

pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana, dan desain visual

(Nursalam,2016)

Sejalan dengan penelitian Pertiwi (2002), di rumah sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh gambaran bahwa 40% dari 47 pasien

mengatakan tidak pernah dibantu untuk mandi, menggosok gigi, dan

membersihkan mulut, 42% menyatakan tidak pernah membersihkan atau

4
memotong kuku, serta 42% tidak pernah dibantu untuk membersihkan atau

merapikan rambut. Dari keseluruhan tindakan untuk membantu

mempertahankan personal higiene bagi pasien ini diperoleh jawaban 12,3%

menyatakan sangat puas, 30,8% menyatakan puas, 49,4% menyatakan tidak

puas, dan 7,4% sisanya menyatakan sangat tidak puas.

Penelitian lain yang di lakukan Suardana dkk (2007) tentang hubungan

tingkat pemenuhan kebersihan diri dengan tingkat kepuasan imobilisasi di

RSUP Sanglah. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pemenuhan kebersihan dengan kepuasan pasien.

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Heni Nurhaeni (2012) tentang

pengaruh intervensi personal higiene terhadap kepuasan pasien imobilisasi di

RS Prikasi, dimana hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang

signifikan antara pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan kepuasan

pasien.

Studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada 07 Januari 2019 di RSIA

Harapan Bunda Pringsewu, jumlah ibu post sectio saecarea selama bulan

oktober-desember 2018 sebanyak 82 ibu. Hasil wawancara terhadap 10 ibu

post sectio saecarea yang diberikan pelayanan Personal hygiene seperti

memandikan, vulva hygiene dan memotong kuku didapatkan 6 ibu (60%)

mengatakan puas dengan pelayanan Personal hygiene dan 4 ibu (40%)

mengatakan kurang puas dengan pelayanan.

kebutuhan akan pemberian pelayanan personal hygiene sangat tinggi,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana

5
pengaruh pemberian pelayanan Personal hygiene tehadap kepuasan pelayanan

kesehatan pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSIA Harapan Bunda Tahun

2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh pemberian pelayanan Personal

hygiene terhadap kepuasan pelayanan kesehatan pada ibu post sectio caesarea

di RSIA Harapan Bunda Tahun 2019?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pelayanan Personal hygiene

terhadap kepuasan pelayanan kesehatan pada ibu post sectio caesarea di

RSIA Harapan Bunda Tahun 2019.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui rata-rata kepuasan responden sebelum dilakukan

pelayanan Personal hygiene di RSIA Harapan Bunda Pringsewu Tahun

2019.

b. Untuk mengetahui rata-rata kepuasan responden sesudah dilakukan

pelayanan Personal hygiene di RSIA Harapan Bunda Pringsewu Tahun

2019.

c. Untuk mengetahui Pengaruh pemberian pelayanan Personal hygiene

6
terhadap kepuasan pelayanan kesehatan pada post sectio caesarea di

RSIA Harapan Bunda Pringsewu Tahun 2019.

D. Ruang lingkup

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Quasi

Experiment. Subjek penelitian adalah ibu post sectio caesarea yang sedang

menjalani perawatan di RSIA Harapan Bunda. Objek penelitian adalah

Pemberian pelayanan Personal hygiene terhadap kepuasan pelayanan

kesehatan. Tempat Penelitian di lakukan di RSIA Harapan Bunda Pringsewu.

Waktu penelitian dilakukan pada Mei-Juni 2019.

E. Manfaat Penelitian

1. RSIA Harapan Bunda Pringsewu

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi RSIA Harapan

Bunda dalam upaya pemberian pelayanan personal hygiene maupun

pemenuhan kebutuhan personal hygiene dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan kesehatan.

2. Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahaun serta literatur,

tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan personal hygiene terhadap

kepuasan pasien.

7
3. Peneliti

Dapat memperoleh pengalaman dalam penelitian dan

meningkatkan pemahaman tentang pengaruh pemberian pelayanan

Personal hygiene tehadap kepuasan pelayanan kesehatan pada Ibu Post

Sectio Caesarea.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan

1. Pengertian

Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau

jasa yang di terima telah sesuai atau melebihi harapan pasien. Kepuasan

pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita

berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan

pasien lebih banyak lagi (setia). Pasien yang loyal akan mengajak orang

lain untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama

(Nursalam 2016).

Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai

akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya, setelah pasien

membandingkan dengan apa yang diharapkannya. (Pohan 2007).

Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan

kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi

kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara

harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang

diberikan (Kotler, 2008).

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas merasa

senang, perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan

sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang

9
dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa

untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa (Setiyo, 2007).

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu

karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang

diberikan terpenuhi

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Menurut Budiastuti (dalam Nooria; 2008), faktor yang mempengaruhi

kepuasan pasien yaitu:

a. Kualitas produk atau jasa

Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan

bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi Pasien

terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu

kenyataan kualitas produk atau jasa dan komunikasi perusahaan, dalam

hal ini rumah sakit dalam mengiklankan tempatnya. Salah satu upaya

atau produk yang diberikan Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu

pelayanan adalah pelayanan Personal Hygiene.

Personal hygiene

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti

personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.

Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan baik fisik dan

psikisnya.

10
Menurut asumsi peneliti pemberian pelayanan personal

hygiene kepada klien adalah memberikan kemandirian bagi klien

sebanyak mungkin, memperhatikan kemampuan klien dalam

melakukan praktik hygiene, memberi privasi dan penghormatan, serta

memberikan kenyamanan fisik kepada klien. Personal hygiene yang

diberikan di RSIA Harapan Bunda berisikan Sikat gigi, pasta gigi,

sabun, handuk, gelas serta sisir yang diberikan dalam 1 paket

bingkisan.

Kepuasan pasien akan tercapai apabila setiap pasien

memperoleh hasil yang optimal dari pelayanan, adanya perhatian

terhadap kemampuan pasien/keluarga, terhadap keluhan, kondisi

lingkungan fisik dan memprioritaskan kebutuhan pasien. Kepuasan

pasien merupakan indikator pertama dari standar suatu rumah sakit dan

merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pasien yang

rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan

mempengaruhi provitabilitas rumah sakit, sedangkan sikap karyawan

terhadap pasien juga akan berdampak terhadap kepuasan pasien

dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu

pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan.

b. Kualitas pelayanan

Pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang

baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

11
c. Faktor emosional

Pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap rumah sakit yang

dipandang “rumah sakit mahal”.

d. Harga

Semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan

yang lebih kecil. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi

berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

e. Biaya

Pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak

perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, maka

pasien cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.

Notoatmodjo (2012), berpendapat bahwa faktor-faktor dasar yang

mempengaruhi kepuasan yaitu :

a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi prilaku

individu, yang mana makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang

tentang kesehatan, maka makin tinggi untuk berperan serta.

b. Kesadaran

Bila pengetahuan tidak dapat dipahami, maka dengan sendirinya

timbul suatu kesadaran untuk berprilaku berpartisipasi

12
c. Sikap positif

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan salah satu kompensasi

dari sikap yang positif adalah menerima (receiving), diartikan bahwa

orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

d. Sosial ekonomi

Pelayanan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan biaya yang

telah dikeluarkan oleh pasien. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan

oleh pasien maka semakin baik pelayanan yang diberikan.

e. Sistem nilai

Sistem nilai seseorang pasien sangat mempengaruhi seseorang

pasien untuk mempersepsikan pelayanan kesehatan yang diberikan.

f. Pemahaman

Pemahaman pasien tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya

Tingkat pemahaman pasien terhadap tindakan yang diberikan akan

mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang terhadap tindakan.

g. Empati

Empati yang ditujukan oleh pemberi pelayanan kesehatan, sikap ini

akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh terhadap

tingkat kepatuhan pasien (compliance).

3. Aspek-aspek Kepuasan Pasien

Penilaian pasien terhadap pelayanan perawat bersumber dari

pengalaman pasien. Aspek pengalaman pasien dapat diartikan sebagai

13
suatu perlakuan atau tindakan dari perawat yang sedang atau pernah

dijalani, dirasakan dan ditanggung oleh seseorang yang menggunakan

pelayanan perawat. Menurut Zeitham dan Berry (dalam Tjiptono; 2002),

aspek-aspek kepuasan pasien meliputi:

a. Keistimewaan, yaitu dimana pasien merasa diperlakukan secara

istimewa oleh perawat selama proses pelayanan. .

b. Kesesuaian, yaitu sejauhmana pelayanan yang diberikan perawat

sesuai dengan keinginan pasien, selain itu ada ketepatan waktu dan

harga.

c. Keajegan dalam memberikan pelayanan, artinya pelayanan yang

diberikan

d. selalu sama pada setiap kesempatan dengan kata lainpelayanan yang

diberikan selalu konsisten.

e. Estetika, estetika dalam pelayanan berhubungan dengan kesesuaian

tata letak barang maupun keindahan ruangan.

