Anda di halaman 1dari 5

Faktor Masalah Kesehatan dan PJK

1. Kolesterol

Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum. Kolesterol
yang ada di dalam zat makanan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejauh
pemasukan masih sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka akan tetap sehat, tetapi jika lebih maka
akan mengendap dalam pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang
dikenal sebagai aterosklerosis (Povey, 2002).

Penelitian Intervensi menunjukkan bahwa 45% dari serangan jantung di Eropa Barat disebabkan
oleh lipid darah yang abnormal (Yusuf et al, 2002). Orang dengan tingkat kolesterol rendah HDL
memiliki tingkat risiko PJK dan prognosis yang lebih buruk setelah infark miokard. Di Inggris,
targetkan kolesterol <<4 mmol / L untuk orang dengan diabetes atau untuk orang yang berisiko
tinggi. Orang dengan kolesterol HDL <1 mmol / L juga harus dipertimbanglan untuk pengobatan
(Joint British Societies, 2005).

Kadar trigliserida yang lebih tinggi dalam darah juga dapat meningkatkan risiko PJK, lebih penting pada
wanita. Trigliserida merupakan jenis lemak. Kandungan kolesterol LDL tinggi (kadang-kadang disebut
kolesterol "jahat") dan kolesterol HDL rendah (kadang-kadang disebut kolesterol "baik") (Institut Jantung,
Paru-Paru, dan Darah Nasional, 2014b).

2. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kadar gula darah melebihi kadar
normal, yaitu kadar gula darah melebihi kadar normal (> 200 mg / dL). Hal ini dapat diakibatkan oleh
gangguan produksi insulin dari pankreas atau ketidakmampuan insulin untuk bekerja secara maksimal.
Sebagian besar DM (banyak polyuria), banyak minum (polydipsia), banyak makan (polyphagia), namun
banyak badan meningkat (Kabo, 2008).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor risiko yang sangat kuat, sehingga penderita DM sering
dianggap menderita PJK. Penderita DM mengalami insiden PJK yang sama dengan penderita yang pernah
menderita infark miokard. Bila terjadi serangan jantung maka perjalanan penyakitnya lebih buruk
daripada orang tanpa diabetes (Waspadji, 2002).

Pria dengan DM tipe 2 memiliki risiko besar 2-4x lebih besar menginginkan PJK. Wanita dengan DM tipe
2 memiliki 3-5x risiko lebih besar menentang PJK. Lebih dari 4% dari laki-laki dan 3% perempuan di
Inggris telah didiagnosis menderita diabetes dengan penyakit ini, tingkat gula darah terlalu tinggi karena
tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak menggunakan insulin dengan benar. Kondisi ini
terjadi jika tubuh tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan benar. Insulin merupakan hormon
yang membantu gula darah yang digunakan untuk energi. Resistensi insulin dapat menyebabkan
diabetes (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2014b).

3. Gizi Buruk
Ada perbedaan nasional, regional, sosial ekonomi dan masyarakat dalam nutrisi. Laporan WH0
pada tahun 2003 menyatakan bahwa diet tinggi lemak (khusus lemak jenuh), natrium dan gula
rendah kompleks, buah dan sayuran meningkatkan risiko PJK (WHO, 2003).

Telah direkomendasikan sebagai jumlah persentase makanan yang seharusnya dari lemak harus
sebesar 35%, sedangkan 11% dari lemak jenuh. Survei Diet dan Gizi Nasional pada tahun
2000/2001 menemukan bahwa total asupan energi dari lemak sebesar 36% untuk pria dan 35%
untuk wanita dimana 13% merupakan lemak jenuh. Penelitian ini juga menemukan rata-rata
asupan buah dan sayuran kurang dari 3 porsi per hari dibandingkan dengan yang diharapkan
yaitu 5 porsi per hari (Layanan Jantung Nasional, 2014). jantung

Untuk asupan garam, survei yang sama menunjukkan tingkat asupan sebesar 11 g per hari untuk
pria dan 8,1 g untuk wanita. Komite Penasehat lmiah Nutrisi menunjukkan konsumsi garam
lebih dari 6 gram per hari. Asam lemak transurangi high-density lipoprotein (HDL) dan
meningkatkan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan dapat meningkatkan risiko PJK.
Sebuah kenaikan 2% pada asupan energi dari asam lemak trans meningkatkan kejadian PJK
sebesar 23% meta-analisis (Mozaffarian et al, 2006).

