Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendekatan pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar

mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, pendekatan pembelajaran

juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata

pelajaran. Penerapan pendekatan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan

suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan pendekatan

pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan mengoptimalkan dan berorientasi pada prestasi belajar.

Pembelajaran bahasa pada intinya merupakan proses belajar bahasa, sedangkan

pengajaran bahasa menitikberatkan pada proses mengajarkan bahasa. Jadi, dalam

pembelajaran bahasa yang aktif adalah siswa sebagai pembelajar bahasa. Dalam

rangka mewujudkan pemerataan hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan

kurikulum dengan kompetensi lulusan yang memiliki keunggulan bertaraf lokal,

nasional dan global.Untuk itu diperlukan pembelajaran yang handal. Pembelajaran

di sekolah dewasa ini, tidak sesuai dengan yang diharapkan, apabila jika dikaitkan

dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Banyak siswa yang

mempunyai kemampuan menghapal materi yang diterima dengan baik, tetapi

mereka tidak memahami secara mendalam apa yang mereka hafalkan. Sebagian

besar siswa belum mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan

pengetahuan yang digunakan atau dimanfaatkan. Hal ini disebabkan penggunaan

sistem pembelajaran yang tradisional yaitu siswa hanya diberi pengetahuan secara

lisan (ceramah) sehingga siswa menerima pengetahuan secara abstrak (hanya

membayangkan) tanpa mengalami atau melihat sendiri. Padahal siswa

1
membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya

karena pembelajaran tidak hanya berupa transfer pengetahuan tetapi sesuatu

yang harus dipahami oleh siswa yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada

hanya mengetahui secara lisan saja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah macam-macam pendekatan dalam proses pembelajaran ?
2. Apa saja keuntungan dan kekurangan dari tiap-tiap bentuk pendekatan proses
pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui berbagai macam pendekatan dalam proses pembelajaran


2. Mengetahui keuntungan dan kekurangan berbagai macam pendekatan dalam
proses pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pendekatan pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.

secara umum, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach).

pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran juga merupakan
aktivitas guru di dalam memilih kegiatan pembelajaran, yaitu sistem untuk memudahkan
pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pendekatan pembelajaran juga berguna untuk
memperjelas dan juga mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan
juga mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.

dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Ada beberapa jenis pendekatan
pembelajaran, diantaranya pendekatan konstruktivisme, pendekatan problem solving,
pendekatan open – ended, dan pendekatan realistik.

Didalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan, dan berbagai metode
pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama
diselenggarakannya proses proses keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka
pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika
guru terlibat didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkan, maka yang
berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar.

3
A. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan
menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan
membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.Pendekatan
konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan
melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya.

Johnson (2002) menjelaskan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada siswa


melakukan aktivitas berarti, berarti membantu mereka mengaitkan materi akademiknya
dengan konteks/ situasi kehidupan nyata. Ketika siswa merumuskan proyek atau
mengidentifikasi masalah-masalah yang menarik, ketika siswa membuat pilihan dan
menerima tanggung jawab, mencari informasi dan kesimpulan, ketika siswa aktif memilih,
mengurutkan, mengoorganisasikan, memegang/menyentuh, merencanakan, menyelidiki,
menanyakan, dan membuat keputusan untuk mencari objektif, maka siswa mengaitkan
konten akademik dengan situasi kehidupan nyata, sehingga dengan cara inilah siswa
menemukan makna.

Blanchard (2001) memandang pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang


membantu guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang
berguna untuk memotivasi siswa dalam membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan
dan aplikasinya dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan lingkungan
kerja. Dengan demikian inti pembelajaran kontekstual adalah melibatkan situasi dunia nyata
sebagai sumber maupun terapan belajar.

4
Kelebihan dari pendekatan pembelajaran kontekstual

1. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi
yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.

2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu
isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif

3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

6. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kelemahan pendekatan pembelajaran kontekstual

1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru
akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa
tadi tidak sama.

2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM

3. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya.

4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan


intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan

5
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

B. Pendekatan Kontruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih


menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.Pada dasarnya
pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan
dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan
masyarakat.Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing
dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru
yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk meningkatkan kemampuan siswa secara
pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan
pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.Secara umum
yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada
satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan
konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains.

prinsip-prinsip Pendekatan Konstruktivisme:


Menurut Suparno (1997:73) prinsip-prinsip konstruktivisme, yaitu :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2. Tekanan dalam proses pembelajaran terletak pada siswa
3. Mengajar adalah proses membantu siswa
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
5. Kurikulum menekan pada orientasi siswa
6. Guru adalah fasilitator

Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme :


Menurut Suparno (1997:61) ciri-ciri konstruktivisme, yaitu:

6
1. Belajar berarti membentuk makna.
2. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai
perkembangan pemikiran dengan membuat pegertian baru.
3. Proses belajar yang sebenanya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan
yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
4. Hasil dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.
5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar.

