LETAK GEOGRAFIS
Peta Laut IHO (IHO Seas Map) Sheet 3, dengan dokumen revisi terkini adalah
Draft IHO Publication S-23 4th Edition (2002) pada Chapter 5 dan 6. Khususnya
untuk koordinat geografis WPPNRI 716 adalah memodifikasi dari batas geografis
Laut Aru yang tercantum di Draft IHO Publication S-23 4th Edition (2002) pada
Chapter 6 indeks lokasi peta 6.14. Digunakan juga Chapter 5 indeks lokasi peta
5.15 untuk Laut Timor bagian Timur, dan indeks lokasi peta 5.16 untuk Laut
Arafura.
Batas geografis WPPNRI 718 yang meliputi Laut Aru, Laut Arafura, dan
Laut Timor bagian timur tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan 18/PERMEN-KP/2014. WPPNRI 718 ini berbatasan dengan wilayah
teritorial dan yurisdiksi 3 negara, yakni Timor Leste, Australia, dan Papua Nugini.
udang dan ikan demersal. Usaha penangkapan udang di perairan ini sudah
dilakukan sejak lama, dimulai oleh perusahaan patungan (joint venture) antara
Indonesia dengan Jepang pada tahun 1970-an yang berpangkalan di Sorong dan
perairan yang disebabkan oleh adanya gradien suhu. Berdasarkan gradient suhu
secara vertikal di dalam kolom perairan, Wyrtki (1961) membagi perairan menjadi
3 (tiga) lapisan, yaitu: a) lapisan homogen pada permukaan perairan atau disebut
perairan.
Kawasan WPPNRI 718 yang lebih didominasi oleh laut ketimbang
daratan, sangat kental dipengaruhi oleh interaksi antara laut dan atmosfer.
pada kurun waktu 2007 hingga 2010 mengalami fluktuasi. Berdasarkan data
pemantauan satelit oleh Pranowo dkk. (2014), pada tahun 2007 penerimaan
cahaya matahari di WPPNRI 718 mengalami tertinggi dalam kurun waktu 2007-
2010, yakni 390-425 w/m2 (rerata tahunan 407,5 w/m2), kemudian sedikit
menurun di tahun 2008 yakni menjadi 390-420 w/m2 (rerata tahunan 405 w/m2),
tahunan 400 w/m2), dan pada 2010 kembali mengalami sangat sedikit
30oC dan mengalami penurunan satu atau dua derajat dengan bertambahnya
cenderung lebih hangat berkisar antara 29-30oC, terutama pada bulan Januari
disepanjang pantai mulai dari Mimika hingga Marauke suhu ratarata diatas 30oC,
sedangkan pada bulan Febuari dan Maret suhu permukaan cenderung seragam.
Kondisi ini kemudian meningkat dibulan April, dimana suhu permukaan diatas
29oC sedangkan dibagiian utara dan timur WPP 718 cendrung meningkat hingga
diatas 30oC.Kondisi sebaliknya mulai terjadi pada bulan Mei, dimana rata-rata
antara 28-24oC dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus dimana suhu
welling (Wyrtki, 1961). Selain itu secara keseluruhan kondisi ini kemungkinan
disebabkan karena pada periode tersebut posisi matahari lebih ke utara dan
bumi belahan selatan mengalami musim dingin seperti Australia, dimana suhu
Desember perairan WPP 718 mulai menghangat kembali terutama wilayah timur
2. HASIL TANGKAPAN
A. Jenis Ikan
Laut Arafura (WPP 718) salah satu zona yang memiliki sumberdaya biota
laut yang melimpah terutama pada komiditas udang dan ikan demersal.Pada
saat ini, penangkapan udang dan ikan demersal dengan alat tangkap tradisional
(trammel net, pukat pantai, gillnet dasar, pancing ulur) dilakukan pada perairan
