Anda di halaman 1dari 20

55

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pemilihan Sampel Air Tanah dan Air Sungai di Kecamatan Medan Denai

Mengetahui tinggi muka air tanah dilakukan dengan pengukuran pada

sumur-sumur penduduk dan aliran sungai Percut di Kecamatan Medan Denai.

Pengukuran air tanah ini tidak dilakukan pada seluruh sumur melainkan dengan

menentukan sampel sumur yang sudah di buffer dipeta yang dijadikan bahan

penelitian. Begitu juga pengukuran ketinggian air sungai tidak dilakukan pada

seluruh aliran sungai Percut melainkan dengan menentukan sampel sungai sesuai

dengan sumur gali yang diteliti. Pemilihan sampel sumur ini dilakukan dengan

metode systematic random sampling (sampling secara acak sistematis). Sumur-

sumur yang digunakan untuk bahan penelitian ini berjumlah 30 sampel sumur dan

sampel sungai yang digunakan berjumlah 9.

Dalam pemilihan sampel untuk penelitian ini diambil perkelurahan untuk

mewakili air tanah di Kecamatan Medan Denai sekitar alur sungai. Lokasi sampel

sumur yang digunakan sebagai bahan penelitian tersebar di beberapa kelurahan

yang dilewati aliran sungai Percut diantaranya Kelurahan Tegal Sari Mandala 2,

Kelurahan Tegal Sari Mandala 3, Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai, dan

Kelurahan Medan Tenggara. Untuk lebih jelas dapat diliha pada peta sebaran titik

sampel di kecamatan Medan Denai.


56

Gambar 10. Peta Sebaran Titik Sampel Penelitian


57

Pada Peta Sebaran Sampel Sumur Penduduk dan aliran Sungai Percut

(gambar 10) menunjukkan titik-titik sumur penduduk yang tersebar di beberapa

kelurahan di Kecamatan Medan Denai. Dari peta tersebut tampak beberapa titik

yang diambil tidak berada di sekitar sungai (ada 11 titik dari 30 titik sumur gali)

tetapi tetap dipakai karena titik-titik tersebut akan membantu menggambarkan

arah aliran air tanah di Kecamatan Medan Denai ini. Dari peta tersebut, terlihat

beberapa Kelurahan yang diambil sampel air tanahnya. Hal itu dikarenakan masih

terdapat masyarakat yang masih menggunakan sumur gali di Kelurahan tersebut.

2. Arah Aliran Air Tanah Pada Akuifer Alur Sungai Percut

Pengukuran tinggi muka air tanah dapat diperolah dengan menetapkan

beberapa parameter yang memudahkan dalam memprediksi arah aliran air tanah.

Parameter yang dibutuhkan untuk memprediksi arah aliran air tanah (air sumur

gali) di Kecamatan Medan Denai yaitu kedalaman muka air tanah dari bibir

sumur, tinggi bibir sumur dari permukaan tanah serta ketinggian permukaan tanah

dari permukaan air laut (elevasi). Parameter yang dibutuhkan tersebut dibuat

menjadi peta kontur muka air tanah setelah itu ditarik garis arah aliran air

tanahnya berdasarkan peta kontur muka air tanah yang sudah dibuat.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dilapangan, maka penulis dapat

menjabarkan hasil penelitian terhadap pengukuran 30 sampel sumur yang sudah

diketahui persebaran-persebaran lokasi sumur dengan kedalaman permukaan

airnya. Untuk muka air tanah terendah terukur di Kelurahan Tegal Sari Mandala 2

pada titik sampel 34 lintang 30 35’ 16,66’’ LU dan 980 43’ 56,51’’BT dengan

ketinggian 24,08 meter dpal. Sedangkan muka air tanah tertinggi terdapat di
58

Kelurahan Binjai pada titik sampel 5 dengan lintang 30 33’ 51,67’’ LU dan 980 42’

51,90’’ BT dengan ketinggian muka air tanah 28,21 meter dpal. Pengukuran air

tanah ini dilakukan pada permukiman disekitar sungai percut dan terdapat 5

kelurahan yang dilewati oleh sungai Percut di Kecamatan Medan Denai,

diantaranya Kelurahan Medan Tenggara, Kelurahan Binjai yang mewakili daerah

hulu dari Kecamatan Medan denai karena posisinya yang berada paling selatan.

Kelurahan Denai dan Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 mewakili daerah tengah

sedangkan Kelurahan Mandala 2 berada di hilir karena posisinya berada di bagian

utara Medan Denai.

