PERCOBAAN 1
- Ampisilin
- Chlorampenikol
- Erithromysin
- Isoniazid (INH)
- Pyrazinamid
REGULER II B
Dosen Pembimbing :
Dewi Marlina, S.F, Apt, M.Kes
Dra. Hj. Kusriati
Metha vionari, S.F, Apt.
Yuniarti Eka Putri, Amf.
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana
dengan rahmat dan hidayah-nya saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah ini berjudul “Pratikum Kimia Farmasi”. Uraian materi yang
disajikan didapatkan dari hasil yang di peroleh setelah praktikum kimia farmasi.
Materi disajikan dalam bahasa yang tepat, lugas, dan jelas sehingga mudah
dipahami pembaca. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Kimia Farmasi yang meliputi nilai tugas kelompok. Kami
sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan. Kepada para pembaca saya ucapakan
terimakasih dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik baiknya.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.Mengetahui dan memahami pengertianantibiotik
2. Mengetahui dan memahami sejarah dan sumber ampisilin
3. Mengetahui dan memahami struktur kimia dan klasifikasi ampisilin
4. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dari obat ampisilin
5. Mengetahui reaksi kimia yang terjadi
1
BAB II
TEORI
2.1 Pengertian
A. Ampisilin
Indikasi:
Antibakteri
Peringatan:
Waspadai penggunaan ampicillin apabila Anda menderita gangguan ginjal
dan demam kelenjar.
Efek Samping:
diare, ruam dan kemerahan pada kulit, serta gatal pada mulut dan vagina.
Dosis:
Infeksi saluran pernafasan : 250/500 mg setiap 6 jam. Infeksi saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam. Anak-anak
dengan berat badan 20 kg atau kurang : 50/100 mg/kg BB sehari diberikan
dalam dosis terbagi setiap 6 jam. Pada infeksi yang berat dianjurkan
diberikan dosis yang lebih tinggi.
2
dengan injeksi intramuskular, atau intravena.[2] Seperti antibiotik pada umumnya,
ampisilin tidak berguna untuk pengobatan infeksi virus.
Efek samping yang umum terjadi antara lain ruam, mual, dan diare.
Ampisilin tidak boleh digunakan pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Efek
samping yang serius antarai lain kolitis Clostridium difficile atau anafilaksis.
Walau ampisilin dapat digunakan pada pasien dengan masalah ginjal, dosis
ampisilin perlu diturunkan Ampisilin relatif aman digunakan untuk pasien yang
sedang hamil dan menyusui.
B. Chlorampenikol palmitab
Indikasi:
Antibkteri
Peringatan:
Kloramfenikol tidak boleh digunakan pada wanita hamil, menyusui, dan
pasien porfiria.
Efek Samping:
Penggunaan kloramfenikol dapat menyebabkan kelainan darah
yang reversibel dan ireversibel seperti anemia aplastik (dapat berlanjut
menjadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optik, eritema multiforme,
mual, muntah, diare, stomatitis, glositis, hemoglobinuria nokturnal
Dosis:
3
- Dosis anak: epiglotitis hemofilus, meningitis purulenta, 50—100 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi. BAYI di bawah 2 minggu: 25 mg/kg bb/hari
(dibagi dalam 4 dosis); 2 minggu—1 tahun: 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4
dosis)
C. Erythromisin steanat
Indikasi Umum
Digunakan sebagai obat antibakteri
Deskripsi
Eritromisin adalah obat antibiotik dari golongan makrolida yang
digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik yang diproduksi
oleh Streotomyces erythraeus ini memiliki efek bakterisidal dan
bakteriostatik terhadap beberapa bakteri gram positif maupun gram
negatif. Juga digunakan sebagai obat pengganti bagi mereka
yang alergi terhadap antibiotik jenis penisilin.
Dosis
4
Untuk pasien dewasa, erythromycin biasanya diberikan sebanyak 1,6-2
gram per hari, dibagi menjadi 2-4 kali jadwal konsumsi. Pada kondisi
tertentu, dokter bisa memberikan dosis maksimal 4 gram per hari jika
diperlukan. Biasanya dosis akan disesuaikan dengan jenis infeksi yang
diobati, tingkat keparahannya, dan kondisi kesehatan pasien.
D. Isoniazid (INH)
Indikasi:
Digunakan sebagai obat antituberkolosis
Peringatan:
5
dokter akan menyesuaikan dosisnya dengan kondisi dan berat badan anak.
Untuk obat dalam bentuk gel, oleskan 1-2 kali sehari pada jerawat.
Efek Samping:
Dosis:
Anak-anak: 10-15 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, sekali sehari. Bisa
juga diberikan 20-40 mg, hingga 900 mg per hari, 2-3 kali per minggu.
E. Pyrazinamid
Indikasi:
Digunakan sebagai obat antituberkulosis
Peringatan:
6
Efek Samping:
Dosis:
7
• HCT
b. Reaksi kimia
2. Chlorampenikol palmitab
a. Uji organoleptis
Bentuk : serbuk hablur
Warna : putih
Rasa : sangat pahit
Bau : seperti antibiotik khas
b. Reaksi kimia
No Sampel Reaksi kimia Hasil pengamatan
8
+ H2SO4 Larut tabung panas
3. Erythromisin
a.Uji Organoleptis
• Bentuk : serbuk agak kasar
• Warna : putih
• Rasa : agak asam kemudian agak pahit
• Bau : bau khas antibiotik
b. Reaksi Kimia
9
No Sampel Reaksi kimia Hasil pengamatan
4. Isoniazid (INH)
a. Uji Organoleptis
• Bentuk : serbuk Hablur sedikir kasar
• Warna : putih
• Rasa :
• Bau :
b. Reaksi kimia
10
+lar. Ammonia encer 3 tetes Lar. Abu-abu tua
5. Pyrazinamid
a. Uji Organoleptis
• Bentuk : serbuk kasar
• Warna : putih
• Rasa : agak asam. Laangsung hilang di awal
• Bau : tidak berbau
b. Reaksi kimia
→ panaskan
→ panaskan
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini didapatkan hasil tidak jauh beda dari buku penuntun
bahkan memeliki hasil sama. Tujuan praktikum ini agar Mengetahui dan
memahami pengertian antibiotik , Mengetahui dan memahami sejarah dan sumber
penisilin, Mengetahui dan memahami struktur kimia dan klasifikasi ampisilin,
Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dari obat penisilin, Mengetahui dan
memahami metode analisis ampisilin , mengetahui dan memahami reaksi kimia
dan dapat membuktikan hasil nya.
12