Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

MODUL PENGINDERAAN

KELOMPOK 3 SHIFT 3

1. Ade Rahma Octarida (I1011171032)


2. Muhammad Irfan Zailani (I1011171035)
3. Leonardo Dwiko Yurianto (I1011171045)
4. M. Rizky Rivaldo ((I1011171049)
5. Kelvin Yeriyo ((I1011171054)
6. Taupan Tagasta Mahardhika (I1011171055)
7. Gusti M. Dwi Andrean (I1011171059)
8. Riyda Leovany (I1011171060)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
1. Model Fungsional Mata
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar refraksi dan kelainan serta tindakan
koreksinya melalui model fungsional mata
Tujuan Khusus
1) Menjelaskan padanan bagian-bagian model fungsional mata
dengan bagianbagian mata serta fungsinya
2) Mendemonstrasikan pelbagai keadaan refraksi serta tindakan
koreksinya dengan menggunakan model fungsional mata:
a. mata emetrop tanpa akomodasi
b. mata miopia serta tindakan koreksinya
c. mata hipermetropia serta tindakan koreksinya

B. Hasil
a) Retina di titik 2: bayangan terlihat jelas dengan lensa kristalina
b) Retina di titik 3: bayangan terlihat kabur dengan lensa kristalina
(hipermetropi) sehingga dikoreksi dengan lensa cembung (S1)
c) Retina di titik 1: bayangan kabur dilihat dengan lensa kristalina
(miopi) sehingga dikoreksi dengan lensa cekung (B1)
d) Retina di titik 2: bayangan tidak jelas / kabur tanpa lensa kristalina

C. Pembahasan
Pertanyaan 1. Mengapa disediakan 3 posisi retina?
Jawaban: Disediakan 3 posisi retina dimaksudkan untuk
mengkondisikan keadaan retina pada tiap-tiap keadaan refraksi
mata, yaitu ketika mata emetrop tanpa akomodasi, mata miopia dan
mata hipermotropia. Pada mata normal (emetropia), sumber cahaya
jauh difokuskan di retina tanpa akomodasi, sementara dengan
akomodasi kekuatan lensa ditingkatkan untuk membawa sumber
cahaya dekat ke fokus. Pada keadan miopia, bola mata terlalu
panjang atau lensa terlalu kuat, maka sumber cahaya dekat dibawa
ke fokus di retina tanpa akomodasi (meskipun akomodasi dalam
keadaan normal digunakan untuk melihat benda dekat), sementara
sumber cahaya jauh terfokus di depan retina dan tampak kabur.
Pada hipermetropia, bola mata terlalu pendek atau lensa terlalu
lemah. Benda jauh difokuskan di retina hanya dengan
akomodasi, sedangkan benda dekat terfokus di belakang retina
bahkan dengan akomodasi dan, karenanya, tampak kabur.1

Pertanyaan 2. Bagaimana cara membedakan lensa sferis negatif


dengan lensa sferis positif?
Jawaban: Ketika melihat langsung, penampakan dari lensa sferis
negatif dan lensa sferis positif sulit untuk dibedakan. Akan tetapi,
kedua lensa tersebut dapat dibedakan dengan melihat sifat
bayangan yang terjadi. Permukaan cembung menyebabkan
konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas tersebut lebih
dekat satu sama lain. Karena konvergensi penting untuk membawa
suatu bayangan ke titik fokus, maka permukaan refraktif mata
berbentuk konveks. Permukaan konkaf membuyarkan berkas
sinar (divergensi). Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi
kesalahan refraktif tenentu mata, misalnya berpenglihatan dekat.1

Pertanyaan 3. Cara apakah yang lebih baik untuk menentukan jenis


dan kekuatan lensa?
Jawaban: Cara yang lebih baik adalah dengan menggunakan
lensometer. Lensometer adalah instrument yang dirancang
untuk mengukur kekuatan lensa baik bulat maupun silinder,
axis lensa silinder, prism diopter, sudut basal prisma, kekuatan lensa
kontak.

Pertanyaan 4. Sebutkan sifat bayangan yang terbentuk!


Jawaban: Sifat bayangan yang terbentuk pada saat
praktikum adalah nyata, terbalik dan diperkecil. Gambar
difokuskan ke retina secara terbalik atas dan bawah. Selain itu juga
mengalami pembalikan antara kanan dan kiri dikarenakan cahaya
dari sisi kanan objek menyerang sisi kiri retina dan sebaliknya.
Alasan dunia tidak terlihat terbalik karena otak pada awal kehidupan
otak belajar mengkoordinasikan penglihatan gambar dengan
orientasi objek sehingga otak terlatih untuk menganggap gambar
terbalik sebagai yang normal.2

Pertanyaan 5. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata


sebenarnya
Jawaban: Analogi keadaan ini dengan kondisi mata emetrop tanpa
akomodasi. Sehingga sifat bayangan yang terbentuk sama yaitu
nyata, terbalik, dan diperkecil. Ada 3 hal yang perlu diperiksa untuk
memahami bagaimana terbentuknya gambar yang jelas di retina,
yaitu proses refraksi atau pembelokan cahaya oleh kornea dan
lensa, akomodasi dengan merubah bentuk lensa, dan kontriksi
pupil. Permukaan kornea yang melengkung merupakan
struktur pertama yang dilewati oleh sinar sewaktu sinar
tersebut masuk mata, berperan paling besar dalam kemampuan
refraktif total mata karena perbedaan dalam densitas pada
pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada perbedaan
dalam densitas antara lensa dan cairan di sekitarnya.
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai
akomodasi. Lensa mata mengatur penyesuaian terhadap jarak
benda dengan jalan mengatur cembung dan pipihnya lensa
sehingga bayangan jatuh di retina. Proses itu disebut berakomodasi.
Apabila jarak benda sangat dekat, lensa akan mencembung.
Sebaliknya, apabila jarak benda jauh, lensa mata akan memipih.
Selanjutnya setelah melalui pengaturan jumlah cahaya yang masuk
oleh pupil dan pemokusan oleh lensa, cahaya dapat jatuh tepat di
retina dengan penangkapan gambar terbalik dan selanjutnya otak
mempresepsikan sebagai gambar normal.1
Pertanyaan 6. Mengapa bayangan menjadi kabur?
Jawaban: Pada situasi ini bayangan menjadi kabur karena diameter
bola mata yang memendek dan membuat bayangan lebih panjang
dan jatuhnya dibelakang dari retina. Disebut mata hipermetropia. 1

Pertanyaan 7. Lensa apa yang digunakan untuk koreksi?


Jawaban: Lensa yang digunakan adalah lensa konveksi (+ ID)

Pertanyaan 8. Mengapa bayangan menjadi kabur?


Jawaban: Pada keadaan ini bayangan menjadi kabur karena
diameter bola mata yang memanjang dan membuat bayangan lebih
pendek dan jatuhnya di depan retina. Disebut mata miopia.

Pertanyaan 9. Lensa apa yang digunakan untuk tindakan tersebut?


Jawaban: Lensa yang digunakan adalah lensa konkaf (cekung)
(0,5D)

Pertanyaan 10. Apa contoh situasi yang sesuai dengan kondisi mata
afakia?
Jawaban: Mata afakia sering terjadi keadaan pasca operasi
pengangkatan lensa dan katarak immatur 1

Pertanyaan 11. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk


mengoreksi mata afakia?
Jawaban: Untuk mengoreksi mata afakia dapat digunakan kacamata
dengan lensa sferis cembung berkekuatan tinggi, lensa kontak, serta
intraokuler lensa.1

Pertanyaan 12. Jenis monitor apakah yang dapat digunakan untuk


mengoreksi mata afakia?
Jawaban: Jenis tampilan sferis cembung, karena pada afakia terjadi
hipermetropi tinggi.1
2. Refraksi
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar refraksi dan kelainan serta tindakan
koreksinya pada manusia
Tujuan Khusus
1) Menjelaskan hubungan diskriminasi dua titik dengan sudut
penglihatan minimal
2) Menjelaskan dasar pembuatan optotipi Snellen
3) Menjelaskan pengertian visus dan refraksi pada manusia
4) Menjelaskan dasar-dasar penetapan visus seseorang dengan
menggunakan optotipi Snellen
5) Mendemonstrasikan pelbagai kelainan refraksi serta prinsip
tindak koreksinya pada manusia
a. mata miopia serta tindakan koreksinya
b. mata hipermetropia serta tindakan koreksinya

B. Hasil
Yang diperiksa Visus
Mata kanan 20⁄
120
Mata kiri 2⁄
60
Kedua mata 20⁄
120

C. Pembahasan
Kemampuan refraksi manusia dipengaruhi oleh kornea dan
lensa yang berada dibelakang kornea serta densitas dari air juga
berperan dalam refraksi cahaya. Cahaya disebarkan secara
divergen dari sumbernya maka mata kita akan menangkap cahaya
itu serta membelokkan cahaya tersebut agar tepat jatuh pada daerah
retina yang sensitif pada cahaya. Gangguan pada mata bisa
disebabkan oleh kelainan pada kornea maupun lensa, gangguan
pada kornea akan menyebabkan kelainan permukaan kornea, hal ini
menyebabkan refraksi dari cahaya sangat terganggu sebab densitas
pada udara dan permukaan kornea berperan besar dalam refraksi
total dibandingkan dengan lensa dan cairan yang berada di dekat
lensa.1,2

Pertanyaan 13. Mengapa jarak baca harus 6 m?


Jawaban: Hal ini karena mata dalam keadaan istirahat dan tidak ber
akomodasi.3

Pertanyaan 14. Apabila pada pemeriksaan tersebut orang


percobaan hanya mampu membaca lancar tanpa kesalahan sampai
pada baris huruf yang ditandai dengan angka 30 Ft (9,14 m),
berapakah visus mata kanan OP?
Jawaban: 20/30 ft atau 6/9,14 meter, pasien dalan jarak 6 m/20 ft
dapat melihat obyek yang dapat dilihat orang normal dalam jarak
9,14 m/30 ft.3

Pertanyaan 15. Apakah dasar pembuatan optotipi Snellen?


Jawaban: Dimana mata orang normal dapat melihat objek yang
mestiny dapat dilihat dalam jarak 6 meter (20 kaki) tanpa akomodasi
dan dalam keadaan istirahat.3

3. Refraksi Dan Koreksinya


A. Hasil
Yang diperiksa Visus
Mata kanan 20⁄
120
Mata kiri 2⁄
60
Kedua mata 20⁄
120

B. Pembahasan
Pada pemeriksaan visus pada OP didapatkan kemampuan
tajam penglihatan mata kanan 20/120 dan mata kiri 2/60 yang
menunjukkan bahwa OP mengalami penurunan ketajaman
penglihatan. Visus 20/120 berarti seseorang pada jarak 20 ft. hanya
dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 120 ft.
OP tersebut diberikan lensa koreksi pada mata kanan -2,00 D
dan mata kiri -2,25 D. OP mengalami kesusahan dalam melihat jauh
sehingga dapat dikatakan mengalami gangguan refraksi miopi
sehingga memerlukan lensa konkaf untuk membantu
penglihatannya. Miopi bisa disebabkan oleh mata yang terlalu
panjang atau daya bias susunan lensa yang terlalu kuat sehingga
menyebabkan bayangan jatuh di depan retina
Pertanyaan 16a. Dapatkah visus seseorang lebih besar dari 6/6?
Jawaban: Visus seseorang dapat lebih besar dari 6/6. Hal ini
menunjukkan ketajaman penglihatan melebihi normal, dengan
perkataan lain, sudut penglihatan minimalnya lebih kecil dari 1
menit.3

Pertanyaan 16b. Mengapa mata hipermetrop dapat mempunyai


visus 6/6?
Jawaban: Karena mata hipermetrop dapat mengadakan kompensasi
dengan akomodasi.3

Pertanyaan 17. Bila sekarang visusnya menjadi kecil (setelah


dipasang lensa sferis +0,25), apakah kesimpulan saudara?
Jawaban: Mata kanan OP emetrop.

