MODUL PENGINDERAAN
KELOMPOK 3 SHIFT 3
B. Hasil
a) Retina di titik 2: bayangan terlihat jelas dengan lensa kristalina
b) Retina di titik 3: bayangan terlihat kabur dengan lensa kristalina
(hipermetropi) sehingga dikoreksi dengan lensa cembung (S1)
c) Retina di titik 1: bayangan kabur dilihat dengan lensa kristalina
(miopi) sehingga dikoreksi dengan lensa cekung (B1)
d) Retina di titik 2: bayangan tidak jelas / kabur tanpa lensa kristalina
C. Pembahasan
Pertanyaan 1. Mengapa disediakan 3 posisi retina?
Jawaban: Disediakan 3 posisi retina dimaksudkan untuk
mengkondisikan keadaan retina pada tiap-tiap keadaan refraksi
mata, yaitu ketika mata emetrop tanpa akomodasi, mata miopia dan
mata hipermotropia. Pada mata normal (emetropia), sumber cahaya
jauh difokuskan di retina tanpa akomodasi, sementara dengan
akomodasi kekuatan lensa ditingkatkan untuk membawa sumber
cahaya dekat ke fokus. Pada keadan miopia, bola mata terlalu
panjang atau lensa terlalu kuat, maka sumber cahaya dekat dibawa
ke fokus di retina tanpa akomodasi (meskipun akomodasi dalam
keadaan normal digunakan untuk melihat benda dekat), sementara
sumber cahaya jauh terfokus di depan retina dan tampak kabur.
Pada hipermetropia, bola mata terlalu pendek atau lensa terlalu
lemah. Benda jauh difokuskan di retina hanya dengan
akomodasi, sedangkan benda dekat terfokus di belakang retina
bahkan dengan akomodasi dan, karenanya, tampak kabur.1
Pertanyaan 10. Apa contoh situasi yang sesuai dengan kondisi mata
afakia?
Jawaban: Mata afakia sering terjadi keadaan pasca operasi
pengangkatan lensa dan katarak immatur 1
B. Hasil
Yang diperiksa Visus
Mata kanan 20⁄
120
Mata kiri 2⁄
60
Kedua mata 20⁄
120
C. Pembahasan
Kemampuan refraksi manusia dipengaruhi oleh kornea dan
lensa yang berada dibelakang kornea serta densitas dari air juga
berperan dalam refraksi cahaya. Cahaya disebarkan secara
divergen dari sumbernya maka mata kita akan menangkap cahaya
itu serta membelokkan cahaya tersebut agar tepat jatuh pada daerah
retina yang sensitif pada cahaya. Gangguan pada mata bisa
disebabkan oleh kelainan pada kornea maupun lensa, gangguan
pada kornea akan menyebabkan kelainan permukaan kornea, hal ini
menyebabkan refraksi dari cahaya sangat terganggu sebab densitas
pada udara dan permukaan kornea berperan besar dalam refraksi
total dibandingkan dengan lensa dan cairan yang berada di dekat
lensa.1,2
B. Pembahasan
Pada pemeriksaan visus pada OP didapatkan kemampuan
tajam penglihatan mata kanan 20/120 dan mata kiri 2/60 yang
menunjukkan bahwa OP mengalami penurunan ketajaman
penglihatan. Visus 20/120 berarti seseorang pada jarak 20 ft. hanya
dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 120 ft.
OP tersebut diberikan lensa koreksi pada mata kanan -2,00 D
dan mata kiri -2,25 D. OP mengalami kesusahan dalam melihat jauh
sehingga dapat dikatakan mengalami gangguan refraksi miopi
sehingga memerlukan lensa konkaf untuk membantu
penglihatannya. Miopi bisa disebabkan oleh mata yang terlalu
panjang atau daya bias susunan lensa yang terlalu kuat sehingga
menyebabkan bayangan jatuh di depan retina
Pertanyaan 16a. Dapatkah visus seseorang lebih besar dari 6/6?
Jawaban: Visus seseorang dapat lebih besar dari 6/6. Hal ini
menunjukkan ketajaman penglihatan melebihi normal, dengan
perkataan lain, sudut penglihatan minimalnya lebih kecil dari 1
menit.3
Pertanyaan 19. Jika visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil
dari 6/6, kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai selain miop?
Jawaban: Hipermetrop berat / yaitu astigamtisme. 3
Pertanyaan 20. Bila pada orang tua diperoleh visus tanpa lensa
lebih kecil dari 6/6, maka Kelainan refraksi apa yang mungkin
dijumpai pada orang tersebut?
