Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI.....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah .........................................................................................4

C. Tujuan Makalah ............................................................................................4

D. Manfaat Makalah ..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Penduduk merupakan salah satu objek kajian yang dipelajari dalam ilmu geografi. Cabang
ilmu geografi yang mempelajari tentang penduduk adalah geografi manusia, sedangkan ilmu
yang mempelajari tentang kependudukan disebut demografi. Penduduk mempunyai peranan
penting dalam pembangunan suatu daerah. Semakin banyak jumlah penduduk maka dapat
dikatakan bahwa semakin banyak pula potensi-potensi yang dapat dikembangkan ataupun yang
dapat digunakan untuk pembangunan wilayah. Karena sumberdaya manusia merupakan
komponen pembangunan yang penting disamping sumberdaya alam dan teknologi (Mantra,
2003). Akan tetapi, pada kenyataannya bahwa pertambahan penduduk kerap kali lebih banyak
membawa permasalahan daripada membawa solusi terhadap pembangunan. Banyak wilayah-
wilayah di Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk tinggi terkadang mempunyai banyak
permasalahan sosial yang timbul akibat efek dari pertumbuhan penduduk. Terlebih lagi didaerah
perkotaan yang identik dengan banyanknya penduduk dan disertai dengan terbatasnya lahan yang
tersedia, menimbulkan banyak sekali permasalahan sosial. Seringkali masalah yang timbul
diperkotaan akibat banyaknya penduduk antara lain kemiskinan, pengganguran, kriminalitas,
permukiman kumuh, gelandangan, dan lain-lain. Permasalahan yang timbul kerap kali membuat
pemerintah bekerja ekstra keras demi menekan pertumbuhan penduduk dan sebagai PR
pemerintah dalam menentukan kebijakan perencanaan wilayah sebagai upaya penyelesaian
masalah-masalah yang ada.

A. Revolusi Industri 4.0, Menperin Beberkan Masalah Teknologi dan SDM

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, untuk menuju industri 4.0
sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek teknologi. Pasalnya,
penguasaan teknologi bisa menjadi kunci utama untuk menentukan daya saing Indonesia di era
industri 4.0. Sebagai contohnya adalah bagaimana seluruh negara dunia mulai menguasai
teknologi-teknologi seperti Internet of Things, Big Data, Cloud Computing Artificial Intelegensi,
Mobility, Virtual dan Augmantes Reality. Semuanya harus bisa disesuaikan untuk kemajuan era
industri 4.0.

"Setiap negara saling berebut untuk meningkatkan giatkan daya saingnya di kancah industri
global. Dalam kaitannya dengan industri 4.0 dimana sangat terkait dengan penyediaan
infrastruktur dan teknologi informasi dan komunikasi.

Pada kesempatan yang sama, Menperin mengaku optimistis, Indonesia akan menjadi negara maju
dalam beberapa dekade mendatang. Bahkan, Indonesia diprediksi bisa menembus peringkat
keempat dunia sebagai negara dengan perekonomian terbesar pada tahun 2050.

B. Kesempatan yang sama, Menperin mengaku optimistis, Indonesia akan menjadi negara maju
dalam beberapa dekade mendatang.

“Proyeksi itu berdasarkan hasil dari survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga riset kelas
dunia. Jadi, Indonesia akan keluar dari middle income trap dan menjadi negara maju pada tahun
2030, dengan posisi ketujuh di dunia. Dilanjutkan, tahun 2050, Indonesia akan mampu naik
peringkat menjadi keempat di dunia. Ini momentum 100 tahun pascakemerdekaan,” paparnya.

Airlangga menjelaskan, target tersebut bakal tercapai apabila Indonesia bisa mamanfaatkan
adanya bonus demografi pada tahun 2020-2030. Dengan dominannya jumlah penduduk yang
berusia produktif, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kompetensi mereka melalui
berbagai program pendidikan dan pelatihan vokasi yang sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.