Makan ikan berminyak yang kaya akan asam lemak omega-3 telah terbukti mengurangi angka
kematian pIy. Meningkatkan asupan serat juga dapat menguranei risiko PJK (Bays et al, 2008).
Diet yang tidak sehat danat meningkatkan risiko untuk PJK. Makanan yang tinggi lemak jenuh
dan trans, kolesterol, natrium (garam), dan gula dapat memperburuk faktor risiko lain untuk
penyakit jantung koroner (National Heart, Paru, dan Darah Institute, 2014b).

4. Konsumsi alkohol.

Alkohol merupakan zat yang mengandung psikoaktif yang dapat mempengaruhi kesehatan
susunan saraf pusat. Alkohol dapat menimbulkan penumpukan lemak di hati, kerusakan
otak, sirosis hati. Pada orang tertentu alkohol dapat terjadi kematian (Jamal, 1999).

Alkohol jika cukup dikonsumsi maka tidak akan menimbulkan masalah kesehatan, bahkan
bermanfaat karena dapat meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Lebih, jika berlebihan
dapat menimbulkan kerusakan pada detak jantung (nadi) dan juga menyebabkan susan tidur
(Soeharto, 2001).

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa 1-2 unit (50 100 mL) alkohol per hari dapat
mengurangi risiko PJK. AIkohol meningkatkan Kolesterol UR-ea uednse berlebihan. Pria
harus minum tidak lebih dari 3-4 unit (150-200 ml) dan wanita tidak lebih dari 3 unit (150
mL) per hari 2.1 esagas Y meningkatkan kolesterol HDL dan mengurangi risiko trombotik
(International Center for Alcohol Policy, 2014) Laporan Kesehatan Dunia tahun 2002
memperkirakan bahwa 2% dari PJK pada pria di negara maju karena konsumsi alkohol yang
merupakan kematian k sehat (Guilbert, 2003).

5. Stres
Stres kerja kurangnya dukungan social., depresi, kecemasan dan kepribadian (terutama
permusuhan) semua bisa meningkatkan risiko PJK (Brezinka dan Kittel, 1996). Penelitian
menunjukkan itu paling sering dipublikasikan sebagai pemicu ejna dan Stres kerja,
mengurangi dukungan sosial, depresi, perlindungan dan kepribadian (semua) dapat semua
antung co Institute, 2014).

Stres merupakan masalah yang sangat pelik dan bersifat pribadi. Kondisi ini memengaruhi
siapa saja, dalam wujud yang kita rasakan, memengaruhi kita, meningkatkan kemampuan
kita, dan menjadi biang keladi lemak di sini. Stres juga tidak mewakili reaksi terhadap
interaksi yang tidak kita kenal. Menyebabkan stres kronis, antara lain (Patel, 1998):

a. Ketidakharmonisan perkawinan yang sudah lama.

b. Perkara berlarut-larut yang mengandung Manfaat Sebalikne enderita memedihkan.

c. Perjuangan

d. Bekerja dibawah atasan yang tidak menyenangkan atau yebatlan dengan bawahan yang
tidak kompeten.

e. Mengalami konflik kesetiaan yang sulit dan berlarut-larut.

f. Dipermalukan didepan umum untuk sesuatu yang bukan akibat kesalahan sendiri.

g. Menjadi pengangguran tanpa harapan menemukan pekerjaan dalam waktu dekat.

h. kematian abdomina ngaki ce jant

Stres dianggap sebagai salah satu faktor risiko PJK, karena mempunyai pengaruh dalam
memicu timbulnya PJK. Stres dapat menyebabkan pengurangan aliran darah melalui
mekanisme tertentu dalam diri kita. Tubuh kita selalu merespons situasi h. Kematian
pasangan hidup atau anak. Cala AD teratur. O yang penuh dengan stres yang dapat
membantu agar tetap hidup (Soeharto, 2004). Pada tahun 1910 telah diketahui bahwa
uenuri ain sebag , ko orang yang cenderung mengalami gangguan koroner yaitu orang yang
ambisius. Sejak tahun 1945 diketahui bahwa orang yang cenderung mengalami gangguan
koroner yaitu orang yang au pla un jel Beb mban agresif, ambisius, dengan dorongan
emosional yang menggebu- gebu, tidak mudah mendelegasikan wewenang atau tanggung
Aundwa "Buidue edanya hu jawab, tidak memiliki hobi dan mengkonsentrasikan seluruh
pikiran dan tenaganya ke dalam bidang kariernya yang sempit. qo Bueo erena o Jenis stres
dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu stres sangat ringan, stres ringan, stres sedang, dan stres
tinggi. Jenis stres yang dialami dapat diketahui dengan melihat perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hidup kita selama setahun lampau, kemudian menghitung nilai Life Change
Unit (LCU) (Patel, 1998).