Langkah-langkah Pendekatan Konstruktivisme:


1. Tahap Persiapan (sebelum proses pembelajaran)
2. Tahap Pelaksanaan (saat proses pembelajaran)
3. Tahap Evaluasi (setelah proses pembelajaran)

Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme


a) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasannya.
b) pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena
dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong
untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang
siswa.
c) pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.

Kelemahan Pendekatan Konstruktivisme


a) Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan, hal ini
mengakibatkan terjadinya miskonsepsi.

7
b) Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.

C. Pendekatan Realistik

Pendekatan realistik menurut Sofyan adalah sebuah pendekatan pendidikan yang


berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri. Sedangkan
menurut Sudarman Benu pendekatan realistik adalah pendekatan yang menggunakan masalah
situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar matematika.Dalam
pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi-strategi informasi siswa berkembang
ketika mereka menyelesaikan masalah pada situasi-situasi biasa yang telah dikenal. Keadaan
itu yang dijadikan sebagai titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic
Mathematic Education (RME).

Ealistic Mathematic Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik


tolak pada hal-hal yang real bagi siswa. Teori ini menekankan ketrampilan proses, berdiskusi
dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan
sendiri (student invonting).Pada pendekatan realistik peran guru tidak lebih dari seorang
fasilitator, moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan
argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka serta melatih saling menghargai strategi
atau pendapat orang lain.Dapat dikatakan bahwa arti RME atau pendekatan Realistik adalah
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari-hari sebagai sumber
inspirasidalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut.

Prinsip-prinsip Pendekatan Realistik


Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:
1. Didominasi oleh masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai
sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
2. Perhatian diberikan pada pengembangan model”situasi skema dan simbol”.
3. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi
konstruktif dan produktif.
4. Interaktif sebagai karakteristik diproses pembelajaran matematika.
5. Intertwinning(membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan.

8
Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutka tiga prinsip kunci dalam pendekatan
realistik, ketiga kunci tersebut adalah:

a. Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif(Gunded


Reinvention/ Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik- topik
matematika, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama,
sebagai koknsep- konsep matematika dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata
yang memungkinkan adanya penyeleseian yang berbeda.
b. Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik matematika yang
akan diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
c. Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam memecahkan
‘contextual problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model
mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat berperan dalam menjembatani
pengetahuan informal dan pengetahuan formal serta konkret dan abstrak.

Ciri-ciri Pendekatan Realistik

Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran matematika
realistik, yaitu sebagai berikut:

1. Menggunakan masalah kontekstual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik


tolak dari mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah
matematika itu muncul(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
2. Menggunakan model atau jembatan Perhatian diarahkan kepada pengembangan
model, skema, dan simbolisasi dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan
menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang
pembelajaran aritmatika sosial.
3. Menggunakan kontribusi siswa Kontribusi yang besar pada saat proses belajar
mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari
metode informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari
diharapkan siswa dapat membedakan pengunaan aritmatika sosial terutama pada
jual beli. Contohnya: harga baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak
didiskon.
4. Interaktivitas Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan
guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi

9
informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal.
Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta
mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya.
Disini guru bertindak sebagai fasilitator.
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik) Aritmatika sosial
tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat pada
pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan
sehari- hari.

Kelebihan Pendekatan Realistik

a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
b. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
d. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kelemahan Pendekatan Realistik

a. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).


b. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
c. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mampu memahami materi pelajaran.

D. Pendekatan Pembelajaran Terbuka( Open –Ended Approach)

Menurut Suherman , problem yang diformulasikan memiliki multi,jawaban yang


benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal
terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan
untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada
suatu jawaban.Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam
mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak. Sifat ‘keterbukaan’ dari suatu
masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang
diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut.Contoh
penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta

10
mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab
permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.Pembelajaran
dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada
siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab
masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar),
sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses
menemukan sesuatu yang baru.

Tujuan pembelajaran Open-Ended problem menurut Nohda adalah membantu


mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing
secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.Pendekatan
Open-Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada siswa untuk meginvestigasi
berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi
permasalahan. Pokok pikiran pembelajaran ini adalah pembelajaran yang membangun
kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk
menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.

Kelebihan Pendekatan Open-Ended Approach

a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan


idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematik secara komprehensif.
c. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan
cara mereka sendiri.
d. Siswa secara instringsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e. Siswa memiliki pengalaman lebih banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.

