Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis, bakteri ini berbentuk basil dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). TB terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer, selain itu tuberkulosis dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak. TB paru menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang (Kementerian Kesehatan RI, 2009). Penyakit tuberkulosis sudah dicanangkan oleh WHO (World Health Organization) sebagai Global Emergency sejak tahun 1992.1 Untuk pemeriksaan bakterologis yang bisa mengidentifikasi kuman M. tuberculosis menjadi sarana yang diagnosis yang ideal untuk TB (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi
menular yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2013).
Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret
2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2010
Indonesia telah mampu mencapai targetan MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015 yaitu dengan penurunan angka kematian menjadi 27 per 100.000 penduduk, proporsi kasus TB sebesar 78,3% dan proporsi keberhasilan pengobatan 91,2%. Namun tetap perlu dilakukan persiapan program TB di dunia untuk mewujudkan dunia bebas TB yang diindikasikan dengan tidak ada lagi kematian karena TB. Kegiatan yang inovatif, program yang agresif dan penelitian yang baik diharapkan mampu membantu menurunkan prevalensi hingga 50 persen dari pencapaian pada tahun 2015.5 Risiko perkembangan infeksi TB menjadi sakit TB meningkat akibat penurunan sistem imun oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), diabetes melitus (DM), konsumsi alkohol, malnutrisi, merokok.6 Berdasarkan Global Report WHO tahun 2013 dalam Kementrian Kesehatan RI (2015) jumlah pasien TB dengan HIV positif di Indonesia meningkat dari 3,3% pada tahun 2012 menjadi 7,5% pada tahun 2013.7
Jumlah penderita infeksi TB yang terdata di Puskesmas Glugur Darat
Kelurahan Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur Provinsi Sumatera Utara berdasarkan tersangka penderita TB pada tahun 2019 dari bulan Januari- Oktober didapatkan 268 pasien. Sedangkan, berdasarkan hasil pemeriksaan BTA didapatkan sebanyak 43 pasien mendapatkan hasil BTA Positif dan sebanyak 39 pasien mendapatkan hasil BTA Negatif. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan faktor-faktor penyebab tuberkulosis paru terhadap pasien suspek tuberkulosis paru di UPT Puskesmas Glugur Darat tahun 2019.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di UPT Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di UPT Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk Mengetahui Faktor Usia dengan Penyakit Tuberkulosis Paru. 2. Untuk Mengetahui Faktor Status Gizi dengan Penyakit Tuberkulosis Paru. 3. Untuk Mengetahui Faktor Riwayat Kontak dengan Penyakit Tuberkulosis Paru. 4. Untuk Mengetahui Faktor Jenis Kelamin dengan Penyakit Tuberkulosis Paru.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian di masyarakat umum dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di UPT Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. 1.4.2 Bagi Instansi Terkait Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat pada pelaksanaan program penanggulangan penyakit tuberkulosis.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini. 1.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2011.
2. World Health Organization (WHO). Fact Sheet No 104. WHO; 2011.
3. PDPI. Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.
4. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan tahun 2013. Dinas Kesehatan Kota Padang; 2014.