Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular yang


disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis, bakteri ini
berbentuk basil dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). TB terutama menyerang paru-paru sebagai tempat
infeksi primer, selain itu tuberkulosis dapat juga menyerang kulit, kelenjar
limfe, tulang dan selaput otak. TB paru menular melalui droplet infeksius
yang terinhalasi oleh orang sehat dan masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama negara berkembang (Kementerian Kesehatan RI, 2009).
Penyakit tuberkulosis sudah dicanangkan oleh WHO (World Health
Organization) sebagai Global Emergency sejak tahun 1992.1 Untuk
pemeriksaan bakterologis yang bisa mengidentifikasi kuman M. tuberculosis
menjadi sarana yang diagnosis yang ideal untuk TB (Kementerian Kesehatan
RI, 2014).

Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi


menular yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan
World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu
sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih
dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta
meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara
berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012).

Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan


masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah
Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien
tuberculosis di dunia. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian
101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang
ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah
110 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2013).

Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret


2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban
meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian
tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang
meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2010


Indonesia telah mampu mencapai targetan MDGs (Millenium Development
Goals) tahun 2015 yaitu dengan penurunan angka kematian menjadi 27 per
100.000 penduduk, proporsi kasus TB sebesar 78,3% dan proporsi
keberhasilan pengobatan 91,2%. Namun tetap perlu dilakukan persiapan
program TB di dunia untuk mewujudkan dunia bebas TB yang diindikasikan
dengan tidak ada lagi kematian karena TB. Kegiatan yang inovatif, program
yang agresif dan penelitian yang baik diharapkan mampu membantu
menurunkan prevalensi hingga 50 persen dari pencapaian pada tahun 2015.5
Risiko perkembangan infeksi TB menjadi sakit TB meningkat akibat
penurunan sistem imun oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), diabetes
melitus (DM), konsumsi alkohol, malnutrisi, merokok.6 Berdasarkan Global
Report WHO tahun 2013 dalam Kementrian Kesehatan RI (2015) jumlah
pasien TB dengan HIV positif di Indonesia meningkat dari 3,3% pada tahun
2012 menjadi 7,5% pada tahun 2013.7

Jumlah penderita infeksi TB yang terdata di Puskesmas Glugur Darat


Kelurahan Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur Provinsi Sumatera Utara
berdasarkan tersangka penderita TB pada tahun 2019 dari bulan Januari-
Oktober didapatkan 268 pasien. Sedangkan, berdasarkan hasil pemeriksaan
BTA didapatkan sebanyak 43 pasien mendapatkan hasil BTA Positif dan
sebanyak 39 pasien mendapatkan hasil BTA Negatif.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
mengetahui hubungan faktor-faktor penyebab tuberkulosis paru terhadap
pasien suspek tuberkulosis paru di UPT Puskesmas Glugur Darat tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di
UPT Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit
Tuberkulosis Paru di UPT Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Faktor Usia dengan Penyakit Tuberkulosis Paru.
2. Untuk Mengetahui Faktor Status Gizi dengan Penyakit Tuberkulosis
Paru.
3. Untuk Mengetahui Faktor Riwayat Kontak dengan Penyakit
Tuberkulosis Paru.
4. Untuk Mengetahui Faktor Jenis Kelamin dengan Penyakit
Tuberkulosis Paru.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian di masyarakat
umum dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di UPT
Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019.
1.4.2 Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kondisi kesehatan
masyarakat pada pelaksanaan program penanggulangan penyakit
tuberkulosis.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain


Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat
memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.
1.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Tuberkulosis: pedoman diagnosis
dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2011.

2. World Health Organization (WHO). Fact Sheet No 104. WHO; 2011.

3. PDPI. Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.

4. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan tahun 2013. Dinas Kesehatan
Kota Padang; 2014.

5. Kementrian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. Kementrian Kesehatan RI;


2013.

6. Narasimhan P, Wood J, MacIntyree CR, Mathai D. Review article: risk factors


for tuberculosis. Hindawi Publishing Corporation. Pulmonary Medicine; 2013.

7. Kementrian Kesehatan RI. Penanggulangan tuberkulosis terpadu- TB


Indonesia. Kementrian Kesehatan RI; 2015.

Anda mungkin juga menyukai