Anda di halaman 1dari 9

DINAMIKA DEMOKRASI DAN HAM DI NKRI

Disusun oleh :

Muhammad Fadli

(19103160201077)

Dosen pengampu :

Ika Dwi Maya Roza. SH.MH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAMBI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

EKONOMI PEMBANGUNAN

2019/2020
DINAMIKA DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan


pemerintahanya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung)
atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini bersal dari bahasa
yunani (dēmokratía) “kekuasaan rakyat”, yang dibentuk dari
kata (dêmos)”rakyat” dan (Kratos)“kekuasaan”, Istilah demokrasi di perkenalkan
pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu
pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang
banyak (rakyat).
Demokrasi merupakan suatu sitem Negara yang dimana kewenagan berada
ditangan rakyat, sehingga suatu pemerintahan tidak mempunyai kewenangan
penuh terhadap keputusan pemerintahan. Demokrasi terbentuk menjadi suatu
system pemerintahan sebagai respon kepada masyarakat umum yang ingin
menyuarakan pendapat mereka. Dengan adanya system demokrasi, kekuasaaan
absolute satu pihak melalui tirani, kediktatoran dan pemerintahan otoriter
lainnya dapat dihindari. Demokrasi memberikan kebebasan berpendapat bagi
rakyat.
Secara terminology, banyak ahli yang mengemukakan pengertian
demokrasi, namun dasar demokrasi selalu mengacu pada rakyat, yaitu:
a. Pelaksanaan kekuasaan Negara ialah wakil rakyat yang terpilih karena
rakyat yakin segala kepentingannya akan diperhatikan.
b. Cara melaksanakan kekuasaan Negara dengan senantiasa mengingat
kehendak rakyat dan memenuhi kehendak rakyat.
c. Batas kekuasaan Negara demokrasi ditentukan dengan sebanyak
mungkin memperoleh hasil yang diinginkan oleh rakyat asal tidak
menyimpang dasar demokrasi.
2. Sejarah Perkembangan Demokrasi Di Indonesia
1. Demokrasi Parlamenter (1945-1950)
System parlementer yang dimulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di
proklamirkan dan diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950, karna kurang
cocok untuk Indonesia. Persatuan yang dapat digalang selama menghadapi
musuh bersama dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstuktif
sesudah kemerdekaan tercapai karenah lemahnya benih-benih demokrasi
system perlementer memberi peluang untuk dominasi partai politik dan
dewan perwakilan rakyat.
Kekuatan social politik yang memperoleh saluran dan tempat yang realitas
dalam kontelasi politik, padahal merupakan kekuatan yang paling penting
yaitu seorang presiden yang tidak mau bertindak sebagai “Rubber
stamppresident”
2. Demokrasi pada periode 1950-1965
Ciri-ciri periode ini adalah dominasi dari presiden. Terbatasnya peranan
partai politik, berkembangnya pengaruh komunis meluasnya peranan ABRI
sebagai unsure social politik. Demokrasi terpimpin ini telah menyimpang
dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari
demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya
peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis dan peran ABRI
sebagai unsure social-politik semakin meluas.
3. Demokrasi pada periode 1965-1998
Perkembangan demokrasi di Negara kita di tentukan batas-batasnya tidak
hanya oleh keadaan social, kulturia, gegrapis dan ekonomi, tetapi juga oleh
penelitian kita mengenai pengalaman pada masa lampau telah sampai titik
mana pada didasari bahwa badan eksekutif yangtidak kuat dan tidak
continue tidak akan memerintah secara efektif sekalipun ekonominya
teratur dan sehat, tetapi kita menyadari pula bahwa badan eksekutif yang
kuat tetapi tidak “kommited” kepada sesuatu program pembangunan malah
mendapatkan kebobrokan ekonomi karna kekuasaan yang dimilikinya di
sia-siakan untuk tujuan yang ada pada hakikatnya merugikan rakyat.
4. Demokrasi pada periode 1998-sekarang
Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada 4
faktor kunci yaitu:
a. Komposisi elite politik
b. Desain institusi politik
c. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan
elite dan non elite
d. Peran civil society (masyarakat madani)

