Anda di halaman 1dari 15

PRATIKUM KIMIA FARMASI

PERCOBAAN 1

- Ampisilin
- Chlorampenikol
- Erithromysin
- Isoniazid (INH)
- Pyrazinamid

REGULER II B

Dosen Pembimbing :
Dewi Marlina, S.F, Apt, M.Kes
Dra. Hj. Kusriati
Metha vionari, S.F, Apt.
Yuniarti Eka Putri, Amf.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana
dengan rahmat dan hidayah-nya saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah ini berjudul “Pratikum Kimia Farmasi”. Uraian materi yang
disajikan didapatkan dari hasil yang di peroleh setelah praktikum kimia farmasi.
Materi disajikan dalam bahasa yang tepat, lugas, dan jelas sehingga mudah
dipahami pembaca. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Kimia Farmasi yang meliputi nilai tugas kelompok. Kami
sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan. Kepada para pembaca saya ucapakan
terimakasih dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik baiknya.

Palembang, Desemberr 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
TEORI ..................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian ................................................................................................. 2
2.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 7
2.3 Hasil Pengamatan ..................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari
kata anti (lawan) dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan
sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat
untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika
adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungijamur, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikrobajenis lain. Banyak antibioüka saat ini
dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya
antibiotika sintetik tidak ditununkan dari produk mikroba.Antibiotika yang akan
digunakan untuk membasmi mikroba yang menyebabkan infeksi pada manusia,
harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, antibiotika
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk manusia. Yang harus selalu diingat, antibiotika hanya ampuh dan efektif
membunuh bakteri tetapi tidak dapat membunuh virus. Kanena itu, penyakit yang
dapat diobati dengan antibiotika adalah penyakit-penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri.
Ampisilin telah digunakan secara luas untuk mengobati infeksi bakteri
sejak tahun 1961. Sebelum ampisilin diperkenalkan, terapii penisilin hanya efektif
mengobati bakteri Gram-positif seperti stafilokokus dan streptokokus. Ampisilin
(dengan nama dagang awal 'Penbritin') juga menunjukkan aktivitas terhadap
bakteri Gram-negatif seperti H. influenzae, koliform, dan Proteus spp.

1.2. Tujuan
1.Mengetahui dan memahami pengertianantibiotik
2. Mengetahui dan memahami sejarah dan sumber ampisilin
3. Mengetahui dan memahami struktur kimia dan klasifikasi ampisilin
4. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dari obat ampisilin
5. Mengetahui reaksi kimia yang terjadi

1
BAB II

TEORI

2.1 Pengertian
A. Ampisilin

 Indikasi:
Antibakteri

 Peringatan:
Waspadai penggunaan ampicillin apabila Anda menderita gangguan ginjal
dan demam kelenjar.
 Efek Samping:
diare, ruam dan kemerahan pada kulit, serta gatal pada mulut dan vagina.
 Dosis:
Infeksi saluran pernafasan : 250/500 mg setiap 6 jam. Infeksi saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam. Anak-anak
dengan berat badan 20 kg atau kurang : 50/100 mg/kg BB sehari diberikan
dalam dosis terbagi setiap 6 jam. Pada infeksi yang berat dianjurkan
diberikan dosis yang lebih tinggi.

Ampisilin merupakan antibiotik yang digunakan untuk mencegah dan


mengobati sejumlah infeksi bakteri. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernapasan, infeksi saluran kemih, meningitis, salmonelosis,
dan endokarditis. Obat ini juga digunakan untuk mencegah infeksi streptokokus
grup B pada bayi yang baru lahir. Ampisilin diberikan secara peroral,

2
dengan injeksi intramuskular, atau intravena.[2] Seperti antibiotik pada umumnya,
ampisilin tidak berguna untuk pengobatan infeksi virus.

Efek samping yang umum terjadi antara lain ruam, mual, dan diare.
Ampisilin tidak boleh digunakan pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Efek
samping yang serius antarai lain kolitis Clostridium difficile atau anafilaksis.
Walau ampisilin dapat digunakan pada pasien dengan masalah ginjal, dosis
ampisilin perlu diturunkan Ampisilin relatif aman digunakan untuk pasien yang
sedang hamil dan menyusui.

B. Chlorampenikol palmitab

 Indikasi:
Antibkteri
 Peringatan:
Kloramfenikol tidak boleh digunakan pada wanita hamil, menyusui, dan
pasien porfiria.
 Efek Samping:
Penggunaan kloramfenikol dapat menyebabkan kelainan darah
yang reversibel dan ireversibel seperti anemia aplastik (dapat berlanjut
menjadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optik, eritema multiforme,
mual, muntah, diare, stomatitis, glositis, hemoglobinuria nokturnal

 Dosis:

- Penggunaan oral, injeksi intravena, atau infus: 50 mg/kg bb/hari dibagi


dalam 4 dosis (pada infeksi berat seperti septikemia dan meningitis, dosis
dapat digandakan dan segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).

