Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu rumit terbanyak pada kehamilan adalah lanjutan
perdarahan. Pendarahan bisa terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada
kehamilan muda sering berbicara dengan kejadian abortus, keguguan, awal
kerugian. Pendarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua
terutama setelah melewati trimester awal.
Pendarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai
dengan pertimbangan masing – masaing, tetapi setiap kali kita melihat
lanjut pendarahan pada kehamilan harus selalu berpikir tentang oleh dari
pendarahan ini yang menyebabkan kegagalan lanjutan. Kehamilan ini
sendiri di kenal beberapa batas tentang peristiwa yang di tandai dengan
perdarahan pada kehamilan muda. Abortus sendiri merupakan tantangan
atau menunggu hasil konsepsi sebelum janin bisa hidup di luar isi. Sebagai
batas adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dari abortus ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada abortus ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari abortus
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada abortus

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Abortus atau keguguran merupakan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yang menurut para ahli
ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-
1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup di bawah 400 gram itu
dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin
besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian, 2012).
Berdasarkan kejadian nya dapat dibagi atas dua golongan
(Sastrawinata, 2005)
1. Abortus spontan terjadi dengan tidak di dahului factor-faktor
mekanis atau pun medisinalis, semata mata disebabkan oleh
factor alamiah.
2. Abortus provakatus terjadi karena sengaja dilakukan dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat.
a. Abortus Medisinalis
Abortus yang terjadi karena tindakan kita ssendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasa nya perlu
meminta persetujuan 2-3 tim dokter ahli.
b. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidal legal
atau tidak berdassarkan indikasi medis.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum
itu sendir, faktor ibu dan factor bapak (Sofian, 2012)
1. Kelainan Ovum
 ovum patologis
 kelaian letak embrio

2
 plasenta yang abnormal
2. Kelainan genetalia ibu
 Anomali konginital (hypoplasia uteri, uterus bikornis)
 Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
 Tidak sempurna nya persiapan uterus dalam menanti nidasi
dari ovum yang sudah di buahi, seperti kurang nya
progesterone atau estrogen, endometritis, mioma
submucosa
 Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
 Distorsio uterus, missal nya karena terdorong oleh tumor
pelvis
3. Gangguan sirkulasi plasenta
4. Penyakit-penyakit ibu
 Penyakit infeksi yang menyebbakan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta
 Keracunan pb, nikotin, gas racun, alcohol
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis,
penyakit paru berat, anemia gravis, malnuuutrisi,
avitaminosis, dan gangguan metabolism, hipotiroid,
kekurangan vit A,C,E, diabetes miletus
5. Antagois rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga
menjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi,
seperti sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan laparotomy
8. Penyakit bapak: usia lanjut, penyakit kronis

3
C. Manifestasi Klinis
Klinis abortus spontan (Sarwono, 2011)
1. Abortus Immines
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehingga
kehamilan dapat dipertahankan dengan cara, tirah baring, gunakan
preparat progesterone, tidak berhubungan badan, evaluasi secara
berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin.
2. Abortus Insipien
Proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan
berusia 20 minggu dan konsepsi masih dalam uterus. Ditandai
dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontaksi rahim untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. Ostium bisa ditemukan sudah
terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan.
3. Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang
tertinggal adalah plasenta. Gejala yang dialami amenorea, sakit
perut, mulas-mulas, perdarahann sedikit/banyak, dan biasa berupa
darah beku, sudah ada fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika
perdarahan belum berhenti karena konsepsi belum keluar semua
akan menyebabkan syok. Ini terjadi sebelum kehamilan berusia 20
minggu
4. Abortus Komplitus (Keguguran lengkap)
Artinya seuluruh hasil konsepsi di keluarkan (plasenta dan fetus),
sehingga rahim sudah kosong.
5. Missed Abortion
Keadaan dimana janin yang telah mati masih berada di dalam
rahim sebelum berusia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih
masih pertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.
Dapat diketahui dengan USG

4
D. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Perforasi, sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuratase yang
dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena mengakami perdarahan banyak dan infeksi berat atau
sepsis

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hhidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
3. Pemeriksaad kadar fibrinogen darah pada missed abortion

F. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :
1. Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada
atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang. ( Nugroho, 2012 )