Pertanyaan 18. Bila visusnya tetap 6/6, bahkan OP merasa melihat


lebih jelas, apakah kesimpulan saudara?
Jawaban: Mata kanan OP hipermetrop

Pertanyaan 19. Jika visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil
dari 6/6, kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai selain miop?
Jawaban: Hipermetrop berat / yaitu astigamtisme. 3
Pertanyaan 20. Bila pada orang tua diperoleh visus tanpa lensa
lebih kecil dari 6/6, maka Kelainan refraksi apa yang mungkin
dijumpai pada orang tersebut?
Jawaban: Hipermetrop dengan daya akomodasi yang berkurang

Pertanyaan 21. Apakah pada orang tua dapat diperoleh visus 6/6?
Bagaimana keterangannya?
Jawaban: Dapat, bila daya bias susunan optiknya (kornea, humor
aqueous, lensa & humor vitreus) normal. Misalnya pada orang tua
yang sebelumnya pernah menderita miopi. Susunan optik semakin
lemah akibat proses penuaan, sehingga dapat memperbaiki miopi
yang disebabkan oleh susunan optik terlalu keras. Jadi sebelumnya
visusnya kurang dari 6/6 karena proses penuaan yang membuat
susunan optik melemah dapat menjadi 6/6. 3

4. Percobaan Diplopia
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami mekanisme timbulnya diplopia
Tujuan Khusus
1) Mendemonstrasikan peristiwa diplopia
2) Menjelaskan mekanisme timbulnya diplopia

B. Hasil
Terjadi penglihatan rangkap

C. Pembahasan
Pada percobaan diplopia yang dilakukan, yaitu dengan
menekan bola mata dari lateral akan menimbulkan pergeseran
sumbu bola mata ke medial. Hal ini mengakibatkan gambar objek
jatuh di luar area Panum, sehingga terjadi penglihatan rangkap atau
yang dikenal dengan diplopia.
Pertanyaan 23. Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan
rangkap pada percobaan diplopia?
Jawaban: Diplopia atau penglihatan rangkap adalah visualisasi objek
di dua lokasi spasial yang berbeda. Diplopia dapat terjadi selama
penglihatan monokuler (diplopia monokular) atau penglihatan
binokular (diplopia binokular). Diplopia monokuler terjadi ketika dua
gambar dilihat dengan satu mata. Diplopia monokuler dapat
dihasilkan dari tiga kondisi; difraksi cahaya, metamorfopsia, dan
poliopia serebral. Fovea hanya terdiri dari fotoreseptor kerucut dan
bertanggung jawab untuk penglihatan halus (detail) dan penglihatan
warna. Bagian lain dari retina (retina ekstra-foveal) bertanggung
jawab untuk penglihatan perifer.4
Dalam keadaan normal, ketika seseorang melihat objek tiga
dimensi, gambar terbentuk pada fovea kedua mata. Mata kiri melihat
sedikit lebih detail di sisi kiri dan sebaliknya. Hal ini menyebabkan
sedikit perbedaan gambar retina horizontal. Penggabungan dua
gambar retina yang berbeda oleh korteks oksipital menghasilkan
penglihatan binokular tunggal dan stereopsis (sensasi binokular dari
kedalaman relatif). Fusi kortikal hanya terjadi jika gambar yang
berbeda jatuh pada area tertentu dari ruang visual subjektif yaitu area
Panum. Gambar di luar area Panum terlalu berbeda untuk disatukan
secara kortikal menjadi gambar tunggal dan akan dianggap sebagai
diplopia. 4
Diplopia binokular disebabkan oleh ketidaksejajaran sumbu
visual. Gambar jatuh pada bagian yang tidak sesuai dari kedua retina.
Gambar jatuh pada fovea mata fiksasi dan retina ekstra-foveal pada
mata tidak fiksasi. Kedua gambar berada di luar area Panum dengan
penglihatan binokular tunggal, objek akan terlihat memiliki dua lokasi
spasial yang berbeda dalam ruang subjektif, karenanya
menyebabkan diplopia. Gambar foveal lebih jelas daripada gambar
ekstra-foveal. Pemisahan kedua gambar terbesar ketika objek dilihat
dalam arah “field-of-action” dari otot ekstra-okular paretik. 4
5. Refleks Pupil
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak
langsung (konsensual)
Tujuan Khusus
1) Mendemonstrasikan refleks pupil langsung dan tak langsung
(konsensual)
2) Menjelaskan dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak
langsung (konsensual)
B. Hasil
Pupil mata kiri dan kanan mengecil

