Anda di halaman 1dari 16

NAMA KELOMPOK

MANAJEMEN KEPERAWATAN
TIMBANG TERIMA

1. Diah Puspitasari
2. Nurfitriani Utami
3. Tri Raharjo
4. Eristya Diana Sari
5. Hadijah
6. Ika Prastya
7. Restu Damayanti
8. Nurjannah
9. Irawan Dwi Sentosa
10. Bella Pratiwi
11. Siti Indriyani Safitri
12. Rahimatul Aini
13. Andin Ispratika Subagio
14. Syarifah Nazla

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain (Gilles, 1989). Dan menurut Swanburg (2000) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya (Keliat, 2009).
Dalam kegiatan asuhan keperawatan di butuhkan yaitu kemahiran
dalam berkomunikasi, dan komunikasi yang baik itu mudah di mengerti,
singkat, jelas. Komunikasi juga sangat perlu saat melakukan segala hal dalam
kegiatan sehari-hari perawat dalam tindakan keperawatan maupun dalam
bentuk timbang terima. Dalam timbang terima ini lah sering terjadi
kekeliruan ataupun kesalahpahaman informasi, dan disinilah perawat sangat
di butuhkan dalam kemahiran berkomunikasi.
Pada saat operan antar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang
jelas tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum
dilaksanakan, serta respons yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan
operan bersama dengan perawat lainnya dengan cara berkeliling ke setiap
pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara
ini akan lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain sekedar
untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan
membantu perawat dalam menerima operan secara nyata. (Nursalam, 2011).
Ada berbagai macam model operan yaitu model tradisional dan
operan disisi tempat tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan
kondisi masing-masing ruangan. (Achmad, 2012). Operan tradisional hanya
cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara
langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena
tidak ada komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat
bagi pelayanan yang dilakukan. (Rina, 2012).

2
Dari hasil uraian di atas terdapat kaitannya operan terhadap
komunikasi perawat dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun saat
menerapkan asuhan keperawatan. Maka dari itu kelompok tertarik untuk
membahas materi timbang terima demi memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keperawatan disemester ganjil ditahun 2016 ini.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapat
pengetahuan tentang Operan dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari timbang terima
b. Untuk mengetahui tujuan timbang terima
c. Untuk mengetahui manfaat timbang terima
d. Untuk mengetahui langkah – langkah timbang terima
e. Untuk mengetahui prosedur timbang terima
f. Untuk mengetahui hal-hal yang diperhatikan dalam timbang terima
g. Untuk mengetahui metode dalam timbang terima
h. Untuk mengetahui dokumentasi timbang terima
i. Untuk mengetahui alur dalam timbang terima
j. Untuk mengetahui evaluasi dalam timbang terima
1.3 Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini bermanfaat bagi seorang Perawat,
Pasien, Pendidikan dan Mahasiswa.
1. Manfaat bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna dan
meminimalkan terjadinya kesalahan tindakan.

3
2. Manfaat bagi Pasien
a. Pasien dan keluarga menjadi lebih nyaman.
b. Pasien dan keluarga dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
3. Manfaat bagi Pendidikan
a. Memiliki mahasiswa/i yang berkompeten
b. Meningkatkan derajat pendidikan khususnya keperawatan
4. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menerapkan komunikasi yang baik
b. Menjadikan suatu bimbingan belajar yang baik
c. Sebagai dasar acuan menerapkan operan dengan baik saat praktik
klinik/Rumah Sakit.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Handover adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Kesenjangan dalam
komunikasi saat handover pasien, antara unit-unit pelayanan serta antar tim
pelayanan dalam satu unit, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan
pelayanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial risiko dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien (WHO, 2007).
Pelaksanaan serah terima diperlukan komunikasi yang efektiif,
sebagaimana pada Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 dikatakan
bahwa sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai
berikut: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif,
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh. Kesenjangan yang
terjadi pada saat serah terima pasien sering diakibatkan karena komunikasi
yang tidak lengkap sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam kontinuitas
keperawatan yang berpotensi membahayakan pasien.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan
yang akan terjadi dan antisipasinya.
Timbang terima pasien atau overan merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan atau menerima (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjeskan secara singkat jelas, singkat dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang telah dilakukan atau belum dan

5
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukapn oleh perawat primer keperawatan
perawat primer (penanggung jawab) dinas sore secara terulis atau lisan.
(Nursalam, 2009)
2.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus)
b. Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien
c. Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat
dinas berikutnya
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

(Nursalam, 2009)
2.3 Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
d. Perawatan dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
2. Bagi Pasien
a. Kelain dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap (Nursalam, 2009)
2.4 Langkah-langkah dalam timbang terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.