5
G. Penatalaksanaan
1. Abortus Imminnens
a. Tirah baring total
b. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual
c. Jika perdarahan berhenti, lakukan antenatal seperti biasa,
lakukan Penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jiak perdarahan
terus berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG)
jika perdarahan berlanjut, khusus nya jika ditemukan uterus
yang lebih besar diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan
ganda
2. Abortus Insipient
a. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evaluasi
uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak
dapat, segera berikan ergometrin 0,2 mg intamuskuler (dapat
diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat di ulang sesudah 4 jam bila perlu). Kemudian
segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, tunggu ekspulsi
spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sia-sisa hasil konsepsi. Jika
perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan
kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
3. Abortus Inkomlit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk menegluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg/oral

6
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kerang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan
aspirasi vakum manual. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan jika aspirasi vakum ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (di ulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg/oral (dapat di ulang 4 jam bila perlu)
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tets/menit sampai terjadi ekpulsi
hasil konsepsi. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg/vagina
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal
800 mcg). Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus
4. Abortus Komplit
a. Tidak perlu evaluasi lagi
b. Obsservasi untuk melihat adanya perdarahan
c. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus
600 mg/hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
5. Abortus Teraupetik

Menurut Sastrawinata (2005), abortus teraupetik dapat dilakukan


dengan cara:
a. Kimiawi, pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin
obat abortus, seperti prostaglandin, antiprogesteron, atau
oksitoksin
b. Mekanis
 Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan
membuka serviks secara perlahan dan tidak traumatis
sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret
tajam atau vakum

7
 Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai
dilator hrgar dilanjutkan dengan kuretasi

H. Masalah yang lazim muncul


1. Kekurangan cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan
sirkulasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan uteri
4. Resiko infeksi
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
6. Resiko syok (hipofolemik)
7. Konstipasi

I. Discharge planning
1. Dianjurkan melakukan pemeriksaan TORCH (Cytomegalovirus,
Toxoplasma, Rubella, dan Herpesvirus)
2. Dianjurkan memakai kontrasepsi
3. Banyak istirahat berbaring
4. Banyak makanan yang bergizi dan olahraga teratur
5. Sampaikan informasi pada pasangan yang bersangkutan bahwa
janin mati tak membahayakan kehidupan wanita tersebut sampai 3
minggu setelah kematian janin

8
J. Patofisiologi

Fisiologi organ terganggu Abortus (mati janin < 16-28


penyakit ibu/bapak panggul minggu/BB < 400-1000
sempit gram)

Abortus Spontan Abortus Provokatus

 Abortus Imminens  Abortus medisinalis Intoleransi Aktivitas


 Abortus Insipien  Abortus Kliminalis
 Abortus
Inkompletus Gangguan rasa nyaman
 Abortus Komplitus
 Missed Abortion
Nyeri Abdomen

Curetase Kurang Pengetahuan Ansietas

Post Anastesi Jaringan terputus/terbuka Gangguan eliminasi


Penuruan syaraf oblongata

Penuruan syaraf oblongata


Nyeri Invasi Bakteri

Penurunan syaraf vegetatif gangguan pemenuhan ADL


Penuruan syaraf oblongata

Peristaltik Penyerapan cairan di kolon Perdarahan


Penuruan syaraf oblongata Penuruan syaraf oblongata Penuruan syaraf oblongata

Gangguan eliminasi Kekurangan volume cair


Penuruan syaraf oblongata Resiko infeksi

Resiko syok (Hipovolem

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan
data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien.
1. Identitas Klien
1) Nama
Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya kekeliruan. (Christina, 2000 :41)
2) Umur
Ditanyakan untuk mengetahui umur ibu, dimana
kehamilan normal terjadi pada saat ibu berusia lebih dari 16
tahun dan kurang dari 35 tahun.
3) Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien.
Dengan diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan. (Depkes RI,2002:14)
4) Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonomi klien dan apakah pekerjaanibu / suami dapat
mempengaruhi kesehatan klien / tidak.
5) Alamat
Untuk Mengetahui tempat tinggal klien dan menilai
apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta
mempermuda untuk melakukan kunjungan ulang

10
2. Keluhan Utama
Keluhan utama dinyatakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (sulistyawati 2009) pasien
dengan abortus Imminens mengeluh pendarahan bercak darah
disertai rasa nyeri perut dan punggung belakang semakin hari
memburuk dan uterus membesar sesuai ukuran kehamilan.
(sucipto, 2013)

3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan
masa kehamilan (ambarwati dan wulandari 2008). Pada kasus
aboartus imminens apabila menderita penyakit seperti
pneumonia, malaria, anemia berat akan mempegaruhi
terjadinya abortus Imminens. (sucipto 2013)
2) Riwayat kesehatan dahulu
Data ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit kronis seperti hipertensi, DM, asma dan
lainnya yang dapat mempengaruhi kehamilan (ambarwati dan
wulandari, 2008). Pada pasien abortus Imminens ini faktor yang
kesehatan sangat mempengaruhi apabila pasien menderita DM
yang tidak terkontrol akan mempengaruhi terjadinya abortus
(sucipto,2012 )
3) Riwayat Menstruasi
Data yang digunakan untuk mengetahui gambaran keadaan
dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang diperoleh
dari riwayat menstruasi siklu, volume darah yang keluar saat
menstruasi keluhan-keluahan saat mestruasi ( sulistyawati,
2009).

