SKENARIO 3
(PEDODONSIA DAN KONSERVASI)
OLEH KELOMPOK IV
Verayati (171610101039)
Assalamualaikum Wr Wb.
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga laporan tutorial skenario 3 ini dapat diselesaikan. Dalam
penyelesaian laporan tutorial skenario 3 ini tentunya tidak dapat kami selesaikan
sendiri, kami banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan syukur dan menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga
laporan tutorial skenario 3 ini dapat diselesaikan.
2. drg. Dewi Kristiana M.Kes. selaku dosen tutor yang telah membimbing
jalannya tutorial kelompok 4 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
3. Teman-teman yang setia menemani dan membantu dalam proses
penyelesaian laporan tutorial skenario 3 di blok 17 ini yaitu tentang
Pedodonsia dan Konservasi.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan tutorial skenario 3
tentang Pedodonsia dan Konservasi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna membantu
sempurnanya laporan tutorial skenario 3 ini. Kami berharap semoga laporan
tutorial skenario 3 tentang Pedodonsia dan Konservasi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua serta untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
SKENARIO 3
(PEDODONSIA DAN KONSERVASI)
Seorang anak laki-laki usia 12 tahun datang ke RSGM Unej ingin menambalkan
gigi belakang kanan bawah yang berlubang, karena sering kemasukan makanan .
Hasil pemeriksaan klinik tampak gigi 46 karies profunda, tes vitalitas positif, tes
perkusi dan tekanan negatif, tampak juga gigi 75 tinggal sisa akar dan fistel pada
buccal gigi 75, tidak ada kegoyangan pada gigi 75. Oral Hygiene pasien sangat
jelek karena banyak kalkulus pada RA dan RB. Hasil anamnesa tidak ada
kelainan sistemik. Apa diagnosa skenario tersebut dan rencana perawatannya.
1
BAB II
2
BAB III
3
BAB IV
1. Sisa akar 75 membentuk fistula untuk mencari jalan keluar karena adanya
abses periapikal. Jaringan pulpa yang mati akan menjadi tempat yang rentan
terserang mikroorganisme. Terkumpulnya jaringan supurasi ada di
periapikal, lalu terbentuk fistula untuk mencari jalan keluar.
2. Untuk menegakkan diagnosis harus rinci dan detail mulai dari anamnesis
(keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit), pemeriksaan objektif, dan
pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan subjektif -> gigi belakang kanan bawah yang berlubang,
karena sering kemasukan makanan
b. Pemeriksaan objektif (ekstraoral dan intraoral)
Pada gigi 75: fistel pada bukal gigi 75
Pada gigi 46:
Karies profunda (secara visual/menggunakan instrumen)
Pemeriksaan tekanan dan perkusi : (-) tidak terdapat keradangan
pada jaringan periodontal
Pemeriksaan vitalitas (EPT, termal, kavitas, jarum) : (+) gigi masih
vital
c. Pemeriksaan penunjang: mempengaruhi rencana perawatan
Pada gigi 75: untuk melihat benih permanen sudah tumbuh atau belum
Pada gigi 46: untuk melihat penyebaran karies
Pada gigi 46: pulpitis reversibel karena belum ada keluhan spontan
(sering kemasukan makanan).
4
Pada gigi 75: gangren radix dengan abses periapikal. Diagnosis masih
ragu-ragu karena pemeriksaan kurang lengkap/sangat minim. Lebih
baik dilakukan foto rontgen untuk mengetahui abses di periapikal atau
pada jaringan periodontal.
3. Prognosis pada Skenario
Pada gigi 46: baik apabila penyebabnya segera dihilangkan dan akan
memburuk apabila tidak segera ditangani. Karena jaringan pendukung
gigi baik dan juga tidak ada kelainan sistemik. Pasien sudah dapat
memenejemen ketakutan. Meskipun oral hygiene sangat buruk
(banyak kalkulus pada RA dan RB), tetapi masih bisa dilakukan DHE
dan KIE pada pasien. Tergantung pada kekooperatifan pasien.