Berdasarkan beberapa sampel yang diambil untuk mewakili daerah di

setiap kelurahan yang berada di sekitar alur sungai Percut dianggap dapat

mewakili seluruh lapisan akuifer dan kondisi topografi daerah lokasi penelitian.

Begitu juga sungai Percut yang dianggap dapat mewakili setiap pengukuran

sampelnya dapat mewakili daerah aliran sungai mulai dari hulu sampai hilirnya.

Oleh karena itu, peneliti sudah menyiapkan tabel hasil pengukuran yang dilakukan

pada setiap sampel yang sudah diukur di lapangan.

Adapun waktu yang ditetapkan dalam proses pelaksanaan dalam

pengukuran kedalaman sumur gali penduduk dilakukan antara pukul 09.00 –

16.00 WIB secara bertahap dalam jangka waktu ±3 minggu penelitian. Hal ini

dilakukan mengingat aktivitsa penduduk yang masih banyak menggunakan air

sumur untuk kepentingan sehari-harinya dan faktor iklim seperti hujan yang

menghalangi untuk dilakukan penelitan. Sehingga diusahakan pemilihan waktu

yang tepat tidak setelah hujan untuk menunggu kembalinya tinggi permukaan air

sumur pada kondisi normal.


59

Berdasarkan data yang diukur di lapangan selanjutnya dilakukan

penghitungan tinggi muka air tanahnya. Penghitungan tinggi muka air tanah

dilakukan dengan mengikuti rumus sebagai berikut :

d= b ‒ (c ‒ a)

Keterangan:
d = tinggi muka air tanah
b = ketinggian tempat
c = kedalaman dari bibir sumur hingga muka air
a = ketinggian bibir sumur

Hasil survey pengukuran di lokasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 16.

Data-data yang diperoleh di lapangan adalah data lokasi titik-titik koordinat

pengukuran, elevasi tempat dan elevai muka air tanah berdasarkan tinjauan yang

dilakukan. Titik koordinat dan nilai data hasil survey di lokasi penelitian yang

memuat lokasi sumur dan ketinggian muka air tanah dan sungai dioverlay dengan

peta Batas Administrasi Kecamatan Medan Denai pada Arc GIS, sehingga

menghasilkan peta sebaran tinggi muka air tanah dan tinggi muka air sungai di

sekitar alur sungai Percut Kecamatan Medan Denai seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 11.
60

Tabel 16. Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air tanah dan Sungai

Kedalaman
Letak Astronomis Tinggi bibir Kedalaman Elevasi TMA
sumur dari Tinggi
sumur ke bibir sumur ke (Ketinggian (Tinggi
No bibir sumur Muka Air
permukaan muka air tempat Muka Air
X Y ke dasar Sungai(m)
tanah(m) sumur(m) dpal) Tanah)(m)
sumur(m)
0 ’ ’’ 0 ’ ’’
1 3 33 18,45 98 42 44,1 7,8 0,73 2,46 28 26,27
2 30 33’ 26,39’’ 980 42’ 50,45’’ 8 0,76 3,3 28 25,46
3 30 33’ 37,08’’ 980 42’ 40,2’’ 7,3 0,48 2,5 29 26,98
4 30 33’ 45’’ 980 43’ 1,85’’ 9,3 0,8 3,4 28 25,4
5 30 33’ 51,67’’ 980 42’ 51,90’’ 6 0,55 1,34 29 28,21
6 30 33’ 51,87’’ 980 43’ 10,13’’ 7,8 0,47 2,2 28 26,27
7 30 34’ 11,97’’ 980 43’ 11,79’’ 8,2 0,42 1,96 27 25,46
8 30 34’ 15,29’’ 980 43’ 19,46’’ 8 0,6 2,3 27 25,3
9 30 34’ 21,50’’ 980 43’ 5,99’’ 7,5 0,55 1,29 27 26,26
10 30 34’ 3,48’’ 980 43’ 23,60’’ 8,3 0,7 2,5 27 25,2
11 30 33’ 57,68’’ 980 43’ 20,70’’ 8,2 0,63 2,19 27 25,44
12 30 34’ 13,21’’ 980 43’ 38,11’’ 8,5 0,80 1,90 27 25,9
13 30 33’ 43,17’’ 980 43’ 23,4’’ 6,2 0,45 2,5 27 24,95
14 30 33’ 41,51’’ 980 43’ 16,35’’ 7,83 0,32 2,12 27 25,2
15 30 33’ 15,82’’ 980 43’ 7,23’’ 9 0,80 2,44 27 25,36
16 30 33’ 16,24’’ 980 42’ 55,84’’ 8,3 0,77 2,29 27 25,48
61

