Pengertian hukum bisnis lebih sering diidentikkan dengan hukum ekonomi. Padahal
pengertian hukum bisnis berada di ruang lingkup yang lebih kecil daripada hukum ekonomi.
Pengertian hukum bisnis sangat jarang diketahui oleh karena pengertian hukum bisnis hanya
menjadi kepentingan bagi para penggelut dunia bisnis atau akademisi dan mahasiswa yang
konsentrasi pada jurusan hukum bisnis.
Sebenarnya pengertian hukum bisnis ini pernah kami ulas dalam artikel sebelumnya yang
berjudul hukum bisnis. Untuk menemukannya anda bisa lihat pada menu kategori hukum
bisnis dibawah menu hukum perdata. Namun artikel tersebut kami rasa masih kurang dan
karenanya tetap merasa perlu untuk memberikan tambahan pengertian hukum bisnis.
Sehubungan dengan hal tersebut, melalui artikel ini kami akan berbagi pengetahuan sedikit
mengenai pengertian hukum bisnis.
Dari beberapa kegiatan bisnis yang diungkapkan diatas, maka dapat disimpulkan pengertian
hukum bisnis secara sederhana, yakni sebagai peraturan yang dibuat untuk mengatur kegiatan
bisnis. Agar kegiatan itu dijalankan dengan adil.
Pengertian hukum bisnis secara umum adalah peraturan-peraturan tertulis yang dibuat oleh
pemerintah dengan maksud untuk mengatur, mengawasi dan melindungi seluruh kegiatan
bisnis, meliputi kegiatan industri, perdagangan dan pelaksanaan jasa serta semua hal yang
berhubungan dengan kegiatan keuangan dan kegiatan bisnis lainnya. Hukum bisnis
merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur lalu lintas kegiatan
ekonomi agar tercipta keamanan dan ketertiban dalam bidang ekonomi Indonesia. Apabila
kaidah hukum dalam bidang bisnis ini dilanggar, maka akan diberikan sanksi yang tegas.
Demikian artikel mengenai pengertian hukum bisnis ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita
semua.
Hukum Bisnis yang Berlaku di Indonesia
Istilah “hukum dagang atau “hukum perniagaan” merupakan istilah dengan cakupan yang
sangat tradisional dan sangant sempit. Sebab, pada prinsipnya kedua istilah tersebut hanya
melingkupi topic-topik yang terdapat dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD)
saja. Padahal, begitu banyak topik hukum bisnis yang tidak diatur atau tidak lagi diatur dalam
kitab undang-undang hukum dagang (KUHD). Misalnya, mengenai perseroan terbatas,
kontrak bisnis, pasar modal, merger dan akuisisi, perkreditan, hak atas kekayaan intelektual,
perpajakan, bisnis internasional dan masih banyak lagi. Sementara dengan istilah “hukum
ekonomi cakupannya sangat luas, berhubungan dengan adanya pengertian ekonomi dalam
arti mikro dan makro, ekonomi pembangunan dan ekonomi sosial, ekonomi manajemen dan
akuntansi, yang kesemuanya tersebut mau tidak mau harus di cakup oleh istilah “hukum
ekonomi”. Jadi, kita dilihat dari segi batasan ruang lingkupnya, maka jika istilah hukum
dagang atau hukum perniagaan ruang lingkupnya sangat luas. Karena itu, memang istilah
yang ideal adalah “hukum bisnis” itu sendiri.
Selain itu, jika istilah “hukum dagang” atau istilah “hukum perniagaan”, kedua istilah
tersebut sudah sangat tradisional, bahkan sudah menjadiklasik”,maka dengan istilah “hukum
bisnis” penekanannya adalah kepada hal-hal yang modern yang sesuai dengan
perkembangannya yang mutakhir. Itulah sebabnya, dibandingkan dengan istilah-istilah
lainnya tersebut, istilah “hukum bisnis” saat ini lebih popular dan sangat banyak digunakan
orang, baik di Indonesia maupun di banyak Negara lain, bahkan oleh masyarakat
internasional.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan istilah “hukum bisnis” itu ? sebagaimana
diketahui bahwa istilah “hukum bisnis” terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu kata “hukum” dan kata
“bisnis”. Banyak definisi sudah diberikan kepada kata “hukum” meskipun tidak ada 1 (satu)
definisi pun yang dapat dikatakan lengkap dan menggambarkan arah arti hukum secara utuh.