3. Analisis Gerakan Demokrasi yang Pernah Diterapkan di Indonesia


1. Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Pertama kali Indonesia menganut system demokrasi parlementer, yang biasa
disebut dengan demokrasi liberal. Masa demokrasi liberal membawa
dampak yang cukup besar, mempengaruhi keadaan, situasi dan
kondisi politik pada waktu itu. Di Indonesia demokrasi liberal yang berjalan
dari tahun 1950-1959 mengalami perubahan-perubahan kabinet yang
mengakibatkan pemerintahan menjadi tidak stabil. Pada waktu itu,
pemerintah berlandaskan UUD 1950 pengganti konstitusi RIS (Republik
Indonesia Serikat) tahun 1949.
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah.
c. Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh presiden.
Daftar kabinet yang ada di Indonesia selama masa semorasi liberal :
a. Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951)
b. Kabinet Sukiman (April 1951 – April 1952)
c. Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953)
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 (Juli 1953 – Agustus 1955)
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956)
2. Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)
Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di
Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada
pemimpinnya saja. Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi
terpimpin oleh Presiden Soekarno :
a. Dari segi keamanan : Banyaknya gerakan sparatis pada masa
demokrasi liberal, menyebabkan ketidak stabilan di bidang
keamanan.
b. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada
masa demokrasi liberal menyebabkan program-program yang
dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga
pembangunan ekonomi tersendat.
c. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru
untuk menggantikan UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit
yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
a. Tidak berlaku kembali UUDS 1950
b. Berlakunya kembali UUD 1945
c. Dibubarkannya konstituante
d. Pembentukan MPRS dan DPAS
3. Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan
mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan
penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang
Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
Ciri – ciri demokrasi pancasila :
a. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
b. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong.
c. Cara pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.
d. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
e. Diakui keselarasan antara hak dan kewajiban.
f. Menghargai Hak Asasi Manusia.
4. Demokrasi dan Tantangan Hidup Berbangsa
Menurut Yasraf Amir Piliang, pemikir Forum Studi Kebudayaan ITB
Bandung, bahwa mesin demokrasi yang mestiya dibangun oleh kekuatan
pikiran, pengetahuan, dan intelektualitas, kini dikuasai oleh mesin-mesin citra,
tontonan, dan teater politik di atas panggung “masyarakat tontonan politik”
(society of political spectacle) yang menyuguh-kan aneka artifisialitas, banalitas,
dan distorsi politik. Mesin komunikasi politik yang diharapkan dapat
mendiseminasi ide, pengetahuan, dan gagasan cerdas politik kini menjadi ajang
retorika, parodi, danseduksi virtual politik(Kompas, 15 Februari 2010).
5. Paradoks-Paradoks Demokrasi
1. Demokrasi Permukaan dan Demokrasi Visual
2. Demokrasi Uang
3. Narsisme Demokrasi
4. Parasit Demokrasi
5. Demokrasi ala Dikte Pasar
6. Demokrasi Rental Mobil
6. Krisis Demokrasi
Lima macam krisis adalah :
1. Krisis politik, yang membuat banyak orang tidak percaya lagi kepada
demokrasi (krisis demokrasi);
2. Krisis alat-alat kekuasaan negara;
3. Krisis cara berpikir dan cara meninjau;
4. Krisis moral;
5. Krisis kewibawaan).
Kelima macam krisis tersebut seakan berdaur ulang menggerogoti
bangsa Indonesia dari Era Orde Lama, Orde Baru hingga Era
Reformasi.Sehingga kepercayaan rakyat terhadap aparatur negara
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif) luntur dan berada pada titik
nadir.Demokrasi yang diagung-agungkan selama ini malah sebaliknya
membuat bangsa Indonesia ‘tercoreng’ oleh demokrasi itu sendiri.Krisis
demokrasi di negeri ini salah satunya merupakan bentuk dari
ketidakdewasaan para elite politik dalam ‘memperebutkan’ kekuasaan.
7. Kualitas Demokrasi Di Indonesia
Dalam mengukur kualitas demokrasi ada tiga dimensi penilaian yang
dilakukan, yaitu dimensi kebebasan sipil (civil liberty), Hak-hak Politik
(political rights), dan evaluasi kehidupan institusi/kelembagaan Demokrasi
(institutions of democracy). Selanjutnya, dari ketiga dimensi penilaian
tersebut diturunkan dalam 13 indikator persepsi publik seperti terlihat
pada table