B. Klasifikasi Kepuasan

Menurut Supranto (2011) kepuasan pelanggan memiliki tingkatan yang

berbeda yaitu:

1. Sangat tidak memuaskan (1) bila hasil pelayanan ynag diberikan/

didapatkan jauh dibawah harapan.

2. Tidak memuaskan (2) bila hasil pelayanan yang didaptakan belum

memenuhi harapanya.

14
3. Netral/biasa (3), bila hasil pelayanan yang didapatkannya sudah sebagian

memnuhi harapannnya.

4. Memuaskan (4), bila hasil pelayanan sudah memenuhi harapannya.

5. Sangat memuaskan (5) bila hasil pelayanan yand didapatkannya melebihi

harapannya.

Menurut Supranto (2011) kategori kepuasan pasien setalah diberikan

angket dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Tidak Puas : Bila nilai rata-rata <4.5.

2. Puas : Bilai nilai rata-rata ≥4.5

C. Personal Hygine

1. Pengertian

Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, dari kata personal yang

artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene atau

kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis

(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

15
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan

perawatan diri sendiri yaang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan,

baik secara fisik maupun psikologis (Pohan, 2007).

2. Tujuan Personal Hygiene

Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) tujuan personal hygiene

diantaranya :

a. Meningkatkan derajad kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihan diri seseorang

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

d. Pencegahan penyakit

e. Memperbaiki percaya diri seseorang

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Menurut hidayat (2008), pemenuhan perawatan diri di pengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya budaya, nilai sosial pada individu atau

keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap

perawatan diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal

hygiene Perry dan Potter (2010) yaitu :

a. Citra tubuh

Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya

higiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif

seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering

16
berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene.

Citra tubuh dapat berubah akibat adanya pembedahan atau penyakit

fisik maka harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan

higiene.

b. Praktik social

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien

berhubungan dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama

masa kanakkanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari

orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan

ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan

beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.

c. Status sosio ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat

praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan-

bahan yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik

(alat-alat yang membantu dalam memelihara higiene dalam lingkungan

rumah)

d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi

kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian,

pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi untuk

memelihara perawatan diri.

17
e. Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi

perawatan higiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda

mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda.

f. Pilihan pribadi

Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri,

memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara

melakukan higiene.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang

sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.

4. Macam-macam Personal Hygiene

Jenis-jenis kebersihan diri dapat meliputi beberapa hal, yaitu:

a. Kulit

Umumnya, kulit dibersihkan dengan cara mandi. Dalam memilih

dan memakai sabun dan sampo hendaknya pilih produk yang yang

tidak menimbulkan rasa perih/iritasi. Kulit anak-anak cenderung lebih

tahan terhadap trauma dan infeksi. Meski demikian kita harus rutin

membersihkannya karena anak sering sekali buang air besar dan

senang bermain dengan kotoran (Mubarak & Chayatin, 2007).

b. Kaki, tangan, dan kuku

Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga

kebersihan termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih,

18
mencucinya dengan sabun, dan mengeringkannya dengan handuk.

Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan gangguan

kaki dan bisa mengakibatkan katimul (kulit ari menjadi mengeras,

menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari

juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah usang dan kotor,

karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit

kaki (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

c. Perawatan rongga mulut

Mulut dan organ tambahan didalamnya memiliki peranan penting,

sehingga hygiene mulut merupakan aspek yang sangat penting dalam

perawatan. Masalah kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut

diantaranya karies gigi, penyakit periodonatal, karang gigi, gingivitis

dan periodontitis.

d. Perawatan rambut

Kebersihan rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat

bersih dan indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak

berbau. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala,

maka perlu memperhatikan kebersihan rambut yaitu dengan cara:

1) Mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu,

2) Mencuci rambut memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya,

3) Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

19
e. Perawatan mata, telinga, dan hidung

Kurang menjaga kesehatan dan kebersihan higiene mata, telinga

dan hidung akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.,Salah satu

masalah yang sering ditimbulkan adalah infeksi pada mata, telinga dan

hidung.

5. Dampak Personal hygiene

a. Dampak Fisik

Dampak fisik personal hygiene berupa gangguan integrasi kulit,

gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan

gangguan fisik pada kuku (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

b. Gangguan Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial (Isro’in

dan Andarmoyo, 2012).