6
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002)
2.5 Prosedur timbang terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Persiapan 1. Timbang teima 5 menit Ners PP dan PA
dilakasanakan setiap station
pergantian shift/
overan
2. Prinsip timbang
terima, semua pasien
baru masuk dan
pasien yang
dilakukan timbang
terima khusunya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/ dapat teratasi
serta membutuhkan
observasi lebih lanjut
3. PP menyampaikan
timbang terima pada
PP berikutnya, hal
yang perlu
disampaikan dalam
timbang terima :

7
a. Jumlah pasien
b. Identitas klien dan
diagnose medis
c. Data (keluhan
subjek dan objektif)
d. Masalah
keperawatan yang
masih muncul
e. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan
f. Intervensi
kolaboratif dan
dependen
g. Rencana umun dan
persiapan yang
perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan
penunjang dan lain)

Pelaksana 1. Kedua kelompok 20 menit Ners Karu, PP dan


an dinas sudah siap station PA
(shift jaga)
2. Kelompk yang akan
bertugas
menyampaikan buku
catatan
3. Kepala ruangan
membuka acara
timbang terima
4. Perawat yang

8
melakukan timbang
terima dapat
melakukan
klarifikasi, Tanya
jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-
hal telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
5. Kepala ruangan/ PP
menanyakan
kebutuhan dasar
pasien
6. Penyampaian yang
jelas, singkat dan
padat
7. Perawat yang
melaksanakan
timbang terima
mengkaji secara
penuh terhadap
masalah
keperawatan,
kebutuhan, dan
tindakan yang telah/
belum dilaksanakan
serta hal-hal penting
lainnya selama masa
keperawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan
memerlukan

9
perincian yang
matang sebaiknya
dicatat secara khusus
untuk kemudian di
serah terimakan
kepada petugas
berikutnya
9. Lama timbang terima
untuk tiap pasien
tidak lebih dari 5
menit kecuali pada
kondisi khusus dan
memerlukan
keterangan yang
rumit
1. Diskusi 5 menit Ners Karu, PP dan
2. Laporan untuk Station PA
timbang terima
dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditanda tangani oleh
PP yang jaga saat itu
dan PP yang jaga
berikutnya diketahui
oleh kepala ruangan
3. Ditutup oleh kepala
ruangan
Tabel 2.1 Prosedur Timbang Terima (Nursalam, 2009)

Hal yang perlu diperhatikan


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang akan berdinas dan sudah dinas

10
4. Informasi yang disampaikan harus akurat singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasian pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung didekat klien. (Nursalam, 2009)
2.6 Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang Terima Dengan Metode Tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo
(2005) disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional
adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya
tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover
yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien
atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara
umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara
tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.

11
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan


pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain
2.7 Dokumentasi Dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang,
dan akan dikerjakan oleh perawat. Yang perlu di dokumentasikan dalam
timbang terima antara lain:
1. Identitas pasien.
2. Diagnosa medis pesien.
3. Dokter yang menangani.
4. Kondisi umum pasien saat ini.
5. Masalah keperawatan.
6. Intervensi yang sudah dilakukan.
7. Intervensi yang belum dilakukan.
8. Tindakan kolaborasi.
9. Rencana umum dan persiapan lain.
10. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
1. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
2. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi

12
mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)
2.8 Alur Timbang Terima

(Nursalam, 2009)
2.9 Evaluasi
1. Struktur (input)
Pada timbang terima, sarana, dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : catatan timbang terima, status klien dan kelompok,
shift timbang terima. Kepala ruangan selalu memimpin kegiatan terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift, yaitu malam ke pagi dan pagi ke

13
sore. Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam di pimpin oleh
perawat primer yang bertugas saat itu.
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat primer
berikutnya, yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan
di ners station kemudian di ruang perawatan pasien dan kembali ke ners
station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosis
keperawatan, dan intervensi yang belum/ sudah dilakukan. Waktu untuk
setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarisifikasi.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan disetiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik (Nursalam, 2009)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Handover adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Kesenjangan dalam
komunikasi saat handover pasien, antara unit-unit pelayanan serta antar tim
pelayanan dalam satu unit, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan
pelayanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial risiko dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien (WHO, 2007). Tujuan Handover
adalah mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
yang penting.
3.2 Saran
Sebaiknya timbang terima yang dilakukan dirumah sakit harus
dilaksanakan tepat waktu dan kelengkapan data pasien harus sesuai dengan
format timbang terima sesuai prosedur. Diharapkan setelah di lakukan
pembelajaran ini dapat menerapkan prosedur timbang terima di rumah sakit
terkait guna terciptanya prosedur rumah sakit yang lebih baik dalam melayani
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2009. Konsep dan penerapatan metodologi penelitian ilmu
keperawatan, Pedoman Skripsi, Thesis dan Instrumen penilitian
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan
professional. Jakarta : Salemba medic.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapatan metodologi penelitian ilmu
keperawatan Profesional edisi kedua. Jakarta : Salemba medika.
Suarli S dan Bahtiar Yayan. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga.
Kassean H.K dan Jagoo Z. B. 2005. Managing change in the nursing handover
from traditional to bedside handover/ a case study from Mauritius. BMC
Nursing.
Maya Kesrianti,Andi, Noer Bahry Noor, Alimin Maidin. 2013.Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Saat Handover Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Bagian Mars, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Gillies, DA. 1989. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem Ed.2.
Illioni: WB Saunders Company
Swanburg, R.C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Terjemahan. Jakarta: EGC
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Amins, Achmad. 2012. Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
Laksbang Press Indo.
Anggraeni, Rina. 2012. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw
pada Konse Penampakan Alam dalam Pembelajaran IPS untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peseta Didik. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai