DEFENISI
Nama Chlorella berasal dari zat berwarna hijau (Chlorophyll) yang juga berfungsi
sebagai katalisator dalam proses fotosintesis. (Steenblock, 2000 in Zahara, 2003).
Chlorella sp. Oleh Bold dan Wynne (1985) dikategorikan ke dalam kelompok alga
hijau yang memiliki jumlah genera sekitar 450 dan jumlah spesies lebih dari 7500.
Nama alga hijau diberikan karena kandungan zat hijau (chlorophyll) yang dimilikinya
sangat tinggi , bahkan melebihi jumlah yang dimiliki oleh beberapa tumbuhan tingkat
tinggi.
2. KLASIFIKASI
Phylum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcaales
Family : Chlorellacea
Menurut habitat hidupnya ada dua macam Chlorella, yaitu Chlorella yang hidup di air
tawar maupn yang hidup di air laut. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah C.
minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. virginica.
3. MORFOLOGI
Bentuk sel bulat atau bulat telur, merupakan alga bersel tunggal, tetapi kadang-
kadang dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar 2-8 mikron, berwarna hijau
karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya keras terdiri atas
selulosa dan pectin. Sel ini mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan.
Chlorella dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-
akan tidak bergerak.
Chlorella bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana, kecuali pada tempat
yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt.
salinitas 10-20 ppt merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhan alga ini. Alga ini
masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak tumbuh. Kisaran suhu 25-
300C merupakan kisaran suhu yang optimal.
Alga ini berproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat
dengan pemisahana utospora dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan
pertumbuhan sel yang membesar. Periode selanjutnya adalah terjadinya
peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak,
yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk
muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan
pelepasan sel anak.
5. SIKLUS HIDUP
Chlorella sp. berkembangbiak secara vegetatif. Sel anak berkembang menjadi sel
induk, sel-sel induknya mengeluarkan zoospora yang masing-masing dinamakan
aplanospora. Dari satu sel induk dapat dihasilkan beberapa buah spora (Isnansetyo
dan Kurniastuty, 1995; Priyambodo, 2002). Tahap pertumbuhan Chlorella sp. dapat
dibedakan sebagai berikut :
2. Tingkat pemasakan awal; pada tingkat ini terjadi beberapa proses persiapan
pembentukan sel anak.
3. Tingkat pemasakan akhir; pada tingkat ini terjadi pembentukan sel induk muda.
4. Tingkat pelepasan sel atau pelepasan autospora; pada tahap ini dinding sel induk
akan pecah dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.
Chlorella sp. berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual).
Perkembangbiakan secara vegetatif diawali dengan membentuk spora. Setiap sel
induk Chlorella sp. akan mengeluarkan zoospora yang disebut aplanospora
sebanyak 8 buah. Selanjutnya aplanospora berkembang menjadi individu-individu
baru. Setiap aplanospora yang telah dewasa akan mengeluarkan 8 aplanospora
baru dan seterusnya selama kondisi lingkungan memungkinkan. Perkembangbiakan
sel Chlorella sp. secara generatif belum banyak diketahui (Djarijah, 1995).
Salah satu contoh phytoplankton adalah Chlorella sp. Chlorella sp merupakan mikro
alga sehingga dalam dunia pembenihan sering hanya disebut alga. Kultur Chlorella
sp murni atau monospesifik species dimulai dari kegiatan isolasi kemudian
dikembangkan secara sedikit demi sedikit secara bertingkat. Media kultur yang
digunakan mula-mula hanya beberapa liter saja, kemudian berangsur-angsur
meningkat ke volume yang lebih besar hingga mencapai skala massal. Kultur hingga
volume 3 liter masih dilakukan didalam laboratorium sehingga sering disebut dengan
kultur skala laboratorium. Selanjutnya dilakukan kultur aut-door yang dapat
mencapai volume 60-100 liter yang merupakan tahapan kultur selanjutnya. Karena
kultur ini menggunakan proses yang bertingkat-tingkat dari volume kecil ke volume
yang lebih besar, maka prinsip kultur ini disebut dengan kultur bertingkat atau
berlanjut.
A. STERILISASI
1. METODE STERILISASI
Pada dasarnya persiapan untuk kultur berbagai jenis phytoplankton adalah sama,
misalnya pada kultur Chlorella sp, yaitu sterilisasi alat dan bahan yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan. Ada lima metode sterilisasi,
yakni:
a. Sterilisasi Basah
Metode ini dilakukan dengan cara perebusan. Botol-botol kultur dan peralatan lain
yang akan digunakan direbus dengan air hingga mendidih selama 2 jam. Air yang
akan digunakan untuk kultur juga dapat disterilkan dengan cara ini.