menggunakan rawai dasar (bottom longline, BLL) dan pancing ulur (drop line) di
Laut Arafura berkembang sejak tahun 1990-an, yaitu sejak armada BLL dari
Selain udang dan ikan demersal Laut Arafura juga memiliki sumberdaya
ikan pelagis kecil yang menjadi sumber nafkah bagi masyarakat nelayan skala
kecil.Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil adalah
pukat cincin (purse seine, PS), jaring insang (gillnet) dan payang yang berbasis
di Kaimana, Fakfak, Dobo dan Tual. Khusus penangkapan ikan terbang (diambil
telurnya) dengan alat bantu pakkaja dan bale-bale banyak dilakukan oleh
Laut Arafura(WPP 718) memiliki banyak sumber daya laut salah satunya
adalah ikan pelagis Kelompok ikan pelagis kecil yang dominan dan mempunyai
nilai ekonomis terutama dari famili Clupeidae (spesies Sardinella gibbosa. dan
Daerah Penangkapan
Sumberdaya ikan pelagis kecil menyebar di perairan Arafura terutama
sampai di daerah Pulau Dolak dan Kaimana, perairan kepulauan Aru dan
penangkapan biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dari daratan dan
tersebar hingga perairan sebelah utara Kaimana. Jumlah hari laut ini cenderung
semakin lama pada puncak musim bertelur (puncak pemijahan) ikan terbang.
Alat Tangkap
Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan
pelagis kecil di Laut Arafura adalah pukat cincin, jaring kembung, jaring insang
hanyut dan bagan (apung/perahu) serta pakkaja untuk pengumpul telur ikan
terbang. Pukat cincin mini banyak terdapat di sekitar Tual, Dobo (Maluku
Tenggara) dan Kaimana. Sementara jaring untuk ikan kembung juga ditemukan
di Dobo, Kaimana dan Fakfak. Adapun alat tangkap bagan ditemukan di Tual dan
Kaimana serta Fakfak. Keberadaan pakkaja (alat pengumpul telur ikan terbang)
ditemukan di Fakfak.
Laut Arafura (WPP 718) tidak hanya memiliki sumberdaya berupa ikan
pelagis kecil di laut ini juga terdapat ikan pelagis besar yang merupakan ikan
ekonomis penting seperti ikan tongkol (tongkol lisong, tongkol krai, dan tongkol
komo), cucut, marlin dan tenggiri. Pada lokasi tertentu seperti di Tual juga
cakalang.Ikan jenis ini bersifat oseanik yang ditangkap dan umumnya tertangkap
bersifat neritik atau berada di perairan pantai yang relatif dangkal dengan
kedalaman kurang dari 100m.Kelompok jenis ikan pelagis besar hanya
tertangkap di lokasi tertentu, terutama di bagian barat laut Arafura yaitu Tual,
Dobo dan Saumlaki.Selain itu, di pantai baratdaya Papua, ikan tongkol dan
adalah ikan tongkol (tongkol lisong, tongkol krai, dan tongkol komo), cucut, marlin
dan tenggiri. Pada lokasi tertentu seperti di Tual juga tercatat adanya hasil
tangkapan ikan madidihang (yellowfin tuna) dan cakalang. Ikan jenis ini bersifat
oseanik yang ditangkap dan umumnya tertangkap di bagian barat Laut Arafura
Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan pelagis besar terutama terdapat pada perairan
kurang dari 100m di pantai barat Papua, meliputi Fakfak, Kaimana dan Merauke.
Kecuali utu juga terdapat di perairan sekitar Kepulauan Aru dan Yamdena.