Pada gigi 75 : baik karena ada fistula yang dapat mendrainase abses.
Pasien masih berusia 12 tahun, tidak ada penyakit sistemik.
4. Rencana Perawatan pada Skenario:
DHE dan KIE
Fissure sealent (preventif)
Scalling dan Root Planning pada semua gigi untuk menghilangkan
kalkulus pada gigi RA dan RB
Pada gigi 46: indirect pulp capping karena merangsang terbentuknya
dentin tersier. Setelah 1 minggu dilakukan penumpatan permanen.
Apabila ada keluhan maka perawatan yang dilakukan berbeda lagi.
Pada gigi 75:
Eksodonsia karena pada usia tsb seharusnya gigi pengganti/permanen
sudah erupsi.
Medikasi untuk fistle (amoxcyl syrup, lincocin syrup, biolincom
syrup, bactrim syrup)
5
Pada bidang pedodonsia, sangat penting kerjasama dari Trias pedodontik :
orangtua, pasien, dokter gigi. Pada kunjungan pertama, dokter gigi harus
menciptakan kondisi yang tidak menakutkan dan harus menciptakan komunikasi
yang baik pada anak. Hal ini dilakukan karena kunjungan pertama sangat
menentukan perawatan anak pada kunjungan selanjutnya. Selain itu, sebaiknya
melakukan pemeriksaan yang sederhana : Profilaksis, topikal aplikasi fluor, DHE.
6
BAB V
STEP 4: MIND MAP
PEMERIKSAAN
DIAGNOSA
PROGNOSIS PROGNOSIS
RENCANA RENCANA
PERAWATAN PERAWATAN
7
BAB VI
STEP 5: MENENTUKAN TUJUAN BELAJAR
(LEARNING OBJECTIVE)
8
BAB VII
STEP 7: PEMBAHASAN
9
o Apakah ada yang memicu kelainan atau rasa sakit atau membuat
sakitnya makin parah? (misalnya ketika makan panas, dingin, atau
saat makan terasa sakit)
o Apakah ada yang bisa mengurangi rasa sakit dan memberi rasa
nyaman? (Misalnya pemakaian obat analgesik)
o Hindari pertanyaan terarah karena apabila pasien terpengaruh akan
setuju saja dengan gejala yang tidak mereka ketahui terjadi, kecuali
pasien tidak dapat mendeskripsikan rasa sakitnya, dokter gigi
sebaiknya membimbing untuk menjelaskan rasa sakit dan keluhannya
tanpa mempengaruhi pasien.
o Sangat sakit : biasanya belum lama dan membuat pasien cepat
kedokter. Dapat disebabkan pulpitis irreversibel, periodontitis
apikalis akut atau abses.
o Rasa sakit ringan–sedang atau sudah lama : biasanya sedang atau
sudah lama : biasanya sudah lama diderita pasien dan tidak dapat
dipakai sebagai satu satunya tanda adanya penyakit pulpa.
o Spontanitas rasa sakit: Tanpa stimulus disebut spontan, bila disertai
sangat sakit, biasanya menunjukkan patosis pulpa /periapikal.
o Kontinuitas rasa sakit: Rasa sakit tetap ada (kontinu) walaupun
penyebabnya sudah tidak ada. Pulpa vital, sakit yang kontinu akibat
reaksi thermal yaitu, irreversibel pulpitis. Pulpa nekrotik, sakit
yang kontinu akibat tekanan atau pemakaian gigi tersebut yaitu,
patosis periapikal.
3. Riwayat kesehatan umum
Riwayat penyakit menular : Untuk lebih hati-hati dalam perawatan
agar tidak tertulari dari pasien kedokter atau sebaliknya (universal
precaution)
10
Riwayat penyakit yang diidap penderita : Penyakit sistemik hipertensi,
Mental Retardasi
4. Riwayat kesehatan dental
Memberikan informasi mengenai sikap pasien terhadap kesehatan
gigi dan mulut, pemeliharaannya, dan perawatannya. Pasien yang pernah
mengalami perawatan gigi sebelumnya terdapat dua kemungkinan, pasien
mendapat pengalaman baik atau buruk dari operator yang merawat
sebelumnya. Hal ini memperngaruhi kekooperatifan pasien saat ini.