C. Pembahasan

6. Reaksi Melihat Dekat


A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami peristiwa yang terjadi pada mata waktu melihat
jauh dan dekat
Tujuan Khusus
1) Mendemonstrasikan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata
berubah dari melihat jauh ke melihat dekat
2) Menjelaskan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah
dari melihat jauh ke melihat dekat

B. Hasil
Mata OP mengalami konvergensi (pupil mengecil)

C. Pembahasan
Ketika OP melihat benda pada jarak dekat, mata OP akan
mengalami akomodasi. Ini ditunjukkan dengan lensa mata yang
menjadi lebih kuat (konveks) untuk memfokuskan bayangan objek
tepat jatuh di retina. Otot siliaris yang mengatur ukuran pupil akan
berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk
melihat dekat. Karena serat otot memendek ketika berkontraksi,
maka pupil menjadi lebih kecil.

Pertanyaan 24. Perubahan apa yang saudara lihat pada pupil?


Jawaban: Ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium
menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi bentuk
gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi,
kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum
suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum suspensorium
pada lensa berkurang, lensa menjadi Iebih bulat karena elastisitas
inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih
bulat akan meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan
berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris berelaksasi dan lensa
menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar
lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot
siliaris dikontrol oleh sistem saraf autonom, dengan stimulasi
simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi parasimpatis
menyebabkannya berkontraksi. Karena serat otot memendek ketika
berkontraksi, pupil menjadi lebih kecil ketika otot siliaris berkontraksi
dan membentuk cincin yang lebih kecil. Ini disebut sebagai refleks
akomodasi-konvergensi yang terjadi ketika mata melihat objek yang
dekat.1

Pertanyaan 25. Peristiwa apa saja yang terjadi pada peristiwa


melihat dekat? Terangkan mekanismenya.
Jawaban: Otot siliaris hampir seluruhnya diatur oleh sinyal saraf
parasimpatis yang dihantarkan ke mata melalui saraf kranial III dan
nukleus saraf III pada batang otak. Perangsangan saraf parasimpatis
menimbulkan kontraksi kedua set serat otot siliaris, yang akan
mengendurkan ligamen lensa, sehingga menyebabkan lensa
menjadi lebih tebal dan meningkatkan daya biasnya. Dengan
meningkatnya daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat
dibanding sewaktu daya biasnya rendah. Akibatnya, dengan
mendekatnya objek ke arah mata, jumlah impuls parasimpatis yang
sampai ke otot siliaris harus ditingkatkan secara progresif agar objek
tetap dapat dilihat dengan jelas. Perangsangan simpatis
memberikan efek tambahan terhadap relaksasi otot siliaris, tapi efek
ini sangat kecil sehingga hampir tidak berperan dalam mekanisme
akomodasi normal.

Hall JE, Guyton AC. Guyton and Hall textbook of medical physiology.
12th ed. Philadelphia, Pa: Saunders/Elsevier; 2011

7. Pemeriksaan Bintik Buta


A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina
Tujuan Khusus
1) Menjelaskan cara membuat proyeksi eksternal bintik buta
2) Mendemonstrasikan proyeksi eksternal bintik buta terhadap
fovea sentralis
B. Hasil

C. Pembahasan
8. Buta Warna
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami buta warna organik dan fungsional
Tujuan Khusus
Menentukan ada tidaknya buta warna organik pada
seseorang dan jenis kelainan buta warna seseorang (jika ada)
berdasarkan buku pseudoisokromatik Ishihara