“Dengan banyaknya jumlah penduduk yang ada di Indonesia, merupakan suatu berkah yang
harus dimaksimalkan dan disyukuri," ujarnya. Airlangga meyakini, melalui pelaksanaan 10
prioritas nasional di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, dapat mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi Indonesia.

Menperin juga memastikan, Making Indonesia 4.0 juga memprioritaskan pengembangan industri
kecil dan menengah (IKM). Hal ini yang membuat Presiden Joko Widodo antusias dan optimistis
terhadap penerapan Revolusi Industri 4.0. “Pak Jokowi tanya bagaimana kita sikapi ekonomi
digital ini? Saya katakan, kita punya program untuk dorong IKM,” terang Airlangga.
Agar IKM nasional memanfaatkan teknologi digital, Kemenperin telah membuat fasilitasnya
melalui e-Smart IKM.Hingga saat ini sebanyak 1.730 pelaku IKM telah mengikuti workshop e-
Smart IKM.Sampai tahun 2019, Kemenperin menargetkan dapat mengajak 10 ribu pelaku
IKMseluruh Indonesia untuk mengikuti lokakarya tersebut.

Menperin menegaskan, di era digital saat ini, hal yang terpenting itu adalah harus melakukan
inovasi. Dalam hal ini, Kemenperin tengah berupaya membangun ekosistem inovasi melalui
kolaborasi lintas sektor, di antaranya melibatkan pihak pemerintah, akademisi, dan pelaku
industri.

Maka itu, dalam upaya membangun kemampuan inovasi, diharapkan peran dari lembaga litbang
yang ada di seluruh Indonesia dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi
yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi industri nasional.

Menurut Bappenas (2018) penduduk Indonesia akan mencapai kondisi 'bonus' demografi pada
tahun 2030 mendatang, dimana diperkirakan jumlah penduduk lansia atau 60 tahun keatas hanya
mencapai 19,85%, selebihnya adalah penduduk pada usia muda dan produktif.

Peringatan 90 tahun sumpah pemuda ini seyogyanya menjadi refleksi bangsa Indonesia,
khususnya pemuda untuk dapat menjawab tantangan -- tatangan zaman yang semakin kompleks.
Apa yang dapat pemuda lakukan dalam pembangunan bangsa ?

Hal itu menjadi pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh setiap pemuda saat ini. Bagaimana
cara pemuda mampu survive dalam mengembangkan diri, menciptakan lapangan -- lapangan
pekerjaan, menginisiasi industri kreatif, dan berperan aktif dalam perekonomian kita, baik secara
mikro atau makro.

Pemuda Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton dalam 'persaingan' global, terutama pada
bidang ekonomi. Negara -- negara maju mendorong pemudanya untuk menciptakan komoditas --
komiditas baru untuk memperkuat perekonomian, seperti halnya di Korea Selatan yang sukses
'menularkan' virus musik K-Pop hingga Drakor (film drama korea), yang saat ini justru sangat
digemari pemuda di tanah air.
Bonus demografi yang digadang -- gadang akan membuat Indonesia mampu bertransformasi
menjadi negara maju juga menyimpan ancaman, bahwa negara kita hanya akan menjadi pasar
(konsumen) ekspansi dari industri pada tingkat global karena ketidakmampuan kita untuk
bersaing dan berinovasi. Masalah ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama, tidak hanya
dibebankan kepada pemerintah, namun seluruh stakeholders yang peduli dengan bangsa dan
negara kita.

Tantangan zaman kita tidak hanya pada persaingan dan ekspansi ekonomi global, namun juga
pada fenomena revolusi industry 4.0. Sejatinya, ketika hal ini tidak diberikan perhatian yang
serius dan lebih, maka bonus demografi yang akan dimiliki bangsa Indonesia menjadi tidak ada
artinya. Revolusi indutri 4.0 akan berpotensi besar mengubah 'tatanan' kehidupan manusia,
dimana dampaknya sedikit demi sedikit sudah terlihat di era saat ini.