11
4) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji beberapa kali menikah status menikah
sah atau tidak, apabila melahirkan dengan status pernikahan
yang tidak jelas akan beresiko pada psikologisnya. Sehinga
berpengaruh pada kehamilannya. (Ambarwati dan Wulandari
2008)
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini dingunakan untuk mengetahui adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien apabila
ada penyakit yang keluarga yang meyertai misalnya penyakit
murun seperti asma, hepatitis, DM, (ambarwati dan wulandari
2008).
6) Riwayat Pemakaian Alat kontrasepsi
Untuk mengetahui alat kontrasepsi jenis apa yang
digunakan, berapa lama dan apakah ada keluhan selama
menggunakan alat kontrasepsi tersebut.(Ambarwati dan
Wulandari 2008)

4. Pola Aktifitas Sehari-hari


1) Nutrisi
Menggambarkan pola makan dan minum frekuensi,
banyaknya jenis makanan, dan pantangan makanan(Ambarwati
dan Wulandari , 2008). Pada kasus abortus Imminens apabila
terjadi malnutrisi umum yang sangat berat dapat mempengaruhi
kemungkinan besar menjadi predisposisi abortus(rukiyah dan
yulianti, 2010).
2) Pola eliminasi
Mengabarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsitensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah
(Ambarwati dan Wulandari 2008).

12
3) Pola istirahat
Mengabarkan pola istirahat dan tidur pasien berapa jam
pasien tidur, kebiasaan apa yang dilakukan sebelum tidur
apakah mengkonsumsi obat tidur lalu apakah pasien kebiasaan
tidur siang (ambarwati dan wulandari 2008) pada pasien
abortus Immiens di anjurkan tirah baring secara total (nugroho,
2012).
4) Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji
terhadap kesehatanya (ambarwati dan wulandar. 2008). Pada
kasus ini aktivitas yang tinggi akan menyebabkan abortus
(rukiyah dan yulianti, 2010).
5) Psikososial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada saat kehamilan (ambarwati dan wulandari,
2008).

5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum pasien secara kesuluruan
dengan pengamatan (sulistyawati 2009). Pada kasus ini keadaan
pasien lemah.(rukiyah dan yulianti 2010).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tentang kesadaran pasien dengan
pengkajian tingkat kesadaran mulai daro composmentis sampai
dengan koma (sulityawati 2009). Pada kasus ini hasil
pemeriksaan kesadarannya composmentis(rukiyah dan yulianti
2010).

13
3) Tanda-tanda vital
 Tekanan
Tekanan yang normal 110/80 mmHg – 140/90 mmHg . bila
tekanan di atas batas normal maka perlu dikhawatirkan
adanya hipertensi / preeklamasi. (walyani 2015). Pada
kasus ini menunjukkan tekanan darah pasien dalam batas
normal.
 Suhu
Suhu badan normal 36,5°C-37,5°C (walyani 2015).
 Nadi
Nadi berkisaran antara 60-80x/menit denyut nadi diatas
100x/menit lebih cepat pada masa kehamilan
mengindentifikasikan adanya syok. (rukiyah dan yulianti
2010).
 Respirasi
Pernafasan harus berada pada rentang yang normal yaitu
12-20x/menit (ambarwati dan wulandari 2008).
 Tinggi badan
Diukur dalam cm jika kurang dari 145 cm maka ada
kemungkinan cepalo pelvic disproposian (walyani 2015).
 Berat badan
Berat nadan yang terlalu besar dan terlalu kurang perlu
mendapatkan perhatian khusus karena kemungkinan terjadi
penyulitan kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh
lebi dari 0,5 kg perminggu (walyani 2015).
4) Kepala dan leher
a. Kepala dan rambut
Inspeksi : Untuk mengatahui apakah ada kerotokan rambut
dan ada atau tidaknya ketombe. Dan apakah ada
infeksi kulit kepala ( varney 2009)