3
- Dosis anak: epiglotitis hemofilus, meningitis purulenta, 50—100 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi. BAYI di bawah 2 minggu: 25 mg/kg bb/hari
(dibagi dalam 4 dosis); 2 minggu—1 tahun: 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4
dosis)

Kloramfenikol merupakan antibiotik yang ditemukan pada tahun


1947[3] dari kultur Streptomyces venezuelae yang tidak diproduksi secara
sintetik. Kloramfenikol merupakan antibakteri pertama yang berspektrum
luas, dengan mekanisme kerja menghambat sintesis protein dan
bersifat bakteriostatik.

C. Erythromisin steanat

 Indikasi Umum
Digunakan sebagai obat antibakteri

 Deskripsi
Eritromisin adalah obat antibiotik dari golongan makrolida yang
digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik yang diproduksi
oleh Streotomyces erythraeus ini memiliki efek bakterisidal dan
bakteriostatik terhadap beberapa bakteri gram positif maupun gram
negatif. Juga digunakan sebagai obat pengganti bagi mereka
yang alergi terhadap antibiotik jenis penisilin.
 Dosis

4
Untuk pasien dewasa, erythromycin biasanya diberikan sebanyak 1,6-2
gram per hari, dibagi menjadi 2-4 kali jadwal konsumsi. Pada kondisi
tertentu, dokter bisa memberikan dosis maksimal 4 gram per hari jika
diperlukan. Biasanya dosis akan disesuaikan dengan jenis infeksi yang
diobati, tingkat keparahannya, dan kondisi kesehatan pasien.

Durasi pengobatan dengan erythromycin bervariasi, tergantung pada


tingkat keparahan infeksi. Untuk infeksi akut, pengobatan biasanya akan
berlangsung sekitar 5 hari hingga 2 minggu. Untuk pasien anak-anak,
dokter akan menyesuaikan dosisnya dengan kondisi dan berat badan anak.
Untuk obat dalam bentuk gel, oleskan 1-2 kali sehari pada jerawat.

D. Isoniazid (INH)

 Indikasi:
Digunakan sebagai obat antituberkolosis
 Peringatan:

Untuk pasien dewasa, erythromycin biasanya diberikan sebanyak


1,6-2 gram per hari, dibagi menjadi 2-4 kali jadwal konsumsi. Pada
kondisi tertentu, dokter bisa memberikan dosis maksimal 4 gram per hari
jika diperlukan. Biasanya dosis akan disesuaikan dengan jenis infeksi yang
diobati, tingkat keparahannya, dan kondisi kesehatan pasien.

Durasi pengobatan dengan erythromycin bervariasi, tergantung


pada tingkat keparahan infeksi. Untuk infeksi akut, pengobatan biasanya
akan berlangsung sekitar 5 hari hingga 2 minggu. Untuk pasien anak-anak,

5
dokter akan menyesuaikan dosisnya dengan kondisi dan berat badan anak.
Untuk obat dalam bentuk gel, oleskan 1-2 kali sehari pada jerawat.

 Efek Samping:

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan isoniazid


adalah: Gangguan fungsi hati, Neuropati perifer, Mual, Muntah, Sakit maag,
Nafsu makan hilang, Pusing, Bicara cadel, Refleks berlebih, Kejang,
Anemia,Trombositopenia, Agranulositosis, Memicu timbulnya lupus.

 Dosis:

Dewasa: 5 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, sekali sehari.


Bisa juga diberikan 15 mg/kgBB hingga 900 mg per hari, 2-3 kali per
minggu.

Anak-anak: 10-15 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, sekali sehari. Bisa
juga diberikan 20-40 mg, hingga 900 mg per hari, 2-3 kali per minggu.

E. Pyrazinamid

 Indikasi:
Digunakan sebagai obat antituberkulosis
 Peringatan:

Harap berhati-hati dalam menggunakan pyrazinamide jika Anda


menderita gangguan hati, gangguan ginjal, porfiria, diabetes, dan penyakit
asam urat.

6
 Efek Samping:

Efek samping pirazinamid yang umum terjadi (kira-kira 1% dari


keseluruhan pemakaian) adalah nyeri sendi (artralgia). Namun efek
samping int tidak bersifat parah dan pengobatan tidak perlu
dihentikan.Pirazinamid dapat memicu peningkatan kadar asam urat dengan
mengurangi ekskresi asam urat di ginjal.

Efek samping paling berbahaya dari pirazinamid


adalah hepatotoksisitas. Kemungkinan terjadinya efek samping ini akan
meningkat seiring meningkatnya jumlah dosis pirazinamid yang
diberikan. Dalam kombinasi standar pengobatan tuberkulosis (isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, etambutol), pirazinamid adalah penyebab utama
terjadinya hepatitis akibat penggunaan obat.