Metode ini dilakukan untuk cairan/larutan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi,
misalnya vitamin, sehingga dilakukan penyaringan dengan sebuah saringan yang
steril.
d. Sterilisasi dengan Sinar Ultra Violet
e. Sterilisasi Kimia
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk sterilisasi ini adalah HCL, HgCl2, Alkohol,
Formalin, Phenol, Chlorin, dan sebagainya.
B. CARA STERILISASI
Mula-mula peralatan isolasi yang terdiri atas tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur,
dan lain-lain dicuci dengan air tawar dan detergen yang kemudian diletakkan di rak
dan ditunggu hingga kering. Setelah kering, cawan petri dan pipet ukr dibungkus
dengan kertas krap, sedangkan tabung reaksi ditutp dengan karet penutup, terutama
apabila sterilisasinya menggunakan autoclave. Tetapi apabila menggunakan oven,
peralatan tidak perlu dibungkus kertas, cukup dimasukkan kedalam tabung stainless,
kemudian ditutup rapat dan dislotip dengan slotip tahan panas. Peralatan tersebut
disusun dalam autoclave kemudian ditutup rapat. Sterilisasi dengan autoclave
berjalan 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 1 kg/cm3. Sedangkan
menggunakan oven berjalan 5 jam pada suhu 1050C.
Sterilisasi media kultur dapat dilakukan dengan autoclave. Media yang akan
disterilisasi mula-mula dimasukkan kedalam botol atau erlenmayer bersih.
Selanjutnya botol atau erlenmayer tersebut ditutup dengan kapas atau gabus, dan
diatasnya ditutup kembali dengan aluminium foil dan diikat dengan slotip.
Selanjutnya botol atau erlenmayer yang telah berisi media tersebut disusun rapi
dalam autoclave dan siap untuk disterilisasi.
c. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang cukup besar sehingga tidak dapat masuk kedalam autoclave atau
oven, dapat disterilkan dengan cara kimia, misalnya dengan HCl atau chlorine.
Peralatan kultur yang sudah dicuci bersih direndam dengan HCl 10% selama 2 hari,
kemudian dibilas dengan air tawar. Selain itu dapat dengan merendam peralatan
pada larutan chlorine 150 mg/l selama 12-24 jam, kemudian dinetralisir dengan 40-
50 mg/l Na-Thiosulfat dan dibilas dengan air tawar hingga bau chlorine hilang.
Media pengkaya yang tidak tahan panas, misalnya vitamin, disterilisasi dengan
penyaringan. Saringan yang digunakan 2,5-3 mikron. Media tersebut selanjutnya
ditempatkan dalam wadah yang steril dan ditutup rapat dengan aluminium foil.
Untuk kultur missal sterilisasi alat dan bahan dilakukan dengan cara chlorinisasi
karena cara ini lebih cepat, ekonomis, dan secara tekhnis mudah dilaksanakan.
Cara chlorinisasi tersebut adalah sebagai berikut: bak dicuci bersih dengan
menggunakan sabun/detergen lalu disterilkan dengan larutan Na-Thiosulfat 40-50
mg/l. Terakhir bak dibilas dengan air tawar sampai bersih dan bau chlorine hilang.
Air sebagai media kultur juga dapat disterilkan dengan menggunakan chlorine. Air
laut yang akan digunakan sebelumnya disaring, lalu disterilkan dengan chlorine 60
mg/l selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan larutan Na-Thiosulfat 20 mg/l
untuk menghilangkan sisa-sisa chlorine dalam air laut hingga bau chlorine hilang. Air
yang telah steril disimpan dalam bak yang tidak tembus sinar dan ditutup dengan
penutup tidak tembus sinar untuk mencegah pertumbuhan lumut atau phytoplankton
lain yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam kultur Chlorella sp, yaitu koleksi dan
isolasi.
1. Koleksi
Koleksi bertujuan untuk mendapatkan species Chlorella sp dari alam untuk dikultur
secara murni. Pengambilannya dialam dapat menggunakan plankton net. Chlorella
sp yang diperoleh dapat dikembangkan dengan menggunakan pupuk
2. Isolasi
Ada beberapa metode untuk mengisolasi phytoplankton, khusus untk fitoplankton
jenis Chlorella sp menggunakan metode isolasi goresan. Metode ini sangat baik
digunakan untuk mengisolasi phytoplankton sel tunggal seperti Chlorella sp.