Sebagian besar usaha penangkapan adalah skala kecil dengan pola tradisional
pancing ulur, pukat cincin mini, gillnet dan gillnet oseanik. Di Tual
ikan pelagis besar yang dominan adalah dari jenis neritik tuna yaitu
3. Ikan Demersal
Ikan demersal atau ikan dasar yang tertangkap di perairan WPP 718 Laut
Arafura dulu lebih dikenal sebagai hasil tangkapan sampingan (HTS) dari alat
tangkap pukat udang atau trawl. Belakangan, ikan demersal dari jenis-jenis
kakap merah dengan nilai ekonomis tinggi, menjadi target tangkapan utama dari
alat tangkap rawai dasar (Bottom Longline, BLL). Keberadaan ikan demersal
secara komersial dengan kapal trawl. Naamin & Sumiono (1983) menyebutkan
banyaknya HTS di Laut Arafura diperkirakan mencapai 80% dari hasil tangkapan
keseluruhan atau rata-rata 19 kali lebih besar dari hasil tangkapan udang.
komersil di daerah Dolak, didominasi oleh ikan hidangan berukuran relatif kecil
(small food fish, panjang total kurang dari 15 cm, berat individu kurang dari200
gram), diikuti oleh ikan hidangan berukuran relatif besar (large food fish, panjang
total lebih dari 15 cm, berat individu lebih dari 200 gram). Kelompok ikan
Daerah Penangkapan
pendaratan utama ikan-ikan demersal yang ditangkap dari Laut Arafura adalah
dan Saumlaki.Selain itu, kapal-kapal ikan dari Arafura juga ada yang
dengan rawai dasar pada umumnya meliputi gugusan perairan yang sedikit
berkarang seperti di bagian selatan dan utara gugusan Kepulauan Aru, gugusan
Kepulauan Maluku Tenggara sampai bagian timur Laut Timor yang langsung
Alat Tangkap
Sudah sejak lama diketahui bahwa ikan-ikan demersal yang
pukat udang (trawl). Alat tangkap jenis lainnya adalah pukat ikan.
Belakangan, jenis ikan kakap merah yang berada pada perairan di
4. Krustasea
Selain ikan demersal dan pelagis laut arafura juga terdapat hasil
perairan Arafura dan sekitarnya sudah berlangsung sejak lama, dimulai dengan
Indonesia Timur yang diijinkan pada batas koordinat 130o BT ke arah timur pada
Sorong, Ambon, Tual, Benjina, Dolak, Aru, Kaimana, Merauke dan Kendari.
Lebih dari 17 jenis udang penaeid terdapat di perairan Arafura dan hanya
5-6 jenis yang diusahakan secara komersial dan diekspor yaitu kelompok udang
Di samping jenis udang dan kepiting, di WPP 718 Laut Arafura juga banyak
ditangkap lobster. Jenis-jenis lobster yang terdapat di WPP-RI 718, antara lain
mutiara.
Daerah Penangkapan
sekitar Kepulauan Aru, Pulau Yamdena, perairan Kaimana dan Perairan Kei.
Daerah penangkapan udang oleh jaring trammel di Dobo/ Aru berada di perairan
trawl dan trammel net berada di sekitar Pulau Babi, Pulau Ujir dan Pulau Wasir.
Lokasi pendaratan udang yang utama yaitu Sorong, Ambon, Dobo dan Merauke.
Alat Tangkap
perairan WPP 718 Laut Arafura ada beberapa jenis, yaitu trawl, mini trawl dan
trammel net. Alat tangkap trawl digunakan oleh kapal-kapal penangkap udang
Hasil tangkapan udang per trip dari kapal mini trawl di Kepulauan Aru
2011 di WPP-RI 718 adalah sebesar 881 ton dan menunjukkan kecenderungan
Hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) pukat udang yang berbasis di
Merauke menunjukkan pola yang berfluktuasi dari tahun ke tahun yang berkisar
antara 307,7 – 637,5 kg/hari dengan rata-rata 411,8 kg/hari (Kembaren et al.,
2015). Kendati demikian CPUE pada tahun 2015 tampak lebih tinggi dari pada
kenaikan sebesar 34,5%. Hal ini diduga sebagai dampak dari diberlakukannya
moratorium penangkapan ikan pada bulan November 2014. Dari survei in-situ di
perairan barat Kepulauan Aru, diperoleh laju tangkap dan kepadatan stok udang
dibandingkan dengan laju tangkap udang penaeid pada tahun 2012 di wilayah
perairan Wamar yang mencapai 7,96 kg/jam (Nurdin al., 2012), laju tangkap
udang di perairan ini mengindikasikan kondisi yang semakin menurun. Hal ini
demersal dominan tertangkap di WPP-RI 718 yang paling banyak adalah ikan
kakap merah yaitu 30,2% dari produksi ikan demersal tahun 2011 yang besarnya
245.522 ton, diikuti oleh ikan gulamah 15,7%, manyung 12,5%, kuro 11,8%, layur
7,4%, bawal hitam 6,4%, kurisi 6,2%, beloso 5,8% dan lainnya.