Riwayat geligi terlibat : Data yang diperlukan adalah :lokasi,
kapan, karakter, keparahan, spontanitas, durasi, stimulus, obat yang
sudah dipakai dan pengaruh obat tersebut terhadap rasa sakit pasien
5. Riwayat obat
Riwayat alergi obat-obatan : Untuk mengetahui adanya alergi obat-
obatan antibiotik, Untuk mengetahui adanya alergi anestesi, dan Alergi
terhadap amalgam.
B. Pemeriksaan Objektive
1. Pemeriksaan ekstraoral
2. Pemeriksaan intraoral
11
Jaringan Lunak
Jaringan Keras
Tes perkusi
Tes depresibilitas
13
Tes depresibilitas ini hampir sama dengan mobilitas, hanya
saja pada tes ini pergerakan yang dilihat secara vertikal. Tehnik yang
digunakan dengan memegang gigi dengan jari (jempol dan telunjuk)
pada bagian bukal dan lingual lalu ditarik ke arah oklusal dan di tekan.
Apabila terjadi kegoyangan hal ini berarti usaha untuk
mempertahankan gigi jelek atau bahkan tidak ada harapan. Hal ini
disebabkan integritas penyokong gigi sudah tidak mampu menopang
gigi dengan baik.
14
Jika hasil dari pemeriksaan kedalam karies didapatkan Karies
Profunda maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan perforasi
dengan menggunakan jarum miller.
Tes vitalitas
Tes Thermal
Tes ini meliputi aplikasi dingin dengan panas pada gigi, untuk
menetukan sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun
keduanya merupakan tes sensitivitas, tetapi tidak sama dan digunakan
untuk alasan diagnostik yang berbeda. Suatu respon terhadap dingin
15
menunjukkan pulpa vital, tanpa memperhatikan apakah pulpa itu
normal atau abnormal. Suatu respon abnormal terhadap panas
biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikal yang
memerlukan perawatan endodontik.
Tes termal panas pada saat ini bisa menggunakan alat mekanis
yang ditenagai oleh baterai, yaitu Touch-n-heat. alat ini memiliki
kelebihan yaitu bisa dikontrol suhu yang akan digunakan pada tes
termal. Berbeda dengan tes panas yang melewatkan gutta percha pada
16
Bunsen yang sulit untuk mengontrol suhu sehingga beresiko dapat
mengiritasi pulpa. Alat ini dinilai lebih aman dan lebih efektif.
Tes kavitas
Tes vitalitas gigi dengan cara gigi dibor dengan mata bor
round sampai gigi sakit, biasanya pada karies media dan profunda tapi
tes termal (-). Tes ini dilakukan apabila hasil dari tes thermal negative.
Tes miller tidak terasa sakit. Tes jarum miller dilakukan ketika
tes vitalitas yang dilakukan sebelumnya menujukkan hasil negatif
ataupun gigi sudah perforasi. Dalam skenario ujunga jarum miller
masuk 18 mm.
C. Pemeriksaan Penunjang
Penunjang diagnosa
Dibutuhkan selama perawatan
Evaluasi penyembuhan
17
7.1.2 Penegakan Diagnosis di Bidang Pedodonsia
A. Pemeriksaan Subyektif
1. Identitas Pasien
18
Setelah diketahui dengan jelas identitas anak, selanjutnya orang tua
perlu menjawab kuisioner perihal keadaan umum. Data tersebut diperlukan
untuk menilai kesehatan umum anak saat ini, agar bila perlu dapat diberikan
saran untuk lebih memperbaiki kesehatan umum tersebut.
