PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan.
1. Mengetahui pengaruh mikroorganisme parasit terhadap morfologi sel.
2. Mengetahui hasil pengamatan yang didapat dari sel roti, sel kentang, dan
sel batang ubi kayu.
3. Mengetahui analisa terhadap morfologi sel yang terbentuk.
1.4. Manfaat .
1. Menambah wawasan tentang pengaruh mikroorganisme parasit terhadap
morfologi sel.
2. Menambah wawasan tentang hasil pengamatan yang didapat dari sel roti,
sel kentang, dan sel batang ubi kayu.
3. Menambah wawasan analisa terhadap morfologi sel yang terbentuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sehari-hari. Mikro nukleus poliplod (1-80) dan berperan dalam reproduksi seksual.
Apikomplexan dengan anggota memiliki sifat parasit dan banyak menjadi penyebab
penyakit pada makhluk hidup khususnya pada manusia yang tubuhnya kurang sehat.
2.1.2. Fungi
Dunia mikrobia, jamur termasuk divisi mycota (fungi). Mycota berasal dari
bahasa Yunani yaitu mykes disebut fungi dalam bahasa latin. Istilah untuk menyebut
jamur, mushroom yaitu jamur yang menghasilkan badan buah besar, juga termasuk
jamur yang dapat dimakan, mold yaitu jenis jamur yang berbentuk seperti benang-
benang, dan khamir yaitu jamur dengan sel satu (Susilowati dan Listyawati, 2001).
Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal,
multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun dari
kitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat khemoorgano heterotrof
karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik. Jamur juga memerlukan
oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat atau tempat hidup jamur terdapat
pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit
atau parasit pada makhluk hidup,yaitu tanaman, hewan, dan parasit pada manusia.
Jamur benang terdiri atas massa benang yang bercabang-cabang disebut
miselium. Miselium tersusun dari hifa (filamen) yang merupakan benang-benang
tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun dari filamen-filamen disebut thallus.
Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa
vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel reproduksi atau spora.
Hifa merupakan benang atau serat halus sebuah fungi. Hifa tersebut memiliki arah
pertumbuhan keluar dari media sering disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa
yang berfungsi untuk menyerap makanan dari suatu substrat (Kasrina dkk, 2012).
Berdasarkan bentuknya hifa juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu hifa
tidak bersepta dan juga hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta merupakan ciri jamur
yang termasuk Phycomycetes (Jamur tingkat rendah). Hifa ini memiliki bentuk sel
memanjang, bercabang-cabang, juga terdiri atas sitoplasma dan dengan banyak inti
(soenositik). Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi, atau yang
termasuk Eumycetes. Hifa bersepta berinti tunggal merupakan hifa yang disusun
oleh sel-sel berinti tunggal dan memiliki sekat hifa hanya memiliki satu inti sel saja.
5
lipid, glikoprotein. Definisi virus secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu
virion yang artinya racun. Virus merupakan organisme subseluler karna ukurannya
yang sangat kecil, virus hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron, dan
juga virus berukuran yang lebih kecil dari pada ukuran bakteri (Betsy, 2005).
Kapsid merupakan pembungkus asam nukleat, kapsid inilah yang akan
menentukan morfologi virus. Kapsid berfungsi sebagai pelindung asam nukleat,
melekatkan virion pada sel inang yang terinfeksi virus, dan sebagai penyedia protein
untuk virion saat virion menginfeksi membran sel inang. Asam nukleat berperan
penting dalam siklus hidup virus, sama dengan organisme lainnya asam nukleat
pada virus berfungsi sebagai penyimpan informasi genetik yang diperlukan untuk
sintetis protein. Sampul pada virus merupakan hasil dari modifikasi virus terhadap
membran sel inang sudah terinfeksi oleh virus. Sampul virus terdiri dari susunan
molekul lipid dan protein itulah bagian-bagian virus (Sari dan Andayani, 2019).
Struktur virus dengan morfologi helix terbentuk dari susunan subunit
protein terselubung yang disebut dengan kapsomer melingkar suatu sumbu axis.
Susunan virus dengan morfologi helix ini membuat virus mempunyai bentuk seperti
batang atau filamen. Materi genetik virus dengan morfologi helix ini terletak dalam
rongga dan terikat dengan protein kapsid. Morfologi virus polihedral tersusun dari
kapsomer yang berjumlah sangat banyak yang menyelubungi genom virus secara
keseluruhan. Asam nukleat pada morfologi ini tidak mempunyai ikatan terhadap
protein kapsid. Virus dengan morfologi polihedral mempunyai ukuran yang sangat
bervariasi berkisar antara nilai 20-400 nm yang berbeda-beda dan tidak sama.