Efek samping lainnya antara lain mual dan muntah, anoreksia,


ruam, urtikaria, pruritus, porfiria, dan demam.

 Dosis:

Bagi yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg, dosis


yang digunakan adalah 2 gram, sebanyak 3 kali dalam
Dewasa seminggu.Bagi yang memiliki berat badan 50 kg atau lebih,
dosis yang digunakan adalah 2,5 gram, sebanyak 3 kali dalam
seminggu.

Anak-anak 50 mg/kgBB, sebanyak 3 kali dalam seminggu

2.2 Alat dan Bahan


Alat Bahan
• Pipet tetes • Lampu spiritus
• Tabung reaksi • Beaker glass
• Prokain • Lakmus
• Lidokain Hcl • Furosemid
• Kayu penjepit • Spironolakton

7
• HCT

2.3 Hasil Pengamatan


1. Ampisilin
a. Uji organoleptis
 Bentuk : serbuk hablur
 Warna : putih kekuningan
 Rasa : pahit
 Bau : bau khas paracetamol

b. Reaksi kimia

No Sampel Reaksi kimia Hasil pengamatan

1 Zat +air, kocok lalu saring Tidak larut

+CuSo4 + KNa tartat Biru

2. Zat (letakan + diatas lampu spiritus Bau menyengat khas dari


diatas cawan antibiotic
menguap
lalu
panaskan
diatas lampu
spiritus)

2. Chlorampenikol palmitab
a. Uji organoleptis
 Bentuk : serbuk hablur
 Warna : putih
 Rasa : sangat pahit
 Bau : seperti antibiotik khas

b. Reaksi kimia
No Sampel Reaksi kimia Hasil pengamatan

1 Zat +air Tidak larut

8
+ H2SO4 Larut tabung panas

+ serbuk seng Abu- abu

(dibiaran 10 menit) saring,


fitrat dibagi 2

1) + lar HNO3 (p) Lar bening bercincin

+ AgNO3 Lar bening bercincin

2) + lar NaNo2 Larut (tdk bereaksi)

+ serbuk urea Lar kuning bening pucat

+ lar Bnaftol dalam NaoH Lar putih kehijaun keruh


dengan bntik hitam.

3. RX Kristal Larutan sedikit zat uji dalam


aseton air aseton. Kocok hingga zat
aktif terlarut, kemudian ambil
dengan pipet lakukan diatas
kaca objek.

3. Erythromisin
a.Uji Organoleptis
• Bentuk : serbuk agak kasar
• Warna : putih
• Rasa : agak asam kemudian agak pahit
• Bau : bau khas antibiotik

b. Reaksi Kimia

9
No Sampel Reaksi kimia Hasil pengamatan

1. Zat +etanol Larut

+ H2SO4 Hitam kecokelatan tua (tabung


panas)

+air 2 lapisan atas hijau lumut


bawah hitam

2. Zat +1mL aseton Tidak larut endapan putih

+1mL HCL (p) Bening dengan gumpalan


putih

+larutan chloroform 2 lapisan atas bening bawah


bening kekuningan

4. Isoniazid (INH)
a. Uji Organoleptis
• Bentuk : serbuk Hablur sedikir kasar
• Warna : putih
• Rasa :
• Bau :

b. Reaksi kimia

No Sampel Reaksi kimia Hasil pengamatan

1. Zat +air, kocok saring Lar. Putih kekuningan

+lar. AgNO 3 3 tetes Larutan kuning

10
+lar. Ammonia encer 3 tetes Lar. Abu-abu tua

2. Zat +air Lar. putih kekuningan

5. Pyrazinamid
a. Uji Organoleptis
• Bentuk : serbuk kasar
• Warna : putih
• Rasa : agak asam. Laangsung hilang di awal
• Bau : tidak berbau
b. Reaksi kimia

No Sampel Reaksi kimia Hasil pengamatan

1. Zat +2 ml NaoH (e) Larutan bening

→ panaskan

2. Zat + 3 ml air Lar putih dengan endapan


putih

+lar. FeSO4 Larutan jingga dengan


endapan putih

+lar. NaOH 2 lapisan bawah hitam


kebiruan atas bening kuning
dengan endapan

3. Zat +p. DAB HCL 0,5 ml Kuning minyak jernih

→ panaskan

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini didapatkan hasil tidak jauh beda dari buku penuntun
bahkan memeliki hasil sama. Tujuan praktikum ini agar Mengetahui dan
memahami pengertian antibiotik , Mengetahui dan memahami sejarah dan sumber
penisilin, Mengetahui dan memahami struktur kimia dan klasifikasi ampisilin,
Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dari obat penisilin, Mengetahui dan
memahami metode analisis ampisilin , mengetahui dan memahami reaksi kimia
dan dapat membuktikan hasil nya.

12

Anda mungkin juga menyukai