4. Riwayat Medis
19
Pengisian kuisioner secara tepat akan menghasilkan data menunjang
keberhasilan perawatan. Kuisioner perihal riwayat medis antara lain
dibutuhkan untuk mencari kemungkinan hubungan antara sakit yang dialami
anak waktu lalu dengan kelainan gigi dan mulutnya. Kejadian anak yang
pernah menderita sakit berat atau malahan sampai dirawat di rumah sakit,
kemungkinan hubungan antara sakit yang dialami anak waktu lalu dengan
kelainan gigi dan mulutnya. Kejadian anak yang pernah menderita sakit
berat atau malahan sampai dirawat di rumah sakit, kemungkinan saja
berpengaruh terhadap keparahan kerusakan giginya. (Suharsono, Ismu.
1991)
20
Pengalaman anak sewaktu berobat ke dokter gigi penting juga utuk
diketahui. Kita harus lebih baik dari dokter gigi sebelumnya. Hal ini tidak
lain untuk mendapatkan simpati anak, sebab keadaan itu menunjang
kebersihan perawatan gigi anak tersebut. Pengalaman yang buruk akan
cukup membekas terhadap anak, sehingga untuk melakukan perawatan gigi
selanjutnya dibutuhkan pendekatan yang telah dilakukan oleh dokter gigi
lainnya. (Suharsono, Ismu. 1991)
B. Pemeriksaan Obyektif
1. Pemeriksaan Ekstra-oral
21
Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama
pencatatan riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar
dan berat, cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri wajah, dan
kelenjar limfe (R.J Andlaw, 1992).
2. Pemeriksaan Intra-oral
Jaringan lunak : mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak, palatum
keras dan gingival.
Perkusi
23
pasien. Masalah ini dapat dihindari dengan melakukan tekanan ringan
pada beberapa gigi sebelum melakukan perkusi.
Palpasi
24
palpasi tidak merupakan saran diagnostik. Palpasi, perkusi, mobilitas,
dan depresibilitas adalah lebih untuk menguji periodontium daripada
pulpa.
Mobilitas-Depresibilitas
25
adalah gerakan gigi dalam jarak 1 mm, dan mobilitas derajat ketiga
adalah gerakan lebih besar daripada 1 mm atau bila gigi dapat ditekan.
Uji termal
26
Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk
menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun keduanya
merupakan tes sensitivitas, tetapi tidak sama dan digunakan untuk alasan
diagnosis yang berbeda. Suatu respon terhadap dingin menunjukkan
pulpa vital, tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal.
Suatu respon abnormal terhadap panas biasanya menunjukkan adanya
gangguan pulpa atau periapikal yang memerlukan perawatan endodontik.
Tes panas. Tes panas dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-
beda yang menghasilkan derajat temperatur yang berbeda. Daerah yang
akan dites diisolasi dan dikeringkan, kemudian udara hangat dikenakan
pada permukaan gigi yang terbuka dan respon pasien dicatat. Bila
diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk mendapatkan suatu respon,
harus digunakan air panas, burnisher panas, guta-percha panas atau
kompoun panas atau sembarang instrument yang dapat menghantarkan
temperatur yang terkontrol pada gigi. Bila menggunakan benda padat,
seperti guta-perca panas, panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga
oklusobukal mahkota terbuka. Bila tidak timbul respon, bahan dapat
dipindahkan ke bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan serviks
gigi. Bila timbul suatu respon, benda panas harus segera diambil. Harus
dijaga untuk tidak menggunakan panas yang berlebihan atau
memperpanjang aplikasi panas pada gigi.
27
mengabsorpsi panas dan dengan demikian mendinginkan gigi. Suatu cara
yang lebih umum adalah meletakkan kapas yang dibasahi dengan etil
klorida pada gig yang dites. Meskipun temperaturnya tidak sedingin
seperti bila digunakan semprotan etil klorida, umumnya cukup dingin
untuk mendapatkan suatu respon yang absah.