17 30 33’ 29,50’’ 980 42’ 59,57’’ 24


18 30 33’ 42,34’’ 980 43’ 7,44’’ 24
19 30 34’ 5,13’’ 980 43’ 15,52’’ 24
20 30 34’ 37,25’’ 980 43’ 2,47’’ 6,8 0,45 1,29 27 26,16
21 30 34’ 45,12’’ 980 43’ 22,36’’ 7 0,66 2,10 27 25,56
22 30 34’ 52,86’’ 980 43’ 49,06’’ 8,2 0,75 1,92 26 24,83
23 30 34’ 46,03’’ 980 43’ 41,61’’ 6,7 0,55 2,2 26 24,35
24 30 34’ 42,09’’ 980 43’ 58,58’’ 9,4 0,79 2,7 26 24,09
0 ’ ’’
25 3 34 35,68 980 43’ 32,29’’ 8,1 0,63 2,5 26 24,13
26 30 34’ 25,74’’ 980 43’ 34,57’’ 8,5 0,68 2,42 26 24,26
27 30 34’ 22,43’’ 980 43’ 43,06’’ 9,3 0,88 2,25 27 25,63
28 30 34’ 22,22’’ 980 43’ 27,32’’ 24
29 30 34’ 37,75’’ 980 43’ 24,63’’ 24
30 30 34’ 44,37’’ 980 43’ 36,23’’ 24
31 30 34’ 56,17’’ 980 43’ 34,78’’ 7,9 0,56 1,82 26 24,74
32 30 34’ 59,48’’ 980 43’ 18,22’’ 5,7 0,48 1,3 29 28,18
33 30 35’ 17,70’’ 980 43’ 40,78’’ 8,3 0,59 2,09 26 24,5
34 30 35’ 16,66’’ 980 43’ 56,51’’ 8,4 0,53 2,45 26 24,08
35 30 35’ 20,39’’ 980 44’ 15,56’’ 8,6 0,62 2,52 26 24,1
36 30 35’ 25,77’’ 980 44’ 20,94’’ 7,7 0,86 2,74 26 24,12
37 30 35’ 1,97’’ 980 43’ 50,1’’ 23
38 30 35’ 11,49’’ 980 44’ 4,17’’ 23
39 30 35’ 14,39’’ 980 44’ 21,15’’ 23
Sumber : Data Olahan Primer Pengukuran, 2018
63

Gambar 11. Peta Sebaran Nilai Tingi Muka Air Tanah dan Sungai
64

Berdasarkan gambar 11 yaitu peta sebaran tinggi muka air tanah (TMA) di

Kecamatan Medan Denai maka dapat dilihat bahwa tinggi muka air yang tersebar

bervariasi. Ketinggian tempat mempengaruhi nilai tinggi muka air tanah disemua

titik lokasi penelitian di Kecamatan Medan Denai. Dilihat dari kontur muka air

tanah, pola kedalaman air tanah semakin jauh dari sungai ke arah Utara, Timur,

Selatan dan Barat mempunyai kecenderungan semakin dalam. Hal ini

kemungkinan karena aliran sungai Percut yang yang memiliki ketinggian lebih

rendah dari ketinggian muka air tanah dan sungai Percut berada ditengah

Kecamatan Medan Denai. Tinggi muka air tanah yang rendah akan memudahkan

masyarakat untuk mendapatkan air tanah freatik dan tidak perlu menggali sumur

terlalu dalam.

Gambar 12. menunjukkan peta kontur air tanah yaitu peta yang

menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian muka air tanah (dari

permukaan air laut) yang sama. Pembuatan peta kontur air tanah ini adalah dengan

menginterpolasi kontur dari data hasil pengukuran di lapangan dengan topo to

raster. Setelah peta kontur air tanah selesai dibuat maka dapat ditentukan pola

aliran air tanahnya dengan membuat garis arah aliran yang tegak lurus dengan

kontur air tanah. Peta kontur air tanah dibuat dengan interval kontur sebesar 1

meter.
65

Gambar 12. Peta Isopleth TMA


66

Peta Isopleth tinggi muka air tanah atau Peta Kontur di Kecamatan Medan

Denai dapat dijadikan acuan untuk menentukan arah aliran air tanah. Arah aliran

air tanah dapat dijadikan acuan sebagai sumber salinitasi air tanah freatik apakah

berasal dari aliran air tanah atau ada masukan dari aliran sungai.