Kelemahan Pendekatan Open-Ended Approach

a. Membuat dan menyiapkan permasalahan matematik yang bermakna bagi siswa


bukanlah pekerjaan yang mudah.

11
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangt sulit sehingga
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang
diberikan.
c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban
mereka.
d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

E. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintific adalah Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa


agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, ketrampilan dan lainnya melalui
tahapan mengamati , menanya, menalar, mencoba dan menbentuk jejaring untuk semua mata
pelajaran.Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran
meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah
data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta.Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural.Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan
nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Kelebihan Pendekatan Saintifik


Pendekatan scientific menggunakan pembelajaran discovery learning siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengaktegorikan,
menganalisis, mengintergrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
Kelebihan pendekatan saintifik menggunakan pembelajaran discovery learning adalah
sebagai berikut:

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan


dan proses-proses kognitif.

b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

12
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.

d. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan


akalnya dan motivasi sendiri.

e. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan


bekerjasama denagn yang lainnya.

f. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan.

Kekurangan Pendekatan Saintifik

Adapun kelemahan dari pendekatan scientific adalah sebagai berikut:

a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang
kurang pandai, akan mengalami kesilitan abstrak atau 22 berpikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

b. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu
yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.

c. Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan


aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

F. Pendekatan Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu pendekatan yang dianjurkan dalam


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk untuk memberikan
pengalaman yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik sering juga disebut

13
pembelajaran terpadu. Keterpaduan dalam pembelajran ini dapat dilihat dari aspek proses dan
waktu, aspek kurikulum, dan aspek kegiatan mengajar belajar (scenario pembelajaran).

Pembelajaran tematik menggunakan tema sebagai titik awal (starting point) kegiatan
mengajar belajar. Tema ini memiliki peran sebagi berikut.

a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi berbahasa/komunikasi dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
misalnya bercerita, menulis deskripsi, mengumpulkan data, dan sebagainya untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa sekaligus mata pelajaran lainnya.
f. Dapat menghemat waktu Pembelajaran tematik memberikan perhatian besar pada
pengalaman belajar siswa, misalnya :
 Dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, tetapi bermakna bagi siswa
 Sedapat mungkin belajar melalui pengalaman langsung, atau dengan menggunakan
model-model representasi
 Menghubungkan materi yang dipelajari dengan konsep yang sudah dipahami siswa.

G. Pendekatan Problem Posing (Pengajuan Masalah)

Secara harfiah, problem posing bermakna mengajukan soal atau masalah. Silver
(1996) mengemukakan batasan problem posing sebagai berikut : ” The term problem posing
has been used to refer both to the generation of new problem and to the reformulation of
given problems”. Maknanya, problem posing dapat diartikan sebagai pembuatan masalah
baru maupun merumuskan kembali masalah yang telah diberikan.

Selanjutnya Silver mengemukakan tiga bentuk aktivitas kognitif yang berbeda yang terkait
dengan problem posing, yaitu sebagai berikut:

a. Presolution posing, yaitu seorang siswa menghasilkan soal yang berasal dari situasi
atau stimulus yang disajikan atau diberikan

14
b. Within-solution posing, yaitu seorang siswa merumuskan kembali soal seperti yang
sedang diselesaikan
c. Postsolution posing, yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang
sudah dipecahkan untuk menghasilkan soal baru.

Suryanto (dalam Siswono, 1999) membagi definisi problem posing menjasdi tiga
yaitu sebagai berikut.

a. Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang
ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini
terjadi dalam pemecahan soal-soal yang rumit, dengan pengertian bahwa problem
posing merupakan salah satu langkah dalam menyusun rencana pemecahan masalah.
b. Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal
yang telah dipevahkan dalam rangka pencarian alternative pemecahan atau alternative
soal yang relevan.
c. Problem posing adalah perumusan soal atau pembentukan soal dari situasi yang
tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah pemecahan masalah.

Kelebihan Pendekatan Problem Solving

a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.


b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja.

Kelemahan Pendekatan Problem Solving

a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan Pembelajaran ini. Misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati
serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
c. Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama.
d. Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.

15
16
BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang diterangkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang
dapat kita lakukan bisa dengan pendekatan konstruktivisme, pendekatan problem solving,
pendekatan open-ended, dan pendekatan realistic,pendekatan tematik,pendekatan
saintifik.Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar
itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami
anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang
guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar
mengajar yang menyenangkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Zuldafrial (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Cakrawala Media

Johar, rahmah (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

http://semutlewat.blogspot.com/2013/01/makalah-pendekatan-dalam-pembelajaran.html

18

Anda mungkin juga menyukai