14
Palpasi : Untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada
benjolan, dan nyeri tekan pada kepala
b. Wajah
Inspeksi : Untuk mengetahui kesimetrisan wajah, bentuk
wajah dan ada atau Tidak ada cloasma
gravidarum, (varney 2007)
Palpasi : Untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada
benjolan, dan nyeri tekan pada wajah.
c. Mata
Inspeksi : Memeriksa konjungtiva dan sclera untuk
memperkirakan anemia dan ikterus (walyani
2015). Pada kasus ini konjugtiva tidak anemis
(rukiyah dan yulianti,2010).
Palpasi : Untuk mengathui apakah ada odema atau tidak
pada daerah sekeliling mata dan untuk
mengetahui apakah ada nyeri tekan atau tidak.
d. Hidung
Inspeksi : Untuk menilai kesimentrisan, ukuran, ada polip
atautidak, rongga hidung bebas sumbatan , ada
tonjolan atau tidak (Varney, 2007).
Palpasi : Untuk mengetahui apakah ada rasa nyeri tekan di
daerah hidung dan adakah odema atau tidak.
e. Telinga
Inspeksi : Untuk mengetahui bentuk, tonjolan pada telinga,
warna, dan ada tidak nya sumbatan pada saluran
pendengaran (Varney, 2007).
Palpasi : Untuk mengetahui apakah ada ras nyeri pada
daerah telingga.

15
f. Mulut dan gigi
Inspeksi : Periksa adanya karies, tonsillitis, atau faringitis.
Hal tersebut merupakan sumber infeksi
(Walyani, 2015).
Palpasi : Tidak ada odema dan nyeri tekan
g. Leher
Inspeksi : Untuk mengetahui pembesaran atau tumor
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, kesimetrisan,
rentang pergerakan sendi (Varney, 2007)
Palpasi : Untuk mengetahui apakah ada atau Tidak ada
bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kalenjar limfe dan tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
h. Payudara
Inspeksi : Untuk mengetahui adanya benjolan dan
kolostrum, pigmentasi putting susu, putting susu
menonjol atau tidak (Walyani, 2015). Pada
pasien abortusimminens areola hyperpigmentasi
(Rukiyah dan Yulianti, 2010)
Palpasi : Untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada
masa/ benjolan,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
kolostrum.
i. Dada
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Uctus cordis teraba di ics 4
Askultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler
- Paru paru
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak nyaeri tekan
Perkusi : Sonor

16
Auskultasi : Adanya bunyi vesikuler
j. Abdomen
Inspeksi : Pada pemeriksaan inspeksi pembesaran perut
(bila pembesaran perut itu berlebihan
kemungkinan tumor, ileus dan lain-lain),
pigmentasi di linea alba, nampakkah gerakan
janin atau kontraksi rahim, adakah striae
gravidarum atau luka bekas operasi (Walyani,
2015).
Palpasi : Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian
yang berada pada bagian fundus dan mengukur
tinggi fundus uteri dari symfisis untuk
menentukan usia kehamilan dengan
menggunakan Mc.Donald apabila umur
kehamilan lebih dari 12 minggu atau kehamilan
lebih dari 22 minggu menggunakan pita ukuran
dan untuk mengetahui adanya kontraksi uterus
atau tidak pada kasus abortus imminens ini
kontraksi uterus ada (Walyani, 2015). Pada
kasus abortus imminens ini dilakukan manuver
Leopold I dengan hasil tinggi fundus uteri 1 jari
diatas sympisisatau membesar sesuai usia
kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
k. Genetalia
Inspeksi : Untuk mengkaji kebersihan area genetalia,
pengeluaran pervaginam, tanda-tanda infeksi
vagina (Sulistyawati, 2009). Pada kasus abortus
imminenshasil pemeriksaan fisik menunjukkan
adanya pengeluaran pervaginam yakni berupa
bercak atau flek darah, pemeriksaan dalam ostium
uteri tertutup dan pemeriksaan inspekulo terlihat

17
darah di introitusvagina (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
Palapasi : Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya Ada
nyeri tekan.