Berdasarkan gambar 13, dapat dilihat jika pola arah aliran air tanah

Kecamatan Medan Denai, sebelah Barat sungai pada Kelurahan Tegal Sari

Mandala 2 arah air tanah mengalir dari arah Barat Laut menuju arah Tenggara

sampai ke sungai Percut. Sedangkan di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 pola

aliranya dari Barat Laut berbelok ke arah Timur menuju Sungai Percut dan untuk

pola aliran air tanah di Kelurahan Binjai mengalir dari arah Timur ke arah Barat

dan ke arah Tenggara. Sedangkan sebelah Timur sungai pada Kelurahan Menteng

pola air tanahnya mengalir dari Selatan dan Tenggara ke arah Utara berakhir ke

Sungai Percut juga. Begitu juga Kelurahan Denai pola air tanahnya mengalir dari

Selatan ke arah Utara. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 13.

Penelitian ini nantinya akan menunjukkan bahwa sungai di Kecamatan

Medan Denai ini mendapat masukan air dari air tanah dan air hujan. Sedangkan

sebagian sumur di daerah ini saling mengisi dengan sumur yang lain. Hal tersebut

menandakan bahwa air tanah di Kecamatan Medan Denai tergolong seimbang

karena memiliki arah aliran yang masuk dan keluar dari sistem.
67

Gambar 13. Peta Pola Aliran Air Tanah di Kecamatan Medan Denai
68

3. Sistem Aliran Sungai Terhadap Air Tanah

Sistem aliran sungai diklasifikasikan sebagai siste aliran influent, effluent

dan intermittent. Sistem aliran sungai influent adalah aliran sungai yang memasok

(memberi masukan) air tanah (groundwater). Sebaliknya pada aliran sungai sistem

effluent sumber aliran sungai berasal dari air tanah. Sistem aliran terputus atau

intermitten umumnya berlangsung segera setelah terjadi hujan besar.

Kecamatan Medan Denai ini ternyata dilwati oleh Sungai Percut, sehingga

bisa dilihat hubungan air tanah dengan sungai di lokasi penelitian ini. Berdasarkan

hasil pengukuran dilapangan dapat diuraikan bagaimana kondisi dan peranannya

terhadap air tanah dimulai dari hulu, tengah sampai hilir sungai. Daerah hulu

sungai Percut terletak pada lintang 30 33’ 29,50’’LU – 980 42’ 59,57’’ LU dan 980

37’ 35,2” BT - 980 37’ 51,8” BT. Pada aliran sungai Percut ini tinggi permukaan

sungai jauh lebih rendah dibandingkan tinggi muka air tanah. Tinggi permukaan

sungai Percut berada dikisaran 24-23 meter diatas permukaan laut. Untuk Sungai

Percut bagian utara arah aliran air tanahnya dari Barat Laut menuju ke arah

Tenggara Timur dan Tenggara menuju Sungai. Untuk Sungai Percut bagian tengah

kiri arah aliran air tananhnya dari Barat Laut dan Barat Daya ke arah Timur

menuju sungai Percut dan sebaliknya sungai Percut bagian tengah kanan mengalir

dari Selatan ke arah Barat Laut menuju Sungai. Untuk Sungai Percut bagian

selatan arah aliran air tanahnya mengalir dari Selatan ke arah utara menuju sungai

Percut. Dilihat dari alirannya, disepanjang aliran sungai percut di Kecamatan

Medan Denai baik sungai Percut bagian utara, tengah dan selatan disebut aliran

efluen yaitu sungai menerima air dari air tanah.


69

Gambar 14. Peta Pola Aliran Sungai Terhadap Air Tanah


70

B. Pembahasan

1. Arah Aliran Air Tanah Pada Akuifer Alur Sungai Percut

Pengukuran tinggi permukaan air tanah dilakukan sebagai dasar untuk

melihat bagaimana arah aliran air tanah pada lapisan akuifer bebas (unconfined

aquifer), dengan membandingkan ketinggian muka air tanah yang telah diketahui.

Tinggi muka air tanah dan tinggi muka air sungai merupakan data yang diperoleh

dari survey sumur-sumur masyarakat yang di lapangan, data yang diperoleh diolah

menjadi peta pola aliran air tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian Rini (2009)

yang menunjukkan pola aliran air tanah dengan memanfaatkan GIS.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan di lokasi penelitian yaitu air

tanah pada lapisan akuifer sekitar aliran sungai Percut diperoleh data bahwa tinggi

muka air tanah tertinggi terdapat di daerah selatan atau bagian hulu di Kelurahan

Medan Binjai yang berada pada ketinggian 28,21 meter diatas permukaan laut.