D. Penelitian Terkait

1. Denan judul hubungan hubungan tingkat pemenuhan kebersihan diri

dengan tingkat kepuasan mobilisasi di RSUP Sanglah. Penelitian ini

menunjukan terdapat hubungan antara pemenuhan kebutuhan personal

Hygiene dengan kepuasan pasien dengan nilai p-value 0,001 Suardana dkk

(2007).

20
2. Di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh gambaran

bahwa 40% dari 47 pasien mengatakan tidak pernah dibantu untuk mandi,

menggosok gigi, dan membersihkan mulut, 42% menyatakan tidak pernah

membersihkan atau memotong kuku, serta 42% tidak pernah dibantu untuk

membersihkan atau merapikan rambut. Dari keseluruhan tindakan untuk

membantu mempertahankan personal higiene bagi pasien ini diperoleh

jawaban 12,3% menyatakan sangat puas, 30,8% menyatakan puas, 49,4%

menyatakan tidak puas, dan 7,4% sisanya menyatakan sangat tidak puas (

Pertiwi, 2002).

3. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Heni Nurhaeni dkk (2012) tentang

pengaruh intervensi personal higiene terhadap kepuasan pasien imobilisasi

di RS Prikasi, dimana hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan

yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan personal hygiene dengan

kepuasan pasien dengan nilai p-value sebesar 0,005.

21
E. Kerangka teori

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lainnya yang ingin di teliti

(Notoatmodjo, 2010)

Gambar 2.1
Kerangka teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Kepuasan

a. Kualitas produk atau jasa (Pelayanan


Personal Hygiene)
b. Kualitas pelayanan
c. Faktor emosional
d. Harga
Kepuasan Pelayanan
e. Biaya

Sumber : Budiastuti (dalam Nooria; 2008), Isro’in & Andarmoyo (2012)


dalam Awiktamarotun (2014)).

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang berhubungan

antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Kepuasan pasien sebelum Kepuasan pasien setelah


Pelayanan Personal
diberikan pelayanan diberikan pelayanan
Hyguiene
personal hygiene personal hygiene

22
F. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian,

hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan dua variabel, variabel bebas

dan variabel terikat, hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah

pembuktian, maka dari itu hipotesis harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010).

Ha : Ada pengaruh pemberian pelayanan personal hygiene terhadap

kejadian Kepuasan pelayanan kesehatan pada ibu post sectio caesarea di

RSIA Harapan Bunda Pringsewu Tahun 2019.

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian pelayanan personal hygiene

terhadap kejadian Kepuasan pelayanan kesehatan pada ibu post sectio

caesarea di RSIA Harapan Bunda Pringsewu Tahun 2019.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian dari penelitian ini menggunakan metode survei analitik

yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika

korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek

(Notoatmodjo, 2010).

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan pre and post test

without control. Pada rancangan ini peneliti hanya melakukan intervensi pada

suatu kelompok intervensi tanpa kelompok pembandingan. Efektifitas

perlakuan dinilai dengan membandingkan nilai pre test and post test.(Dharma,

2011). Konsep penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

01 X 02

Keterangan :

01 : Kepuasan pasien sebelum diberikan pelayanan personal hygiene

X : Pelayanan personal hygiene

02 : Kepuasan pasien setelah diberikan pelayanan personal hygiene

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Januari sampai Februari tahun 2019.

24
2. Tempat Penellitian

Penelitian ini dilakukan di RSIA Harapan Bunda Pringsewu.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan

penelitian (Notoatmojo,2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah ibu bersalin saecarea yang menjalani proses pemulihan di RSIA

Harapan Bunda Pringsewu selama bulan Januari-Februari Tahun 2018

yaitu sebanyak 64 responden.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2010). Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling yaitu

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada (sesuai dengan

kontek penelitian) (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini

sebanyak 64 responden penelitian

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel dependen (variabel bebas) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul

variabel terikat (Sugiono, 2009).Variabel dependent pada penelitian ini

adalah pemberian pelayanan personal hygiene

25
2. Variabel Dependen

Variabel Independent (variabel terikat) adalah merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiono,

2009). Variabel independent yang diteliti pada penelitian ini adalah kepuasan

pelayanan.