5) Pemeriksaaan Ginekologi
Inspeksi vulva : pendarahan pervagina
Inspekulo : pendarahan dari cavum uteri, osteum uteri
tertutup
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup
teraba atau jaringan dalam cavum uterus,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri
B. Diagosa Keperawatan
1) Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri
abdomen
4) Berduka b.d kehilangan

C. Intervensi
 Diagnosa
1. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan
 Tujuan dan kriteria hasil
- Syok prevetion
- Syok management
 Kriteria hasil :
1. Nadi dibatas yang diharapkan

18
2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan
3. Irama pernapasan yang diharapkan
- Hidrasi
1. Indicator : Mata cekung tidak ditemukan,Demam tidak
ditemukan, TD normal
1. Hematokrit DBN
 Intervensi
Syok prevention
1. Monitor status sirkulasi, warna kulit, suhu tubuh, denyut
jantung dan ritme, nadi perifer dan kapiler refill
2. Monitor suhu dan pernafasan
3. Monitor tanda awal syok
4. Monitor tanda dan gejala asites
5. Berikan cairan iv dan oral yang tepat
6. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala
datangnya syok.
7. Syok management
8. Monitor fungsi neurologis
 Diganosa
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
 Tujuan dan kriteria Hasil
1. Fluid balace
2. Hydration
3. Nutritional status
 Kriteria hasil
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia, BB, BJ,
urine normal, HT normal.
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tugor kulit membaik

19
 Intervensi
a. Fluid management
1. Pertahankan cacatan intake dan output yang akurat
2. Monitor tekanan darah pasien
3. Monitor vital sign
b. Hyovolemia management
1. Berikan cairan IV dan monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan.
2. Monitor tingkat HB dan HT
3. Dorong pasien untuk menambah intake oral.
4. Kolaborasi dengan dokter
 Diagnoas
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri
abdomen
 Tujuan dan kriteria hasil
Ansienty
 Kriteria hasil
1. Mampu mengontrol kecemasan
2. Kualitas istirahat dan tidur adekuat
3. Dapat mengontol ketakutan
4. Mengontrol nyeri
 Itervensi
Anxienty reduction (penurunan kecemasan )
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
3. Bantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
4. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
5. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
6. Monitor fungsi renal

20
7. Monitor tekanan nadi
8. Monitor status cairan, input dan ouput
 Diagnosa
4. berduka bd kehilangan Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien
dapat mengatasi rasa berdukanya.
 Tujuan dan kriteria hasil
Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa berduka terlalu
larut.
 Intervensi
1. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Perlihatkan empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua janji
2. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara terbuka.
3. Bantu pasien untuk mengerti bahwa perasaan seperti rasa
bersalah dan marah terhadap konsep kehilangan adalah
perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses
berduka.
4. Bantu pasien menentukan metodametoda koping yang lebih
adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan
balik positif untuk identifikasi strategi dan membuat
keputusan.
5. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama
waktu ini dalam bentuk apapun yang diinginkan untuknya.

D. Penatalaksaaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana yang telah disusun dengan mengarahkan ke
pencapaian tujuan dan semua tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan.

21
E. Evaluasi

No Tanggal Diagnosa Evaluasi


1 Resiko syok (hipovolemik) S : kelurarga mengatakan
berhubungan dengan pasien masih nampak
perdarahan panik
O : perdarahan sudah
mulai berhenti Pasien
tampak lebih tenanga
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
2 Kekurangan volume cairan S : Keluarga mengatakan
berhubungan dengan darah pada bagian
perdarahan pervaginam mulai
berhenti
O : tidak ada lagi tanda-
tanda kekurangan
cairan
A : Masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
3 Gangguan rasa nyaman S : Pasien mengatakan
berhubungan dengan nyeri pada Perut
ansietas dan nyeri abdomen bagian bawah dan pada
Pinggang sudah mulai
berkurang.
O : nyeri mulai berkurang
dengan skala nyeri 6
A : masalah teratasi

22
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
4 Berduka b.d kehilangan S : pasien mengatakan
mulai menerima rasa
kehilangan itu
O : pasien mulai jarang
menangisi
kegugurannya
walaupun terkadang
masih terlihat murung.
A : masalah teratasi
sebagian.
P : intervensi dilanjutkan

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus
bisa karena berbagai faktor, yaitu faktor janin, faktor ibu, faktor
penggunaan obat, faktor lingkungan. Penanganan abortus harus dilakukan
secara cepat dan tepat agar – agar ibu tidak terlalu kehabisan banyak darah
dan bisa menyelamatkan ibu dari kematian.

24
DAFTAR PUSATAKA

Amin, H. N., & Hardhi, K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1 Nanda,
NIC, NOC ( hal. 1- 5). Indonesia: Mediaction.

Nur Falah. Makala Teantang Abortus. Diakses 3 April 2019, web site :
https://www.academia.edu/36181618/Makalah_tentang_abortus

25

Anda mungkin juga menyukai