DINAMIKA HAM DI INDONESIA


1. Pengertian HAM
Hak asasi (fundamental Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia,
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara definitif
“hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi
manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 1 disebutkan bahwa :
“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Melalui peraturan perundang-undangan dan lembaga tentang HAM
kemudian dibentuk.Tahun 1993 dibentuk Komnas HAM.UUD 1945 di-
amandemen dengan memasukkan bagian HAM ke dalam pasal 28 ayat A-J,
Ketetapan MPR RI Nomor XVII Tahun 1998 Tentang HAM, dan Undang-Undang
RI Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM – kesemuanya menunjukkan bahwa
negara sudah memiliki perhatian dan komitmen yang tinggi terhadap persoalan
HAM. Pengadilan HAM (UU RI No.26/2000) juga dibentuk sebagai respon untuk
menangani pelangaran HAM
Saat ini Indonesia telah meratifikasi dua konvensi dasar HAM, yaitu
tentang hak sipilpolitik serta hak ekonomi, sosial, dan budaya. Oleh karena itu,
setiap orang ditantang mengaktualisasikannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, meskipun negara tetap motor utama karena negaralah yang menjadi
pemangku kewajiban atas pemenuhan, perlindungan, dan penghormatan HAM.
2. Perkembangan Hak Asasi Manusia
Konsepsi tentang HAM yang tumbuh dan berkembang di kalangan
sejarawan Eropa bermula dari Yurisprudensi Romawi yang kemudian meluas
pada etika teori alam (natural law). Tentang hal ini, Robert Audi mengatakan
sebagai berikut: the concept of right arose in Roman Jurisprudence and was
axtended to ethics via natural law theory. Just a positive law makers, confers
legal right, so the natural confers natural right
3. Konsep – Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
1. Keluarnya Piagam Magna Charta (Inggris) pada tahun 1215 yang
membentuk suatu kekuasaan monarki yang terbatas. Hukum mulai
berlaku tidak hanya untuk rakyat, akan tetapi juga berlaku untuk para
bangsawan dan keluarga kerajaan. Piagam Magna Charta atau disebut
juga Magna Charta Libertatum (The Great Charter of Freedoms) dibuat
di masa pemerintahan Raja John (King John of England) dan berlaku
bagi raja-raja Inggris yang berkuasa berikutnya.
2. Keluarnya Bill of Right pada tahun 1628 yang berisi penegasan tentang
pembatasan kekuasaan raja dan dihilangkannya hak raja untuk
melaksanakan kekuasaan terhadap siapapun tanpa dasar hukum yang
jelas.
3. Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Deklaration of Independence)
pada 1778. HAM di Amerika Serikat yang sebenarnya tidak terlepas
dari beberapa rumusan sebelumnya seperti Virginia Bill of Right.
4. Deklarasi tentang Hak Manusia dan Warga Negara yang dikeluarkan di
Perancis waktu pecahnya Revolusi Perancis (1789) dan secara
mendalam dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan hak asasi dari
Amerika.
5. Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang diproklamirkan
dalam sidang umum PBB pada 10 Desember 1948. Hal yang baru
dalam deklarasi ini adalah adanya pergeseran pendasaran HAM dari
kodrat Tuhan kepada pengakuan akan martabat manusia.
4. Penegakan HAM di Era Reformasi
Berbagai kasus pelanggaran HAM masa lalu disuarakan untuk
segeradiselesaikan. Kasus-kasus tersebut antara lain adalah kasus Tanjung
Priok 12September 1984; Pembunuhan Misterius (PETRUS); Pelanggaran HAM
berat di Aceh, Abepura, dan Timor-Timur; kasus Talangsari 7 Pebruari 1989;
kasus Penghilangan Orang secara Paksa; Kasus Trisakti, Semanggi I dan II; dan
Kasus Kerusuhan Mei 1998. Untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut
dibentuk Pengadilan HAM dan Pengadilan HAM Ad Hoc melalui UU Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM serta UU Nomor 27 Tahun 2004 tentang
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Seharusnya, di Era Reformasi ini, Indonesia jauh lebih mudah menghidupi
dan mewujudkan itu.Berbagai perlengkapan yang dibutuhkan membangun
keadaban publik dan cita-cita kebangsaan itu telah ada.Sebagai negara
demokrasi dan hukum yang menjunjung tinggi HAM, semua elemen (kelompok),
apa pun latar belakangnya memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai
warga negara. Semboyan kita yang termaktub dalam buku Sutasoma karya
Mpu Tantular (Abad ke-14) sungguh indah: Bhinneka Tunggal Ika – berbeda-
beda tetapi tetap satu.
DAFTAR PUSTAKA

A.Ubaedillah,dkk. 2006. Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat


Madani, EdiSi Revisi II, ICCEUIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja
sama dengan The Asia Foundation,Jakarta Selatan.
Dede Rosyada. 2000. Demokrasi Hak Asasi Manusia & Masyarakat Madani,Ctk.
Pertama,PrenadaMedia,JakartaTimur.
Muhammad Alim.2001 .Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Madinah Dan UUD 1945,Ctk.Pertama,UIIPress,Yogyakarta.
Ni’matul Huda. 2005 .Negara Hukum Demokrasi & Judicial Review ,UII Press,
Yogyakarta.
Samawi, Ahmad, 2007. Pendidikan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Depdiknas
YuliaNeta,Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dalam Konsep Negara Hukum(Qua
Vadis Demokrasi dan HAM di Indonesia di Era Globalisasi, Jurnal
Fakultas Hukum Unila, ISBN:978-979-632-004-2 PROSIDING
2011,terdapat dalam jurnal. fh. Unila .ac.id/index. Php
/prosiding /article/view/121

Anda mungkin juga menyukai