Uji anestesi
Tes ini terbatas bagi pasien yang sedang merasa sakit pada waktu
dites, bila tes yang biasanya digunakan gagal untuk memungkinkan
seseorang mengidentifikasi gigi. Tujuannya adalah untuk menganestesi
gigi tunggal berturut-turut sampai rasa sakitnya hilang dan terbatas pada
gigi tertentu.
28
Uji kavitas
Untuk mendiagnosis karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa
dilihat pada pemeriksaan klinis.
Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi.
Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan
periapikal yang berhubungan dengan gigi-gigi nonvital atau yang
mengalami trauma.
30
7.2.2 Prognosis di bidang Pedodonsia
Prognosis pada bidang pedodonsia pada dasarnya sama dengan klinik yang
lain, seperti bergantung pada kesehatan mulut pasien, tingkat keparahan
penyakit, ada tidaknya riwayat penyakit sistemik dan perilaku anak dalam
menerima perawatan. Setiap anak yang datang berkunjung ke dokter gigi
memiliki kondisi kesehatan gigi yang berbeda-beda dan akan memperlihatkan
perilaku yang berbeda pula terhadap perwatan gigi yang akan diberikan. Ada
anak yang bersikap kooperatif terhadap perawatan gigi dan ada juga yang
menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi. Hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor, baik dari internal anak itu sendiri maupun dari eksternal
seperti pengaruh orang tua, dokter gigi, maupun lingkungan klinik gigi. Berikut
adalah klasifikasi perilaku pasien terhadap perawatan gigi dan mulut menurut
Wright. MenurutWright, perilaku anaksecara umum dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori yakni:
1. Kooperatif(Cooperative)
Sikap kooperatif ini ditunjukkan dengan sikap anak yang cukup
tenang, memiliki rasa takut yang minimal, dan antusias terhadap
perawatan gigi dan mulut yang diberikan. Anak dengan sikap kooperatif
memudahkan dokter gigi dalam melakukan perawatan dan pendekatan
yang dapat dilakukan.
2. Tidak mampu kooperatif (Lacking in cooperative ability)
Kategori ini terdapat pada anak-anak yang masih sangat muda
misalnya anak usia dibawah 3 tahun dengan kemampuan komunikasi yang
terbatas dan pemahaman yang kurang mengenai perawatan yang akan
dilakukan. Kelompok lain yang termasuk dalam kategori tidak mampu
kooperatif adalah mereka dengan keterbatasan fisik maupun mental. Oleh
karena itu, anak dengan kondisi seperti ini membutuhkan teknik
31
manajemen perilaku yang khusus, misalnya dengan menggunakan
premedikasi maupun anastesi umum.
3. Berpotensikooperatif(Potentially cooperative)
Kategori perilaku ini berbeda dengan tidak mampu
kooperatif.Karena anak dalam kategori ini memiliki kapabilitas untuk
menjadi kooperatif.Sehingga diperlukan kompetensi dokter gigi yang
mampu melakukan manajemen perilaku dalam mengembangkan potensi
kooperatif menjadi kooperatif.
Perilaku anak tidak kooperatif dapat berasal dari orang tua atau
lingkungan keluarga. Misalnya rasa takut dan cemas orang tua atau
anggota keluarga yang ditularkan anak. Anak mudah sekali meniru orang-
orang disekitarnya (orang tua, saudara kandung, sanak saudara) yang
dianggapnya sebagai model. Rasa takut dan cemas terhadap dokter gigi
atau perawatan gigi dan mulut yang diperlihatkan model mungkin
disebabkan oleh pengalaman sebelumnya, dapat menular pada anak.
Terdapat korelasi yang kuat anatara rasa takut ibu dan rasa takut anak.
34
mulut yang optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
bersikap ramah, bersahabat dan menyenangkan kepada mereka.
35
Besar dan kedalaman karies
Vitalitas gigi
A. Pulp capping
D. Restorasi plastis
E. Restorasi rigid
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang
rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara
golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal,
intrakoronal dan interadikuler.
1. Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau
complete crown. Complete crown merupakan restorasi yang menutupi
seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli. Terdapat berbagai
jenis complete crown, diantaranya:
36
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full
cast crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan
gigi dari logam campur yang dituang.Indikasinya yaitu untuk gigi molar
dan premolar rahang atas dan bawah, penderita dengan oklusi dan
artikulasi yang berat, estetik, gigi dengan karies cervikal, dekalsifikasi,
dan enamel hipoplasi. Kontraindikasinya yaitusisa mahkota gigi tidak
cukup terutama pada gigi dengan pulpa vital, memerlukan estetik pasien
dengan OH buruk sehingga restorasi mudah tarnish, gusi sensitif
terhadap logam.
All ceramic crown (mahkota porselen)
Teknologi porselen gigi merupakan bidang ilmu paling cepat
perkembangannya dalam bahan kedokteran gigi. Porselen gigi umumnya
digunakan untuk memulihkan gigi yang rusak ataupun patah dikarenakan
faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi pemakaian, perubahan
kimiawi yang lambat, dan konduktifitas panas yang rendah. Terlebih lagi,
porselen mempunyai kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik
struktur gigi.6 Komposisi porselen gigi konvensional adalah keramik
vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan
feldspar potas (K2O.Al2O3.6SiO2) atau feldspar soda
(Na2O.Al2O3.6SiO2) atau keduanya. Pigmen, bahan opak dan kaca
ditambahkan untuk mengontrol temperatur penggabungan, temperatur
sintering, koefisien ekspansi thermal, dan kelarutan. Feldspar yang
digunakan untuk porselen gigi relatif murni dan tidak berwarna. Jadi
harus ditambahkan pigmen untuk mendapatkan corak dari gigi-gigi asli
atau warna dari bahan restorasi sewarna gigi yang sesuai dengan gigi-gigi
tetangganya. Mahkota porselen mempunyai nilai estetik tinggi, tidak
mengalami korosi, tingkat kepuasan pasien tinggi, namun biayanyamahal
37
dan kekuatan rendah dibandingkan dengan mahkota metal-porselen.
Indikasinya membutuhkan estetik tinggi, Tooth discoloration,malposisi,
gigi yang telah dirawat endodonsi dengan pasak dan
inti.Kontraindikasinya yaitu indeks karies tinggi, distribusi beban di
oklusal tidak baik, dan bruxism.
Porcelain fused to metal
Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restorasi akhir
pasca perawatan saluran akar karena mampu memberikan keuntungan
ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari segi estetik. Lapisan logam
sebagai substruktur mahkota jaket porselen fused to metal akan
mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat getas
(brittle) dari bahan porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya tahan
yang baik. Sementara lapisan porselen akan memberikan penampilan
yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang direstorasi dengan
mahkota porselen fused to metal tingkat keberhasilan perawatannya
tinggi.
2. Restorasi Intrakoronal
Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai
sebagian cusp atau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga
ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay merupakan restorasi
intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cusp atau lebih dari 2/3
dataran oklusal karena sisa jaringan gigi yang tersisa sudah lemah.
38
untuk tambalan inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan
keramik, sebab kekerasan bahan keramik menyebabkan kesulitan apabila
diperlukan penyesuaian oklusal atau kontur, mudah pecah saat
pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator. Sedangkan resin
komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih murah
serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat dibuang hanya
dengan menggunakan hand instrument.Indikasinya:menggantikan
tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan memperhatikan
nilai estetik terutama pada restorasi gigi posterior, memperbaiki restorasi
yang tidak sempurna atau kurang baik, serta fraktur yang terlalu besar
dan apabila pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi.
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding
restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat
polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat dihindari.
Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan pembentukan
kontur anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara
indirect resin komposit adalah adanya ketergantungan restorasi pada
semen perekat (lutting cement). Isolasi yang kurang baik serta
polimerisasi yang kurang sempurna dari semen akan berakibat negatif
terhadap restorasi tersebut.