Daerah ini sangat mudah mengalami penurunan muka air tanah terutama pada

saat-saat musim kemarau. Selain karena iklim dan curah hujan formasi geologi

juga mendukung ketersediaan air dalam tanah. Karena Kecamatan Medan Denai

termasuk memiliki formasi medan (Qpme) berupa bongkah, kerikil pasir, lanau

dan lempung yang sifatnya mudah menerima dan memasukkan air. Sedangkan

kontur air tanah rendah terdapat di Kelurahan Mandala 2 dengan ketinggian 24,08

meter, terdapat pada sampel nomor 34. Demikian juga dengan sungai, memiliki

perbedaaan ketinggian mulai dari hulu hingga hilirnya dengan ketinggian mulai

dari 23-24 meter dpal.

Dari data-data yang diperoleh dari survey sumur-smur penduduk di

lapangan, data tersebut diolah menggunakan perangkat computer untuk


71

mendapatkan hasil yaitu peta kontur air tanah dan peta pola aliran air tanah di

Kecamatan Medan Denai pada akuifer alur Sungai Percut. Peta kontur air tanah

adalah peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian

muka air tanah yang sama (ketinggian dari permukaan air laut). Sedangkan peta

pola aliran air tanah adalah peta yang menunjukkan arah aliran air tanah.

Pembuatan arah aliran air tanah dengan menarik garis arah tegak lurus (90 0)

dengan kontur air tanahnya. Peneliti membuat peta kontur air tanah dengan

menggunakan data ketinggian tempat/kontur tanah dari data TMA yang diukur di

lapangan.

Pembuatan peta isopletth atau kontur air tanah ini diolah dengan

menggunakan ARCGIS 10.3. Setelah peta kontur nya dibuat maka selanjutnya

dapat dibuat pola aliran air tanah di Kecamatan Medan Denai. Peta kontur atau

peta isopleths air tanah ditunjukkan pada gambar 11. Pada peta kontur air tanah ini

dibua interval sebesar 1 meter agar terlihat perbedaanya.

Dari gambar peta kontur muka air tanah Kecamatan Medan Denai,

kedalaman muka air tanah di Kecamatan Medan Denai berkisar antara 24,08-

28,21 meter. Hal itu menunjukkan kedalaman air tanah di Kecamatan Medan

Denai pada akuifer sekitar alur Sungai Percut. Tersebar di Kelurahan T. Sari

Mandala 2, Mandala 1, Denai, Menteng dan Binjai. Sedangkan untuk Kelurahan

Tegal Sari Mandala 1 tidak diukur karena di kelurahan tersebut sudah jarang

penduduk yang menggunakan sumur gali.

Dengan melihat perbedaan ketinggian muka air tanah akan dapat

digambarkan arah aliran air tanah tersebut. Perbedaan ketinggian yang jauh akan

menunjukkan apakah aliran air tanahnya lambat atau cepat. Menurut Asdak (2010)
72

aliran air lambat dietentukan oleh keseimbangan antara besarnya presipitasi dan

evaporasi. Banyaknya curah hujan akan mempengaruhi pada input air tanah

sehingga muka air tanah menjadi naik. Cepatnya aliran air tanah dipengaruhi oleh

faktor geologi. Besarnya pengaruh faktor geologi dapat dilihat dari kenyataan

bahwa debit aliran air bawah tanah pada struktur geologi berkapur dapat terus

bertahan bahkan pada keadaan kekeringan sekalipun. Sementara debit aliran air

bawah tanah pada tanah berlempung menjadi sangat lamban.

Perubahan penggunaan lahan juga merupakan salah satu faktor yang akan

mempengaruhi pergerakan air tanah. Lahan di daerah hulu Kecamatan Medan

denai yang seharusnya ditumbuhi tanaman sekitar alur sungainya dan tertutup

vegetasi. Namun karena meningkatnya jumlah penduduk sehingga lahan di sekitar

alur sungai Percut dijadikan pemukiman dan penduduknya banyak yang

memanfaatkan air tanah dengan menggali sumur di sekitar alur sungai. Dalam hal

ini, pemanfaatan sumur gali tidak salah. Karena jika dilihat lagi tinggi muka air

sumur gali lebih tinggi dibandingkan tinggi muka air sungai sehingga air sumur

tidak berpotensi mencemari karena air tanah kedudukannya lebih tinggi

dibandingkan air sungai. Namun air sungailah yang berpotensi tercemar akibat

dari buangan air sumur yang digunakan penduduk mengalir ke sungai.