Sedangkan terhadap istilah “bisnis” yang dimaksudkan adalah suatu urusan atau kegiatan
dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang
atau jasa (Abdurrachman, 1991:150), dengan menempatkan uang dari para entrepreneur
dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan
(Friedman, jack P., 1987:66).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah
hukum (termasuk enforcement-nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau
kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran
barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam risiko tertentu
dengan usaha tertentu dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah untuk mendapatkan
keuntungan tertentu.
Fungsi Hukum Bisnis adalah sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,
untuk memahami hak dan kewajibannya dalam praktek bisnis, agar terwujud watak dan
perilaku aktivitas di bidang bisnis yang berkeadilan, wajar, dan dinamis (yang dijamin oleh
kepastian hukum).
2 ASPEK POKOK ASAS HUKUM BISNIS :
a) Aspek kontrak (perjanjian) yang menjadi sumber hukum utama dimana masing-masing pihak
tunduk pada perjanjian yang telah disepakati bersama.
b) Aspek kebebasan membuat perjanjian dimana para pihak bebas membuat dan menentukan isi
dari perjanjian yang disepakati bersama.
Adapun yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis ini, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Kontrak Bisnis
2. Jual beli
3. Bentuk-bentuk perusahaan
4. Perusahaan go public dan pasar modal
5. Penanaman modal asing
6. Kepailitan dan likuidasi
7. Merger dan akuisisi
8. Perkreditan dan pembiayaan
9. Jaminan hutang
10. Surat berharga
11. Perburuhan
12. Hak atas kekayaan intelektual
13. Anti monopoli
14. Perlindungan konsumen
15. Keagenan dan distribusi
16. Asuransi
17. Perpajakan
18. Penyelesaian sengketa bisnis
19. Bisnis internasional
20. hukum pengangkutan (darat, laut, udara, dan multimodal)
Sumber Hukum Bisnis Indonesia
Sumber hukum bisnis sesungguhnya sama dengan sumber hukum di Indonesia. Serupa
dengan bidang hukum lainnya, sumber hukum bisnis dapat disebutkan sebagai berikut:
Peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan hukum yang berlaku, seperti: Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, dan lain sebagainya.
Perjanjian atau kontrak, yaitu kesepakatan yang dibuat oleh para pihak dalam transaksi
bisnis. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa perjanjian atau kontrak berlaku sebagai
Undang-Undang terhadap para pihak yang membuatnya.
Traktat, yaitu ketentuan dalam hubungan dan hukum internasional, baik berupa kesepakatan
antara para pemimpin negara di dunia, peraturan dalam hukum internasional, pedoman yang
dibuat oleh lembaga-lembaga dunia, dan lain sebagainya yang diberlakukan di Indonesia.
Yurisprudensi, yaitu keputusan hukum yang biasanya menjadi pedoman dalam merumuskan
atau menjadi pertimbangan dalam penyusunan peraturan atau keputusan hukum berikutnya.
Kebiasaan-kebiasaan dalam bisnis, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh pelaku bisnis pada
umumnya.
Doktrin, yaitu pendapat pakar atau ahli hukum yang berkaitan dengan hukum bisnis. Doktrin
biasa pula disebut dengan pendapat para sarjana hukum.
Dalam hukum bisnis Indonesia terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang
menjadi landasan bagi transaksi bisnis. Diantara peraturan perundang-undangan tersebut,
beberapa diantaranya memiliki saling keterkaitan satu sama lain. Berikut ini beberapa
peraturan perundang-undangan dalam hukum bisnis di Indonesia, antara lain:
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah dubah menjadi Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
Namun demikian, dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia yang tertulis adalah sebagai
berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah.
2. KUH dagang yang sudah banyak berubah.
3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru.
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah.
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah.
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundag-undangan yang baru.
7. Perundang-undangan yang tidak terikat dengan KUH Dagang maupun KUH Perdata.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing kategori tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah
Masih banyak ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya belum berubah yang
mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis, meskipun sudah barang tentu sudah
banyak dari ketentuan tersebut yang sudah usang dimakan zaman. Ketentuan-ketentua dalam
KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai
berikut:
a. Keagenan dan distributor (makelar dan komisioner)
b. Surat berharga (wesel, cek dan aksep)
c. Pengangkutan laut
Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang,industri atau keuangan yang dihubungkan dengan
produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari entepreneur dalam
resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif adalah mendapatkan keuntungan tertentu
pula.