PENDAHULUAN
juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata
pembelajaran bahasa yang aktif adalah siswa sebagai pembelajar bahasa. Dalam
di sekolah dewasa ini, tidak sesuai dengan yang diharapkan, apabila jika dikaitkan
mereka tidak memahami secara mendalam apa yang mereka hafalkan. Sebagian
sistem pembelajaran yang tradisional yaitu siswa hanya diberi pengetahuan secara
1
membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya
yang harus dipahami oleh siswa yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah macam-macam pendekatan dalam proses pembelajaran ?
2. Apa saja keuntungan dan kekurangan dari tiap-tiap bentuk pendekatan proses
pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
secara umum, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach).
pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran juga merupakan
aktivitas guru di dalam memilih kegiatan pembelajaran, yaitu sistem untuk memudahkan
pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pendekatan pembelajaran juga berguna untuk
memperjelas dan juga mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan
juga mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Ada beberapa jenis pendekatan
pembelajaran, diantaranya pendekatan konstruktivisme, pendekatan problem solving,
pendekatan open – ended, dan pendekatan realistik.
Didalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan, dan berbagai metode
pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama
diselenggarakannya proses proses keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka
pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika
guru terlibat didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkan, maka yang
berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar.
3
A. Pendekatan Kontekstual
4
Kelebihan dari pendekatan pembelajaran kontekstual
1. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi
yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu
isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru
akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa
tadi tidak sama.
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
3. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya.
4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
5
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
B. Pendekatan Kontruktivisme
6
1. Belajar berarti membentuk makna.
2. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai
perkembangan pemikiran dengan membuat pegertian baru.
3. Proses belajar yang sebenanya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan
yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
4. Hasil dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.
5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar.
7
b) Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
C. Pendekatan Realistik
8
Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutka tiga prinsip kunci dalam pendekatan
realistik, ketiga kunci tersebut adalah:
Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran matematika
realistik, yaitu sebagai berikut:
9
informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal.
Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta
mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya.
Disini guru bertindak sebagai fasilitator.
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik) Aritmatika sosial
tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat pada
pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan
sehari- hari.
a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
b. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
d. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.
10
mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab
permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.Pembelajaran
dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada
siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab
masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar),
sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses
menemukan sesuatu yang baru.
11
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangt sulit sehingga
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang
diberikan.
c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban
mereka.
d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
E. Pendekatan Saintifik
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
12
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
f. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan.
a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang
kurang pandai, akan mengalami kesilitan abstrak atau 22 berpikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu
yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
F. Pendekatan Tematik
13
pembelajaran terpadu. Keterpaduan dalam pembelajran ini dapat dilihat dari aspek proses dan
waktu, aspek kurikulum, dan aspek kegiatan mengajar belajar (scenario pembelajaran).
Pembelajaran tematik menggunakan tema sebagai titik awal (starting point) kegiatan
mengajar belajar. Tema ini memiliki peran sebagi berikut.
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi berbahasa/komunikasi dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
misalnya bercerita, menulis deskripsi, mengumpulkan data, dan sebagainya untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa sekaligus mata pelajaran lainnya.
f. Dapat menghemat waktu Pembelajaran tematik memberikan perhatian besar pada
pengalaman belajar siswa, misalnya :
Dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, tetapi bermakna bagi siswa
Sedapat mungkin belajar melalui pengalaman langsung, atau dengan menggunakan
model-model representasi
Menghubungkan materi yang dipelajari dengan konsep yang sudah dipahami siswa.
Secara harfiah, problem posing bermakna mengajukan soal atau masalah. Silver
(1996) mengemukakan batasan problem posing sebagai berikut : ” The term problem posing
has been used to refer both to the generation of new problem and to the reformulation of
given problems”. Maknanya, problem posing dapat diartikan sebagai pembuatan masalah
baru maupun merumuskan kembali masalah yang telah diberikan.
Selanjutnya Silver mengemukakan tiga bentuk aktivitas kognitif yang berbeda yang terkait
dengan problem posing, yaitu sebagai berikut:
a. Presolution posing, yaitu seorang siswa menghasilkan soal yang berasal dari situasi
atau stimulus yang disajikan atau diberikan
14
b. Within-solution posing, yaitu seorang siswa merumuskan kembali soal seperti yang
sedang diselesaikan
c. Postsolution posing, yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang
sudah dipecahkan untuk menghasilkan soal baru.
Suryanto (dalam Siswono, 1999) membagi definisi problem posing menjasdi tiga
yaitu sebagai berikut.
a. Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang
ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini
terjadi dalam pemecahan soal-soal yang rumit, dengan pengertian bahwa problem
posing merupakan salah satu langkah dalam menyusun rencana pemecahan masalah.
b. Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal
yang telah dipevahkan dalam rangka pencarian alternative pemecahan atau alternative
soal yang relevan.
c. Problem posing adalah perumusan soal atau pembentukan soal dari situasi yang
tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah pemecahan masalah.
a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan Pembelajaran ini. Misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati
serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
c. Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama.
d. Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.
15
16
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang diterangkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang
dapat kita lakukan bisa dengan pendekatan konstruktivisme, pendekatan problem solving,
pendekatan open-ended, dan pendekatan realistic,pendekatan tematik,pendekatan
saintifik.Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar
itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami
anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang
guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar
mengajar yang menyenangkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://semutlewat.blogspot.com/2013/01/makalah-pendekatan-dalam-pembelajaran.html
18