paling tinggi adalah ikan ekor kuning sebesar 69,4% dari total produksi ikan
karang yang besarnya 13.346 ton, diikuti oleh ikan beronang 13,3%, kerapu
rawai di WPP 718 Laut Arafura selama 5 tahun terakhir (Tabel 1.2) berkisar
antara 5194 - 7701 ton dengan kisaran jumlah trip (unit) alat tangkap rawai
tahunan antara 923-1286 unit. Kisaran rata-rata CPUE (hasil tangkapan per
berkaitan dengan jumlah upaya yang beroperasi pada saat itu dan merupakan
secara intensif.
B. Kandungan Proksimat
bermanfaat bagi tubuh. Protein pada ikan sangatlah tinggi oleh karena itu ikan
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan banyak diminati masyarakat karena
dagingnya enak dan gurih serta kandungan proteinnya cukup tinggi. Kandungan
gizi ikan kakap merah per 100 g yaitu air 77 g, kalori 92 g, protein 20 g, lemak
0,7 g, kalsium, 20 mg, fosfor 200 mg, dan besi 1 mg. Ikan kakap merah sangat
mudah mengalami kerusakan karena kandungan protein dan kadar air tinggi
(2007), bagian yang dapat dimakan (BDD) pada ikan kakap adalah sebesar 80%.
Kandungan protein pada 100 gram daging ikan kuro sebesar 16 gram dan lemak
22 gram. Bagian yang dapat dimakan pada ikan Kuro sebesar 52% dengan
jumlah energi pada 100 gram dagingnya sebesar 87 Kkal . Pada ikan layur,
kandungan protein pada 100 gram dagingnya, sebesar 18 gram dan 1 gram
kandungan lemak. Bagian yang dapat dimakan pada ikan layur sebesar 49%
ikan yang berdaging putih dan memiliki nilai jual yang sangat murah serta
melimpah. Ikan ekor kuning (Caesio cuning) mengandung protein 20%, dan
lemak 4% terdiri atas jenuh 0,3%, tidak jenuh 0,2%, tidak jenuh ganda 0,3%.
Produksi ikan yang melimpah mempunyai masalah yang cepat membusuk sebab
dekomposisi dan salah satu cara mengatasi hal itu diolah menjadi surimi.
beberapa produk seperti sosis, bakso, siomay, dan sebagainya. Ikan baronang
memiliki kadar protein tinggi yaitu mencapai 19.14±0.76%. Njinkoue et al. (2016)
protein >15%. Love (1970) menyatakan bahwa kandungan protein pada ikan
kadar protein yang terukur dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yaitu
protein yang semakin tinggi juga dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi ikan
kandungan lemak pada tubuhnya yaitu ikan berlemak sangat rendah (<2%),
berlemak rendah (2-4%), berlemak sedang (4-8%) dan berlemak tinggi (>8%).
Alfa et al. (2014) menyatakan bahwa kadar lemak di dalam tubuh ikan
dipengaruhi oleh faktor musim penangkapan, letak geografis, usia dan tingkat
ikan.