Potensi air tanah di Kecamatan Medan Denai dapat dilihat dari arah pola

aliran air tanah yang terbentuk dimana daerah yang mengalami output tetap

memiliki kedalaman air sumur yang cukup tinggi. Kedalaman sumur yang tinggi

memberikan gambaran tentang kawasan recharge di sekitar sumur masih ada.

Sehingga air hujan yang jatuh di sekitar sumur akan cepat menginfitrasi untuk

melakukan pengisian kembali air tanah. Kecamatan Medan Denai merupakan


73

wilayah yang padat bangunan dan jalan. Daerah resapan hanya tersisa sedikit

namun akibat ketersediaan air tanah yang potensial menjadikan lokasi ini sebagai

daeerah yang jarang mengalami kekeringan. Karena itulah masih ada penduduk

yang menggunakan sumur gali sebagai sumber airnya.

2. Sistem Aliran Sungai terhadap Air Tanah

Tinggi permukaan sungai yang telah diukur juga mengalami penurunan,

semakin ke utara semakin menurun. Seperti halnya air pada permukaan yang

mengalir dari elevasi tinggi menuju elevasi yang lebih rendah (Nuristyan, dkk).

Menurut Asdak (2010) klasifikasi geologi terhadap sistem aliran sungai yaitu,

aliran influent, effluent, dan intermitten seperti pada Gambar dihalaman 27 pada

bab sebelumnya. Sistem aliran sungai influent adalah aliran sungai yang memasok

(member masukan) air tanah. Sebaliknya pada aliran effluent sumber aliran

sungai berasal dari air tanah. Sedangkan pada sistem aliran yang terakhir ini

umumnya berlangsung sepanjang tahun, oleh karenanya sering juga disebut aliran

tahunan perennial stream.

Berdasarkan data pengukuran tinggi muka air sungai daerah hulu tinggi

permukaan sungai Percut memiliki ketinggian 24 meter selanjutnya semakin

menurun menuju hilir yaitu menuju utara Kecamatan Medan Denai dengan

ketinggian 23 meter dpal. Kondisi yang demikian mengakibatkan sungai Percut

sama sekali tidak memberikan masukan air terhadap air tanah karena sifatnya

yang effluent, dengan demikian air tanah mengalami kerugian karena harus

memasok air untuk sungai Percut melalui rembesan atau aliran dasar pada aquifer

dan menjadi mata air di lembah sungai.


74

Hasil pengukuran langsung dilapangan, diketahui 9 titik sungai yang

memiliki ketinggian muka air lebih rendah dibandingkan muka air tanah

penduduk mulai dari hulu ke hilir. Sehingga diketahui bahwa sungai Percut

mendapat pasokan air dari air tanah yang lebih dikenal dengan sistem aliran

effluent. Aliran sungai Percut ini hampir termasuk aliran lambat karena sungai ini

memiliki ketinggian hampir sama dari beberapa titik yang diukur. Aliran dari hulu

di Kelurahan Menteng dan Binjai mengalir lambat ke arah utara di Kelurahan

Denai. Untuk aliran sungai dari Medan Denai bagian tengah yaitu di Kelurahan

Denai dan Mandala 3 menuju hilir sungai Percut di Kelurahan Mandala 2

alirannya mulai meningkat karena perbedaan ketinggian sehingga arus alirannya

lebih deras di hilir daripada di hulu yang cukup lambat.

Untuk Sungai Percut bagian utara arah aliran air tanahnya dari Barat Laut

menuju ke arah Tenggara Timur dan Tenggara menuju Sungai. Untuk Sungai

Percut bagian tengah kiri arah aliran air tananhnya dari Barat Laut dan Barat Daya

ke arah Timur menuju sungai Percut dan sebaliknya sungai Percut bagian tengah

kanan mengalir dari Selatan ke arah Barat Laut menuju Sungai. Untuk Sungai

Percut bagian selatan arah aliran air tanahnya mengalir dari Selatan ke arah utara

menuju sungai Percut. Dilihat dari alirannya, disepanjang aliran sungai percut di

Kecamatan Medan Denai baik sungai Percut bagian utara, tengah dan selatan

disebut aliran efluen yaitu sungai menerima air dari air tanah.

Anda mungkin juga menyukai