Virus bersampul memiliki lapisan luar atau membran yang menyelubungi
kapsid yang disebut dengan sampul (envelope). Morfologi virus ini memiliki bentuk
bermacam-macam sesuai dengan bentuk dari kapsidnya, meskipun ada juga sampul
yang berbentuk helix dan polihedral. Morfologi virus kompleks memiliki bagian-
bagian tubuh yang lebih kompleks dibandingkan dengan ketiga morfologi virus
lainnya. Morfologi yang sangat kompleks ini menandakan virus tersebut memiliki
kelebihan yang berbeda dibanding virus morfologi lain. Organisme hidup virus pada
morfologi ini juga memiliki bagian tubuh seperti kepala dan juga bagian ekor, salah
satu contoh virus dengan morfologi virus kompleks ini adalah bakteriofage.
8
2.1.5. Prion
Jasad yang lebih sederhana daripada virus adalah prion, yang terdiri suatu
molekul protein yang infeksius. Adanya kenyataan ini merupakan perkecualian
sistem biologi, karena prion menyimpan beberapa sifat genetiknya di dalam rantaian
polipeptida, bukan di dalam RNA atau DNA. Prion dapat menggandakan diri di
dalam sel inang dengan mekanisme yang belum jelas. Jasad hidup yang susunan
kimianya terdiri dari beberapa molekul protein, jasad ini disebut prion.
yang ada pada tanah menjadi senyawa yang dapat diserap oleh akar tanaman. pupuk
hayati prinsipnya merupakan mikroba mampu meningkatkan atau memperbaiki
ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Konsumsi pupuk kimia dapat dikurangi,
maka teknologi pupuk hayati ini diyakini sebagai bagian penting dalam sistem
pertanian berkelanjutan. Beberapa jenis mikroba yang umumnya digunakan sebagai
pupuk hayati adalah bakteri penambat N, bakteri dan fungi pelarut P, bakteri pelarut
K, bakteri penghasil fitohormon dan fungi mikoriza arbuskular (Sudiarti, 2017).
Penggunaan pupuk hayati tidak akan meninggalkan residu terhadap hasil
tanaman aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Penggunaan pupuk hayati
diharapkan dapat meningkatkan kesehatan tanah, memacu pertumbuhan tanaman
dan meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk hayati tidak hanya
meningkatkan kadar unsur hara pada tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K), tetapi juga dapat menjaga kandungan senyawa organik dan total N
dalam tanah. Pupuk hayati majemuk Bio-SRF merupakan suatu pupuk hayati yang
diformulasi dalam bentuk granul dan mengandung konsorsia mikroba unggul yang
bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan tanah, memacu pertumbuhan tanaman,
meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan dapat mengurangi penggunaan
pupuk anorganik hingga 50%. Kandungan mikroba dalam pupuk hayati Bio-SRF
terdiri dari bakteri penambat N (Corynebacterium sp. dan Lactobacillus sp.), bakteri
pelarut P (Burkholderia seminalis), bakteri penghasil fitohormon (Pseudomonas
stutzeri) dan juga pada jenis fungi mikoriza arbuskular (Betsy, 2005).
Mikroba sebagai bahan aktif pupuk hayati umumnya diformulasi dalam
bahan pembawa berbentuk cair, serbuk atau granul. Bahan pembawa inokulan
serbuk dapat digunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan kompos.
Bahan pembawa yang dapat digunakan untuk formulasi produk pupuk hayati bentuk
serbuk, padat adalah mineral tanah liat, tanah diatoma, mineral karbon putih, dedak
padi, tanah gambut, lignite, humus, dan arang kayu (Sari dan Andayani, 2019).
Teknologi proses produksi pupuk hayati perlu dikaji dan dilakukan
optimasi untuk mendapatkan produk pupuk hayati yang unggul dan memenuhi
persyaratan mutu nilai produk pupuk hayati. Kajian proses ini produksi meliputi
penggunaan isolat mikroba yang unggul, komposisi medium dan kondisi proses
10
produksi yang optimal serta formulasi produk pupuk hayati. Produk pupuk hayati
yang dihasilkan perlu dilakukan pengujian aplikasi pada berbagai jenis tanaman dan
kondisi lahan untuk mengetahui kualitas dan efektivitas pupuk hayati.
Jenis mikroba tanah yang sering digunakan sebagai biofertilizer antara lain
bakteri pemfiksasi N non simbiosis, bakteri N simbiosis, jamur mikoriza, dan
bakteri pelarut fosfat. Mikroba tanah tersebut bila dimanfaatkan secara bersama dan
tepat dalam suatu sistem pertanian organik dapat memberikan dampak positif bagi
ketersediaan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, pengendalian hama penyakit serta
dapat meningkatkan pertumbuhan produktivitas tanaman (Khotimah dkk, 2014).