ANALISA PROKSIMAT CRUSTASEA
beberapa negara tropis. Scylla olivacea merupakan salah spesies kepiting bakau
47,5% protein dan 11,20% lemak. Oleh sebab itu, kepiting bakau banyak diminati
serta rasanya yang gurih dan lezat. Jika dibandingkan dengan jenis udang yang
lain, lobster memang jauh lebih enak. Tidak salah jika makanan ini hanya
ekonomi atas. Panulirus homarus juga memiliki protein tinggi (24,18%) dan
salah satunya adalah sumber daya laut yang terbagi dalam beberapa zona,
salah satunya adalah zona WPP NRI 718 yaitu laut Arafura. Laut Arafura memiliki
produk ikan ini dibagi menjadi 10 yaitu : Produk hidup., Produk segar (fresh
product) melalui proses pendinginan, Produk beku (frozen product), baik mentah
(raw) atau masak (cooked) melalui proses pembekuan, Produk kaleng (canned
atau mekanis, Produk asin kering (dried salted product) melalui proses
pengepresan (minched).
invertebrata air lainnya lebih dari 90% serta merosotnya nilai ekspor ikan
tahun ini naik 14,27% menjadi US$ 58,1 juta. Demikian pula ekspor kepiting naik
1,4% menjadi US$ 27,8 juta dari sebelumnya.Namun, nilai ekspor ikan hidup
turun 17,08% menjadi US$ 15,98 juta serta moluska menyusut 1,29% menjadi
US$ 5, 71 juta. Nilai ekspor kulit kerang turun 40% menjadi US$ 3,61 juta
sedangkan invertebrata air lainnya anjlok lebih dari 90% menjadi tinggal US$ 374
ribu.
Nilai total ekspor perikanan pada tahun 2019 lebih turun sedikit
ikan hidup, kepiting, moluska, udang hidup, limbah berupa kulit kerang. Dengan
presentase ekspor tertinggi pada komoditas ikan segar / dingin. Dari sini bisa
disimpulkan bahwa Indonesia mengekspor produk perikanan masih dalam
4. REVIEW VIDEO
Kapal tersebut sangat canggih dimana sekali penangkapan bisa
mendapatkan ikan sebanyak itu. Dan setalah itu ikan langsung mendapatkan
penanganan hingga mendapat hasil fillet daging yang sangat bersih. Kemudian
juga hasil fillet langsung di packing dan di taruh dalam freezer. Kemudian untuk
bagian tubuh ikan yang tersisa diolah hingga menjadi pakan ikan. Jadi tidak ada
yang terbuang sia- sia bagian dari ikan tersebut. Dari video tersebut
digantikan oleh mesin (Revolusi industri 4.0). setiap proses mulai dari
dan hanya memerlukan jumlah tenaga kerja manusia yang sedikit untuk
mengendalikan mesin tersebut. Hal ini memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya, proses produksi menjadi efektif dan efisien waktu. Namun
disisi lain, terdapat juga dampak negatif yang tidak terpisahkan, dimana tenaga
kerja manusia yang diperlukan hanya sedikit, hal ini tentu saja akan memperkecil
peluang kerja dan meningkatkan persaingan antar tenaga kerja, bukan hanya
dari tenaga kerja dalam negeri namun juga dari luar negeri. Hal ini dikarenakan
mesin yang digunakan sangat canggih dan memerlukan tenaga kerja yang
industri 5.0 dimana berbasis pada robot, dimana segala proses produksi
dilakukan oleh robot dan pastinya lebih canggih. Hal ini sangat bertolak belakang
pada Negara Indonesia yang masih berada pada revolusi industri 4.0. hal ini
menjadi tugas bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya pemerintah tapi juga
Irianto, Hari Eko dan I. Soesilo. 2007. Dukungan teknologi penyediaan produk
Kementrian kelautan dan perikanan. 2016. Potensi sumber daya kelautan dan
Puspithasari, Dwi Agustin. 2017. Kandungan lemak surimi ikan ekor kuning
Wawasto, Ari. 2018. Karakteristik surimi basah dan surimi kering ikan baronang
bogor.