E. Definisi Operasional

Definisi Opersional bermanfaat untuk ruang lingkup atau pengertian

variabel-variabel di amati atau di teliti (Notoatmojo, 2010). Guna memperoleh

kejelasan dalam kegiatan penelitian maka perlu definisi operasional dalam

penelitian, yang dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Alat Cara Skala


Definisi
No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur

Independen

1. Pelayanan Usaha yang - -


personal dilakukan untuk
hygiene meningkatkan
kepuasan pasien
dengan cara
menjaga
kebersihan diri
pasian meliputi
perawatan Kulit,
kuku, Mulut,
rambut, mata,
telinga, dan
hidung.
Dependen

26
2. Kepuasan Perasaan senang Kuisione Lembar 0=Tidak Puas bila Ordinal
pelayanan pasien yang timbul r Kuisioner nilai rata-rata<4.5
diakibatkan karena
1=Puas bila nilai
pemenuhan
rata-rata≥4.5.
kebutuhan personal
hygiene oleh (Supranto, 2011).
petugas kesehatan
selama proses
pemulihan

F. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

merupakan data yang diperoleh langsung dari responden berupa

Pemberian pelayanan personal hygiene dan kepuasan pasien setelah

dilakukan pengukuran.

G. Pengolahan Data

Data diolah melalui tahapan - tahapan sebagai berikut (Hastono,, 2007) :

1. Editing

Yaitu pemeriksaan data dengan rencana semula seperti yang diiginkan.

2. Coding

Yaitu untuk memberi tanda pada data yang telah diolah untuk

mempermudah mengadakan tabulasi. Variebel kepuasan 0 bila tidak puas

dan kode 1 bila puas.

27
3. Processing

Yaitu data yang sudah di beri kode kemudian di masukan ke dalam

komputer.

4. Cleaning

Yaitu merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini di maksudkan untuk mendapat

distribusi frekuensi pada masing-masing variabel dengan menggunakan

komputerisasi (Notoatmodjo, 2010). Adapun rumus presentase adalah

sebagai berikut :

= x100%

Keterangan :
P : Presentase
: Skor jawaban
N : Jumlah responden

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel maka dalam penelitian ini digunakan Paired Test. Adapun

Menurut Nursalam (2010) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

28
Keterangan:
: Rata-rata sampel sebelum perlakuan
: Rata-rata sampel sesudah perlakuan
: Simpangan baku sebelum perlakuan
: Simpangan baku sesudah perlakuan
: Jumlah sampel sebelum perlakuan
: Jumlah sampel sesudah perlakuan

Menentukan uji kemaknaan dengan kaidah keputusan sebagai berikut:

a. Nilai P (P value) < 0,05 maka HO ditolak, yang berarti ada hubungan

yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b. Nilai P (P value) > 0,05 maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antar variabel bebas dengan variabel terikat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Buku Panduan. Personal Hygiene: Konsep,


proses dan Aplikasi dalam praktek.
Isro'in & Andarmoyo. (2012). Personal Hygiene; Konsep, Proses, dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan, Edisi Pertama., Yogyakarta: Graha Ilmu.
Luthfianti
Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT.Indeks. Kotler.
Mubarak, W. & NurulChayatin. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC
Notoadmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian. Rhineka Cipta; Jakarta.
Nooria, Widoningsih. 2008. Pengaruh Persepsi Kualitas Jasa Pelayanan
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan di RSU Saras Husada
Purworejo. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pohan,Imbalo. S. (2007).Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-Dasar
Pengertian Dan Penerapan. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A., Perry, Anne G., (2010). Fundamental of Nursing. Fundamental
Keperawatan. Selemba Medika, Jakarta
Praptiningsih, Sri. 2006. Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sangadji, Etta Mamang., sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan.
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta.
Suardana dkk (2007), Hubungan tingkat pemenuhan kebersihan diri dengan
tingkat kepuasan mobilisasi di RSUP Sanglah.
Heni Nurhaeni dkk (2012), Pengaruh intervensi personal hygiene terhadap
kepuasan pasien imobilisasi di RS Prikasih Jakarta Selatan.
Sundari, L., (2010), Hubungan antara pemenuhan personal hygiene dengan
kepuasan di RSUD Sragen.

30
Supranto, M.A.,APU. 2011. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk.
Menaikkan Pangsa Pasar ( Cetakan Keempat). Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika
Undang-Undang Kesehatan RI. No. 23. 1992. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar. Diakses dari (www.jdih.bpk.go.id) tanggal 19 September 2017 pukul

10.20”

31

Anda mungkin juga menyukai