Selama proses pemanasan harus diaduk terus menerus untuk mencegah terjadinya
kerak atau penggumpalan. Setelah pemanasan selesai, larutan agar-agar tersebut
kemudia diangkat dan ditunggu sampai agak dingin baru dilakukan pemupukan
dengan menggunakan pupuk Allen Miquel (untuk sekala laboratorium) dengan
komposisi KNO3 20,2 gr, Akuades 100 gr, sedangkan untuk skala massal ukuran 1-4
ton digunakan pupuk teknis yang terdiri dari: KNO3 100 gr/ton, FeCl3 3 gr/ton, dan
NaH2PO4. 10 H2O 10 gr/ton dan sesuai dosis yang diinginkan.
Larutan agar-agar yang telah dipupuk disterilisasi dengan autoclave (121 0C, 15
menit) atau pengukusan sekitar 30 menit. Bahan-bahan pengkaya yang tidak tahan
panas harus disterilkan secara terpisah. Angkat dan biarkan agak dingin, sekitar 50
0
C. Selanjutnya dituangkan kedalam cawan petri yang sudah steril dengan tebal
kurang lebih 3 mm atau kedalam tabung reaksi yang sudah steril dalam posisi
miring. Agar miring pada tabung reaksi tersebut biasa digunakan untuk
penyimpanan isolat. Selanjutnya dituang hingga membeku.
Setelah media agar membeku, kemudian ditulari bibit Chlorella sp yang berasal dari
air sampel dengan cara goresan menggunakan ose yang telah dibakar dengan
pembakar spritus. Bibit digoreskan dalam media agar-agar pada cawan petri dengan
pola zig-zag. Untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme lain maka cawan
petri ditutup atau disegel dengan isolasi.
Untuk penumbuhan, cawan petri atau tabung reaksi tersbeut diletakkan pada rak
kultur serta disinari dengan dua buah lampu TL 40 watt secara terus menerus.
Cawan petri diletakkan dalam posisi terbalik. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya proses pengeringan akibat penyinaran dengan lampu TL secara terus
menerus atau terjadinya penetesan embun dari bagian tutup cawan petri ke media
agar-agar.
Setelah beberapa hari inokulum akan tampak tumbuh pada goresan media agar-
agar, tetapi masih dicampur dengan phytoplankton jenis lain, kemudia dilakukan
penggoresan berulang-ulang pada media agar-agar yang sama sampai diperoleh
bibit yang benar-benar murni. Isolate yang diinkubasi dalam ruangan ber AC untuk
menjaga kestabilan suhu 25-27 0C. isolate juga dapat dipindah kecawan petri yang
lain atau pada agar miring dalam tabung reaksi apabila diperlukan.
Hasil kultur murni dari media agar-agar dikembangkan pada media cair dalam
tabung reaksi dengan volume media kultur 10 ml. bibit diambil dengan jarum ose
yang steril kemudia dipindah ke tabung rekasi decara aseptis. Sebelumnya Chlorella
sp yang tumbuh pada permukaan agar-agar diperiksa lebih dahulu dengan cara
memindahkan phytoplankton pada gelas objek yang telah diberi media kultur 1 tetes.
Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Apabila phytoplankton yang
diamati sesuai dengan keinginan kemudian dilakukan inokulasi pada tabung reaksi
yang berisi air laut yang telah diperkaya oleh unsure hara dan ditumbuhkan. Larutan
diaduk dengan cara dikocok sesering mungkin selama masa kultur. Apabila bibit
pada tabung reaksi tersebut telah tumbuh dengan baik, maka phytoplankton tersebut
(Chlorella sp) dapat dikembangkan kedalam botol-botol kultur yang lebih besar.
1. Fase Istirahat
2. Fase Logaritmik/Eksponsial
Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi
kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.
3. Fase Stasioner
Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan fase
logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian. Dengan
demikian penambahan dan pengurangan jumlah phytoplankton relative sama ata
seimbang sehingga kepadatan phytoplankton tetap.
4. Fase Kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah sel menurun
secara geometric. Penurunan kepadatan phytoplankton ditandai dengan perubahan
kondisi optimum yang dipengaruhi temperature, cahaya, pH air, jumlah hara yang
ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.
Hemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat dari gelas yang dibagi menjadi
kotak-kotak pada dua tempat bidang pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur
sangkar dengan sisi 1 mm, sehingga apabila ditutup dengan gelas penutup volume
ruangan yang terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1 mm atau 10-4 ml. Kotak
bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm tersebut dibagi lagi menjadi 25 buah kotak
bujur sangkar, yang masing-masing dibagi lagi menjadi 16 kotak bujur sangkar kecil.
F. PEMANENAN
Chlorella sp yang telah dipanen memiliki banyak peranan yang sangat penting, baik
sebagai pakan alami larva terutama larva ikan kakap putih, ikan kakap merah, dan
ikan kerapu, juga sebagai green water pada pemeliharaan berbagai jenis larva.
Bahkan kini banyak digunakan dalam system pengolahan dan penanggulangan air
limbah. Chlorella sp ternyata sudah dikonsumsi manusia dan sangat mudah
didapatkan dipasaran dalam berbagai bentk, seperti tablet, sirup, permen, shampoo,
sabun, handbody lotion, dan lain-lain.
Hasil pemanenan dapat disimpan dalam bentuk kering didapat dari hasil penjemuran
phytoplankton konsentrat dibawah sinar matahari.penjemuran dilakukan dalam kotak
penjemuran bertenaga surya yang dapat menghasilkan udara panas dengan suhu
sekitar 70 0C. Dengan suhu ini komposisi gizi phytoplankton terutama protein tidak
rusak. Chlorella sp yang kering yang didapat disimpan dalam botol-botol yang
tertutup rapat. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven.
Phytoplankton freeze (beku) didapat dari hasil penyimpanan phytoplankton yang
telah dipadatkan didalam freezer.
Chlorella sp. mengandung gizi yang cukup tinggi, yaitu protein 42,2%, lemak kasar
15,3%, nitrogen dalam bentuk ekstrak, kadar air 5,7%, dan serat 0,4%.Untuk setiap
berat kering yang sama, Chlorella sp.mengandung vitaminA, B, D, E, dan K, yaitu 30
kali lebih banyak dari pada vitamin yang terdapat dalam hati anak sapi, serta empat
kali vitamin yang terkandung dalam sayur bayam, kecuali vitamin C (Kawaroe,
2010).Kandungan gizi Chlorella sp.secara garis besar terdiri dari 4 komponen utama
yang istimewa (Kadek,1999)
1.Dinding sel sebagian besar tersusun dari serat, dinding sel Chlorella sp. sangat
kuat untuk melindungi dari berbagai kondisi ekstrim. Untuk memecahkan dinding sel
agar bisa dicerna oleh usus manusia, Chlorella sp.mengalami pemecahan dinding
sel.Dinding sel bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengikat racun
dalam tubuh serta membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan.
http://mirror.unej.ac.id/onnowpurbo/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-
ikan-air-tawar/budidaya_pakan_alami_air_tawar_budidaya_chlorella.pdf
http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/KULTUR%20FITOPLANKTON.PDF
http://id.wikipedia.org/wiki/Chlorella
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Chl
orella&ei=QNUUSsKeBKfs6gPXh-
HCCg&sa=X&oi=translate&resnum=2&ct=result&prev=/search%3Fq%3Dchlorella%
26hl%3Did%26sa%3DG
http://ferryaquakulture.blogspot.com/2009/04/budidaya-daphnia-sp.html
http://iaspbcikaret.org/index.php?option=com_content&view=article&id=161:daphnia-
sp-kultur-budidaya&catid=34:budidaya-air-tawar&Itemid=50
http://www.o-fish.com/PakanIkan/Daphnia.htm
http://www.o-fish.com/PakanIkan/daphnia_2.php
http://mirror.unej.ac.id/onnowpurbo/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-
ikan-air-tawar/budidaya_pakan_alami_air_tawar_budidaya_daphnia.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Daphnia
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Dap
hnia&ei=r9UUStu7F9OTkAXNrOD2DA&sa=X&oi=translate&resnum=1&ct=result&pr
ev=/search%3Fq%3Ddaphnia%26hl%3Did%26sa%3DX
BUDIDAYA PAKAN ALAMI
(Chlorella sp)
1. VELISTA BANUT
2. THOMAS WADU DARI
3. MARSELINUS HOLIN
4. TRISNAWATI WEA KAMI
5. YULITA L. SUSU
6. MARIO O. S. ORA
BUDIDAYA PERAIRAN
2018