Perubahan tatanan kehidupan itu jelas akan mengubah seluruh peta kehidupan sosial dan
ekonomi kita, dimana salah satunya berdampak perubahan lapangan -- lapangan pekerjaan, yang
masih bersifat konvensional menuju penggunaan teknologi digital.

Kita tidak menginginkan pemuda kita hanya 'dimanfaatkan' sebagai pekerja -- pekerja industry
ekonomi global yang hanya akan mengutungkan negara -- negara maju saja.

Kedaulatan bukan lagi hanya masalah mempertahankan tanah air kita, namun telah masuk dalam
sendi 'kedaulatan manusia' Indonesia, yang sesungguhnya harus banyak memberikan kontribusi
dan pengorbanannya untuk bangsa dan negara.

Pemuda mempunyai 'tatangan' yang semakin berat, namun pemuda Indonesia telah banyak
menciptakan sejarah -- sejarah gemilang pada masa lampau, realitas ini harus mampu disadari
dan dimanfaatkan oleh seluruh pemuda agar dapat bahu membahu menjadi penompang sang ibu
pertiwi.

Maka, negara harus mengambil inisiatif mendorong semua elemen masyarakat lebih peduli era
Industri 4.0. Dengan memberi pemahaman yang lebih utuh dan mendalam, masyarakat dengan
sendirinya akan terdorong untuk bersiap menghadapi sekaligus merespons perubahan-perubahan
dimaksud.
Pun menjadi sangat penting adalah mendorong sektor pendidikan nasional --dari pendidikandasar
hingga pendidikan tinggi-- menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan tantangan dan kebutuhan
pada era sekarang ini. Kurikulum yang membuka akses bagi generasi milenial mendapatkan ilmu
dan pelatihan untuk menjadi pekerja yang kompetitif dan produktif.

Dalam konteks industri dan produksi, Industri 4.0 dipahami sebagai komputerisasi pabrik, atau
otomasi dan rekonsiliasi data guna mewujudkan pabrik yang cerdas (smart factories).

Terstruktur dalam pabrik cerdas ini adalah robot atau cyber physical system (sistem siber-fisik),
Internet untuk Segala (IoT), komputasi awan (cloud), dan komputasi kognitif. Semuanya serba
digital. Sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual,
dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Kemudian, melalui IoT, sistem siber-fisik
berkomunikasi dan bekerja sama satu sama lain dan dengan manusia secara bersamaan. Lewat
cloud, disediakan layanan internal dan lintas organisasi, yang dimanfaatkan oleh berbagai pihak
di dalam rantai nilai manufaktur.

Revolusi industri 4.0 sudah ada di depan mata. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Roadmap
Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dalam mencapai target menjadi 10 besar kekuatan ekonomi
dunia pada tahun 2030. Jumlah penduduk yang banyak, ditunjang dengan perkembangan
insfrastuktur dan sumber daya manusia bisa menjadi modal penting untuk melaksanakn revolusi
industri 4.0

Maka, negara harus mengambil inisiatif mendorong semua elemen masyarakat lebih peduli era
Industri 4.0. Dengan memberi pemahaman yang lebih utuh dan mendalam, masyarakat dengan
sendirinya akan terdorong untuk bersiap menghadapi sekaligus merespons perubahan-perubahan
dimaksud.

Pun menjadi sangat penting adalah mendorong sektor pendidikan nasional --dari pendidikan
dasar hingga pendidikan tinggi-- menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan tantangan dan
kebutuhan pada era sekarang ini. Kurikulum yang membuka akses bagi generasi milenial
mendapatkan ilmu dan pelatihan untuk menjadi pekerja yang kompetitif dan produktif.
Dalam konteks industri dan produksi, Industri 4.0 dipahami sebagai komputerisasi pabrik, atau
otomasi dan rekonsiliasi data guna mewujudkan pabrik yang cerdas (smart factories).

Anda mungkin juga menyukai