6. Obesitas
Istilah overweight dan obesitas merujuk pada berat badan yang lebih tinggi dari apa yang
dianggap sehat untuk ketingBran tertentu (National Heart, Lung, and Blood Institute, 20140
Obesitas merupakan faktor risiko independen untuk PJK. Ini juga merupakan faktor risiko
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan gangguan toleransi glukosa. Obesitas abdominal
merupakan faktor risiko yang paling signifikan. Penderita obesitas abdominal memiliki lebih
dari 2x risiko serangan jantung (Yusuf et al, 2002).

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan lemak tubuh. Obesitas
disebabkan oleh banyak faktor teratur. Obesitas dapat meningkatkan risiko timbulnya
berbagai gangguan kesehatan seperti hipertensi, hiperlipidemia, DM, dan canerti faktor
genetik, gangguan metabolik, konsumsi makanan Vang berlebihan yang tidak diimbangi
dengan olahraga yang lain sebagainya (Waspadji dan Sukardji, 2003; Hendromartono, 2002).

Beberapa data menunjukkan bahwa orang obesitas mempunyai aktivitas kurang


dibandingkan orang-orang yang ramping, namun hubungan tersebut tidak bisa
menggambarkan adanya hubungan sebab akibat dan sulit menentukan apakah orang
obesitas mempunyai aktivitas fisik/ olahraga kurang karena obesitas atau aktivitas
fisik/olahraga yang kurang menjadikan orang obesitas. Namun, beberapa hasil penelitian
dengan rancangan penelitian lain menunjukkan bahwa rendahnya dan menurunnya aktivitas
fisik merupakan faktor yang paling bertanggung jawab terjadinya obesitas. Contohnya,
obesitas tidak terjadi pada atlet yang aktif, sedangkan pada atlet yang berhenti melakukan
latihan fisik/ olahraga lebih sering mengalami kenaikan kegemukan. Kecenderungan sekular
(secular trend) dalam kenaikan prevalensi obesitas paralel dengan penurunan aktivitas fisik
dan peningkatan perilaku hidup kurang gerak yang selanjutnya disebut sedentarian
(sedentary) (Rissanen, 1991).

Meningkatnya faktor risiko PJK sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan
seseorang. Pengaruh obesitas pada PIK tidak selalu berdiri sendiri, tetapi umumnya
diperburuk oleh faktor risiko lain seperti hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia Penemuan
ini tidaklah mengherankan karena tekanan darah lemak darah, dan nilai glukosa akan naik
ketika seseorang bertambah berat badannya (Wirakusumah, 2001).

Sejumlah faktor yang mempengaruhi jumlah lemak tubuh yaitu umur, jenis kelamin, dan
aktivitas fisik/ olahraga. Saat lahir, tubuh manusia mengandung sekitar 12% lemak.
Diperkirakan 1-3 orang dewasa dan lebih dari 1 anak-anak dan remaja di Amerika menderita
obesitas. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Obesitas dapat diketahui dengan membagi berat
badan dengan jumlah kuadrat dari tinggi badan. Kelebihan berat badan didefinisikan bila
IMT diantara 24-30 bagi wanita dan 25-30 bagi pria. Obesitas berhubungan erat dengan
kadar kolesterol serum, tekanan darah, dan toleransi glukosa (Mann, 1993).

Kaitan antara obesitas dengan kejadian PJK yaitu melalui resistensi insulin terlebih dahulu,
kemudian resistensi insulin ini mengakibatkan hipersekresi dari sel-ß pankreas maka
timbullah hyperinsulinemia. Akibat dari hyperinsulinemia ini dapat berpengaruh pada gen-L
yang menyebabkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia) yaitu terjadi peningkatan
trigliserida, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL)- kolesterol dan penurunan Low
Density Lipoprotein (HDL)- kolesterol. Trigliserida yang meningkat menyebabkan gangguan
transport oksigen, juga dapat menambah terjadinya agregasi trombosit dan proliferasi otot
polos. Kenaikan LDL-kolesterol akan merusak endotel, memacu proses agregasi trombosit,
terbentuknya mikrotrombus dan merupakan kontributor utama timbunan kolesterol di
dinding pembuluh darah dan memicu proliferasi sel otot polos (Hendramartono, 2002).

Anda mungkin juga menyukai