B. Hasil
Nomor lembar buku Ishihara Yang terbaca OP
1 12
2 8
3 5
4 29
5 74
6 7
7 45
8 2
9 X
10 16
11 Dapar mengikuti jalur
12 35
13 96
14 Dapat mengikuti 2 jalur

C. Pembahasan
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak
sempurna. Pasien tidak atau kurang dapat membedakan warna yang
dapat terjadi kongenital ataupun didapatkan akibat penyakit tertentu.
Hampir 5% laki-laki di negara barat menderita buta warna yang
diturunkan, lebih sering terdapat pada laki-laki dibanding perempuan.
Buta warna total merupakan keadaan yang jarang. Pada protanomali
terdapat kekurangan kerentanan merah sehingga diperlukan lebih
banyak merah untuk bergabung dengan kuning baku. Sedang yang
disebut sebagai protanopia adalah kurangnya sensitifnya pigmen merah
kerucut. Pada deutranomali diperlukan lebih banyak hijau untuk menjadi
kuning baku. Sedang deutranopia merupakan kurangnya pigmen hijau
kerucut. Tritanomali terdapat kekurangan pada warna biru, pada
keadaan ini akan sukar membedakan warna biru terhadap kuning.
Akromatopsia atau monokromat berarti ketidakmampuan mem-
bedakan warnadasar atau warna antara. Pasien hanya mempunyai satu
pigmen kerucut (monokromatrod atau batang). Pada monokromat, sel
kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja
dan biasanya mempunyai tajam penglihatan 6 / 30.
Buta warna fungsional merupakan sensasi melihat bayangan,
atau warna, atau cahaya, saat tak ada cahaya sebenarnya. Hal ini
biasanya disebabkan oleh kelelahan dari sel kerucut merespon warna.
Salah satu kejadian yang menarik adalah negative afterimages. Jika kita
melihat warna merah dalam waktu 30 detik atau lebih, sel kerucut akan
kelelahan. Ketika diganti melihat kertas putih, maka mata kita tidak
melihat warna merah, jadi yang terlihat adalah warna komplementernya
yaitu hijau. Begitu juga sebaliknya, dan antara warna biru-kuning. Hal ini
juga berhubungan dengan adaptasi sel kerucut terhadap pajanan yang
diberikan.
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa OP tidak
mengalami buta warna organik. Pada praktikum ini tidak dilakukan
percobaan pemasangan lensa hijau/merah. Biasanya, setelah diberikan
perlakuan berupa pemasangan kaca mata hijau selama 10 menit, OP
masih dapat mengenali gambar-gambar yang diujikan. Namun yang
dirasakan OP adalah sensasi warna merah di sekelilingnya pada
beberapa saat, dan susah membedakan warna hijau dan merah.
Peristiwa yang terjadi pada OP disebabkan oleh kelelahan sel kerucut
yang menangkap warna hijau, sehingga ketika kacamata dilepas, warna
hijau kurang ditangkap. Sebaliknya yang terlihat adalah warna merah
sebagai warna komplementer.3
9. Persepsi Kedalaman
A. Hasil
Percobaan ke OP 1 OP 2
1 2 2
2 2 2

Kedua mata terbuka


3 2 2
4 2 2
5 2 2
6 2 2
7 2 2
8 2 2
9 2 2
10 2 2
Total 20 20
1 2 2
2 0 0
Mata kanan tertutup

3 2 2
4 0 2
5 2 2
6 0 2
7 0 2
8 0 2
9 0 2
10 0 2
Total 6 18
1 2 2
2 2 2
3 0 0
Mata kiri tertutup

4 0 2
5 0 2
6 2 2
7 2 2
8 0 2
9 2 2
10 0 2
Total 10 18

B. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2014
2. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 12th
ed. Asia: John Wiley &Sons; 2009.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI ; 2015.
4. Tan A, Faridah H. The two-minute approach to monocular diplopia.
Malays Fam Physician. 2010 Dec 31;5(3):115-8.
5.

Anda mungkin juga menyukai