3. Restorasi Intradikuler
Mahkota Pasak
Kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior maupun anterior
yang cukup parah akan menimbulkan masalah retensi, permasalahan ini
dapat ditanggulangi dengan menggunakan pasak. Pada kebanyakan kasus
gigi sudah dirawat saluran akar, khususnya pada gigi-gigi dengan saluran
akar tunggal yang lurus. Keadaan ini sebaiknya harus diantisipasi terlebih
39
dahulu sebelum melakukan pengisian saluran akar, sehingga dapat
digunakan teknik pengisian yang memungkinkan untuk membantu retesi.
Pasak adalah suatu prosedur untuk membangun kembali suatu
gigi yang bertujuan menyediakan dukungan yang sesuai untuk suatu
mahkota. Pasak seperti jangkar untuk menempatkan mahkota.Pasak
ditempatkan di dalam akar gigi yang telah dilakukan perawatan saluran
akar.Terdiri dari poros dan post/tonggak yang disementasi pada saluran
akar. Bagian yang lain berupa jacket crown atau veneer crown atau cast
gold crown. Indikasinya:gigi pasca perawatan endodontia, memperbaiki
inklinasi gigi. Kontraindikasinya: jaringan yang mendukung gigi tidak
cukup, OH buruk, dinding saluran akar tipis, resorpsi procesus alveolaris
lebih dari 1/3.Pasak juga bisa dilakukan pada gigi posterior.
7.3.2 Rencana Perawatan Bidang Pedodonsia
Perawatan gigi dan mulut pada anak selain diperhatikan untuk mengurangi
keluhan, juga harus diperhatikan pendidikan kesehatan gigi atau DHE (Dental
Health Education) yang bertujuan untuk mengubah perilaku atau kebiasaan
buruk anak yang turut mempengaruhi munculnya keluhan gigi. Perawatan gigi
dan mulut anak harus dilakukan secara komprehensif berdasarkan keadaan anak
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, serta peran dari ketiga elemen
penting dalam perawatan gigi anak, yaitu dokter gigi, pasien dan orang
tua.Penentuan suatu rencana perawatan terdapat sangat memerlukan suatu
pertimbangan , yaitu :
40
Perawatan ini berhubungan dengan riwayat kesehatan pasien.
Informasi mengenai penyakit sistemik ini bisa diperoleh dari dokter
keluarga atau dokter spesialis. Apabila orang tua kurang yakin mengenai
penyakit anaknya, dokter gigi dapat bertanya kepada dokter keluarga.
Manifestasi penyakit sistemik sering terlihat di rongga mulut, misalnya
blood dycrasia. Oleh karena itu setiap pemeriksaan harus selalu memeriksa
seluruh jaringan mukosa dan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
2. Perawatan sistemik
41
3. Perawatan persiapan
Pada anak yang menunjukkan karies yang aktif perlu diberikan diet
kontrol yaitu menghindari makanan yang menyebabkan karies dan
menganjurkan makanan yang baik. Sebagai perawatan permulaan untuk
kasus ini setelah semua jaringan karies dibuang, berikan eugenol fletcher.
Bila dijumpai keadaan yang memerlukan perawatan orto terutama kasus
yang berat, sebaiknya dikonsultasikan ke spesialis orto, juga bila diperlukan
tindakan bedah mulut. Perawatan endodonsi juga dilakukan pada tahap ini
sehingga tahap ini disebut juga tahap awal atau perawatan awal.
4. Perawatan korektif
2. Perawatan Operatif
45
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R. J., Rock, W. P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Alih bahasa :
Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.
Gopikrishna, Velayutham., et al. 2009. Assesment of Pulp Vitality. International
Journal of Paediatric Dentistry. 19:3-15
Grossman, Louis I., Seymour Oliet, and Carlos E. Del Rio. 1995. Ilmu Endodontik
Dalam Praktek ed 11. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Suwelo, Ismu Suharsono. Petunjuk Praktis Sistem Merawat Gigi Anak di Klinik.
Jakarta: EGC. 1991
Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Alih bahasa oleh
Narlan Sumawinata. Jakarta : EGC
46