Stabilitas agregat pada umumnya meningkat dengan makin banyaknya
jumlah mikroorganisme. Penambahan jumlah bakteri (Azotobacter chroococcum
dan Pseudomonas sp.) dan ragi (Lypomyces starkeyi) yang ternyata meningkatkan
stabilitas agregat terhadap kekuatan air. Sebaliknya tanah yang ditambah jenis
jamur (Mucor hiemalis) menunjukkan hasil yang berbeda. Berbeda dengan kasus
jamur , dengan adanya jamur perekatan ini tidak terjadi, karena hifa jamur akan
menghalangi kontak antara partikel tanah dengan bakteri disekelilingnya. Kondisi
yang lain, hifa jamur biasanya dapat melindungi agregat primer yang dibentuk oleh
perekatan bakteri untuk membentuk agregat sekunder. Bahan perekat di alam yang
jarang dijumpai berupa mikroorganisme saja, dan juga pada umumnya memiliki
kombinasi dengan ikatan asam organik (Susilowari dan Listyawai, 2001).
Pemanfaatan mikroorganisme tanah untuk meningkatkan efisiensi serapan
hara oleh akar tanaman pada umumnya melalui peningkatan kelarutan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman baik yang berasal dari pupuk maupun yang berasal dari
mineral tanah dan atau peningkatan kemampuan akar menyerap hara. Hal ini
berkaitan dengan bakteri pelarut hara dan yang berkaitan dengan jamur mikoriza.
Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. adalah jenis bakteri yang mampu meningkatkan
kelarutan fosfat dalam tanah. Jenis yang pertama mampu mengakumulasi nitrit,
dapat meracuni tanaman. Pseudomonas fluorescens-putida mampu membentuk
koloni di rhizosfer dengan cepat sehingga dapat meningkatkan hasil kentang, bit
gula dan lobak sebanyak 144 %. Tanaman kedelai merupakan kombinasi antara
Pseudomonas putida dan Azospirillum sp. untuk meningkatkan serapan N dan P.
11
Pemberian bakteri pelarut fosfat juga meningkatkan laju pertumbuhan bibit lamtoro,
meningkatkan ketersediaan fosfat pada tanah dengan tingkat pH tinggi >7 dan juga
kadar P pada tanah juga tersedia tinggi dengan nilai sebesar 95 ppm (Sudiarti, 2017).
Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara kurang lebih 74%. N udara
biasanya tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tanaman tidak ada satupun
yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi atau ditambat oleh mikroba
tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N
ada yang bersimbiosis dengan tanaman ini dan ada pula yang hidup bebas di sekitar
perakaran tanaman. Berbagai jenis-jenis bakteri fiksasi N2 secara hayati, antara lain
terdiri atas rhizobia, sianobakter, bakteri foto autotrofik pada air tergenang dan juga
permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam tanah dan juga zona akar. Bakteri
fiksasi N2 hidup bebas pada daerah perakaran dan jaringan tanaman padi, seperti
Pseudomonas sp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum, dan
Herbaspirillum telah terbukti mampu melakukan fiksasi N2 (Black, 2002).
Bakteri fiksasi N2 pada rizosfer tanaman gramineae, seperti Azotobacter
paspali dan Beijerinckia sp., termasuk salah satu dari kelompok bakteri aerobik
yang mengkolonisasi permukaan akar. Kelompok prokariotik fotosintetik, seperti
sianobakter, mampu mempertahankan kesuburan ekosistem pada saat kondisi alami
lahan pertanian dengan menggunakan kemampuannya mengikat N2 (Betsy, 2005).
Bakteri fiksasi N2 yang hidup bersimbiosis dengan tanaman kacang-
kacangan (rhizobia) dan disebut juga sebagai bakteri bintil akar (root nodulating
bacteria). Pemanfaatan rhizobia sebagai inokulan pupuk hayati dapat meningkatkan
ketersediaan N bagi tanaman, yang dapat mendukung peningkatan produktivitas
tanaman kacangkacangan. Keefektivan inokulasi rhizobia juga dipengaruhi oleh
kesesuaian inokulan rhizobia dengan jenis dan varietas tanaman dan jenis tanah
yang diinokulasi, serta dipengaruhi oleh factor-faktor kompetisi melalui rhizobia
indigenous. Mikroba tanah yang lain juga berperan di dalam penyediaan unsur hara
tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama
diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi
(jenuh). Hara P biasanya hanya sedikit atau bahkan tidak tersedia sama sekali bagi
tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sangat sukar larut.
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
DAFTAR PUSTAKA