Jawaban: Hipermetrop dengan daya akomodasi yang berkurang
Pertanyaan 21. Apakah pada orang tua dapat diperoleh visus 6/6?
Bagaimana keterangannya?
Jawaban: Dapat, bila daya bias susunan optiknya (kornea, humor
aqueous, lensa & humor vitreus) normal. Misalnya pada orang tua
yang sebelumnya pernah menderita miopi. Susunan optik semakin
lemah akibat proses penuaan, sehingga dapat memperbaiki miopi
yang disebabkan oleh susunan optik terlalu keras. Jadi sebelumnya
visusnya kurang dari 6/6 karena proses penuaan yang membuat
susunan optik melemah dapat menjadi 6/6. 3
4. Percobaan Diplopia
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami mekanisme timbulnya diplopia
Tujuan Khusus
1) Mendemonstrasikan peristiwa diplopia
2) Menjelaskan mekanisme timbulnya diplopia
B. Hasil
Terjadi penglihatan rangkap
C. Pembahasan
Pada percobaan diplopia yang dilakukan, yaitu dengan
menekan bola mata dari lateral akan menimbulkan pergeseran
sumbu bola mata ke medial. Hal ini mengakibatkan gambar objek
jatuh di luar area Panum, sehingga terjadi penglihatan rangkap atau
yang dikenal dengan diplopia.
Pertanyaan 23. Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan
rangkap pada percobaan diplopia?
Jawaban: Diplopia atau penglihatan rangkap adalah visualisasi objek
di dua lokasi spasial yang berbeda. Diplopia dapat terjadi selama
penglihatan monokuler (diplopia monokular) atau penglihatan
binokular (diplopia binokular). Diplopia monokuler terjadi ketika dua
gambar dilihat dengan satu mata. Diplopia monokuler dapat
dihasilkan dari tiga kondisi; difraksi cahaya, metamorfopsia, dan
poliopia serebral. Fovea hanya terdiri dari fotoreseptor kerucut dan
bertanggung jawab untuk penglihatan halus (detail) dan penglihatan
warna. Bagian lain dari retina (retina ekstra-foveal) bertanggung
jawab untuk penglihatan perifer.4
Dalam keadaan normal, ketika seseorang melihat objek tiga
dimensi, gambar terbentuk pada fovea kedua mata. Mata kiri melihat
sedikit lebih detail di sisi kiri dan sebaliknya. Hal ini menyebabkan
sedikit perbedaan gambar retina horizontal. Penggabungan dua
gambar retina yang berbeda oleh korteks oksipital menghasilkan
penglihatan binokular tunggal dan stereopsis (sensasi binokular dari
kedalaman relatif). Fusi kortikal hanya terjadi jika gambar yang
berbeda jatuh pada area tertentu dari ruang visual subjektif yaitu area
Panum. Gambar di luar area Panum terlalu berbeda untuk disatukan
secara kortikal menjadi gambar tunggal dan akan dianggap sebagai
diplopia. 4
Diplopia binokular disebabkan oleh ketidaksejajaran sumbu
visual. Gambar jatuh pada bagian yang tidak sesuai dari kedua retina.
Gambar jatuh pada fovea mata fiksasi dan retina ekstra-foveal pada
mata tidak fiksasi. Kedua gambar berada di luar area Panum dengan
penglihatan binokular tunggal, objek akan terlihat memiliki dua lokasi
spasial yang berbeda dalam ruang subjektif, karenanya
menyebabkan diplopia. Gambar foveal lebih jelas daripada gambar
ekstra-foveal. Pemisahan kedua gambar terbesar ketika objek dilihat
dalam arah “field-of-action” dari otot ekstra-okular paretik. 4
5. Refleks Pupil
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak
langsung (konsensual)
Tujuan Khusus
1) Mendemonstrasikan refleks pupil langsung dan tak langsung
(konsensual)
2) Menjelaskan dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak
langsung (konsensual)
B. Hasil
Pupil mata kiri dan kanan mengecil
C. Pembahasan
B. Hasil
Mata OP mengalami konvergensi (pupil mengecil)
C. Pembahasan
Ketika OP melihat benda pada jarak dekat, mata OP akan
mengalami akomodasi. Ini ditunjukkan dengan lensa mata yang
menjadi lebih kuat (konveks) untuk memfokuskan bayangan objek
tepat jatuh di retina. Otot siliaris yang mengatur ukuran pupil akan
berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk
melihat dekat. Karena serat otot memendek ketika berkontraksi,
maka pupil menjadi lebih kecil.
Hall JE, Guyton AC. Guyton and Hall textbook of medical physiology.
12th ed. Philadelphia, Pa: Saunders/Elsevier; 2011
C. Pembahasan
8. Buta Warna
A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami buta warna organik dan fungsional
Tujuan Khusus
Menentukan ada tidaknya buta warna organik pada
seseorang dan jenis kelainan buta warna seseorang (jika ada)
berdasarkan buku pseudoisokromatik Ishihara
B. Hasil
Nomor lembar buku Ishihara Yang terbaca OP
1 12
2 8
3 5
4 29
5 74
6 7
7 45
8 2
9 X
10 16
11 Dapar mengikuti jalur
12 35
13 96
14 Dapat mengikuti 2 jalur
C. Pembahasan
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak
sempurna. Pasien tidak atau kurang dapat membedakan warna yang
dapat terjadi kongenital ataupun didapatkan akibat penyakit tertentu.
Hampir 5% laki-laki di negara barat menderita buta warna yang
diturunkan, lebih sering terdapat pada laki-laki dibanding perempuan.
Buta warna total merupakan keadaan yang jarang. Pada protanomali
terdapat kekurangan kerentanan merah sehingga diperlukan lebih
banyak merah untuk bergabung dengan kuning baku. Sedang yang
disebut sebagai protanopia adalah kurangnya sensitifnya pigmen merah
kerucut. Pada deutranomali diperlukan lebih banyak hijau untuk menjadi
kuning baku. Sedang deutranopia merupakan kurangnya pigmen hijau
kerucut. Tritanomali terdapat kekurangan pada warna biru, pada
keadaan ini akan sukar membedakan warna biru terhadap kuning.
Akromatopsia atau monokromat berarti ketidakmampuan mem-
bedakan warnadasar atau warna antara. Pasien hanya mempunyai satu
pigmen kerucut (monokromatrod atau batang). Pada monokromat, sel
kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja
dan biasanya mempunyai tajam penglihatan 6 / 30.
Buta warna fungsional merupakan sensasi melihat bayangan,
atau warna, atau cahaya, saat tak ada cahaya sebenarnya. Hal ini
biasanya disebabkan oleh kelelahan dari sel kerucut merespon warna.
Salah satu kejadian yang menarik adalah negative afterimages. Jika kita
melihat warna merah dalam waktu 30 detik atau lebih, sel kerucut akan
kelelahan. Ketika diganti melihat kertas putih, maka mata kita tidak
melihat warna merah, jadi yang terlihat adalah warna komplementernya
yaitu hijau. Begitu juga sebaliknya, dan antara warna biru-kuning. Hal ini
juga berhubungan dengan adaptasi sel kerucut terhadap pajanan yang
diberikan.
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa OP tidak
mengalami buta warna organik. Pada praktikum ini tidak dilakukan
percobaan pemasangan lensa hijau/merah. Biasanya, setelah diberikan
perlakuan berupa pemasangan kaca mata hijau selama 10 menit, OP
masih dapat mengenali gambar-gambar yang diujikan. Namun yang
dirasakan OP adalah sensasi warna merah di sekelilingnya pada
beberapa saat, dan susah membedakan warna hijau dan merah.
Peristiwa yang terjadi pada OP disebabkan oleh kelelahan sel kerucut
yang menangkap warna hijau, sehingga ketika kacamata dilepas, warna
hijau kurang ditangkap. Sebaliknya yang terlihat adalah warna merah
sebagai warna komplementer.3
9. Persepsi Kedalaman
A. Hasil
Percobaan ke OP 1 OP 2
1 2 2
2 2 2
3 2 2
4 0 2
5 2 2
6 0 2
7 0 2
8 0 2
9 0 2
10 0 2
Total 6 18
1 2 2
2 2 2
3 0 0
Mata kiri tertutup
4 0 2
5 0 2
6 2 2
7 2 2
8 0 2
9 2 2
10 0 2
Total 10 18
B. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2014
2. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 12th
ed. Asia: John Wiley &Sons; 2009.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI ; 2015.
4. Tan A, Faridah H. The two-minute approach to monocular diplopia.
Malays Fam Physician. 2010 Dec 31;5(3):115-8.
5.