Oleh:
Pembimbing :
dr. Ika Rahma Mustika Hati, M.K.K
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja bahaya potensial yang didapatkan pada karyawan PT. A.M.O?
2. Bagaimana mengidentifikasi kejadian CTS sebagai penyakit akibat kerja
pada karyawan PT. A.M.O?
3. Apakah rencana penatalaksanaan CTS pada karyawan PT. A.M.O?
TUJUAN
MASALAH
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah pengetahuan terutama
mengenai CTS (Carpal tunnel syndrom) terhadap penyakit akibat kerja
2. Manfaat Aplikatif
Sebagai acuan dan menambah pengetahuan pentingnya posisi kerja yang
ergonomis dalam pekerjaan sehingga mengurangi resiko penyakit akibat
kerja.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau cerutan
terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum. Dulu sindroma ini juga
disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial
thenar atrophy (Campbell, 2005).
Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala akibat penekanan
nervus medianus ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan
dan lengan dan disfungsi otot yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan
kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja.
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical
Guideline, Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N.
medianus ditingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan
tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf ditingkat itu.
Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi
dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri
tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia,
jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik,
faktor mekanis dan penyakit lokal (American Academy of Orthopaedic
Surgeons, 2007).
B. Epidemiologi
Carpal Tunnel syndrome adalah salah satu gangguan saraf yang umum
terjadi. Sebuah survei di California memperkirakan 515 dari 100.000 pasien
mencari perhatian medis untuk carpal tunnel syndrome pada tahun 1988. Di
Belanda, prevalensinya dilaporkan 220 per 100.000 orang.
Angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Amerika Serikat telah
diperkirakan sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan
revalensi sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi umum. Orang tua
setengah baya lebih mungkin beresiko dibandingkan orang yang lebih muda,
dan wanita tiga kali lebih sering daripada pria (Joseph, 2012).
Jaga et al meneliti bahwa pekerjaan yang berisiko tinggi mengalami
carpal tunnel syndrome adalah:
1. Pekerja yang terpapar getaran
2. Pekerja perakitan
3. Pengolahan makanan dan buruh pabrik makanan beku
4. Pekerja took
5. Pekerja industry
6. Pekerja tekstil
7. Pengguna computer
(Mc Cabe, 2007).
C. Etiologi
Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan
volar dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat
sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik
N. medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga
dan keempat. Di terowongan karpal N.medianus sering terjadi terjepit.
N.medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera oleh trauma
langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari
N.medianus sehingga mengahasilkan rasa kesemutan. Itulah parestesia atau
hipestesia dari “Carpal Tunnel Syndrome” (Mc Cabe dkk, 2007).
Terdapat beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko CTS
yaitu usia lanjut, jenis kelamin, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor
risiko lain termasuk kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena
gerakan berulang dan kumulatif, sejarah keluarga yang kuat, gangguan medis
tertentu seperti hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit rematologi,
arthritis, penyakit ginjal, trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan
dan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat
dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat
keparahan yang lebih besar (Pecina, 2001).
D. Gambaran Klinis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4
sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari-jari (Salter, 1993).
Komar dan Ford membahas dua bentuk carpal tunnel syndrome: akut
dan kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pada
pergelangan tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan
gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk
kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada
dalam carpal tunnel syndrome (Pecina, 2001).
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala
lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam
hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri
ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-
gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang
lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak
mengistirahatkan tangannya (Rambe, 2004).
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi
kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-otot
lainya yang diinervasi oleh nervus medianus (Mumenthaler, 2006).
Gambar 3. Gejala dan Tanda Carpal Tunnel Syndrome
E. Diagnosis
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di
atas dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada
penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan
otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosa CTS adalah:
a. Phalen's test: Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes
ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos
leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra.
USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang
akan dioperasi. USG dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf
median di carpal tunne proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal
tunnel syndrome (Rambe, 2004).
4. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda
tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah
lengkap (Rambe, 2004).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi,
durasi gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu
penyakit sekunder untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit
sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan
obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit
pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal 2 bulan terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang.
Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang
mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang cukup
mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi (Latov,
2007).
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
1. Terapi langsung terhadap CTS
a. Terapi konservatif
Istirahatkan pergelangan tangan.
Obat anti inflamasi non steroid.
Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-
3 minggu.
Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM)
latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan
ketegangan dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain
dari ekstremitas atas.
Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25
pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di
sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Sementara
suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga
atau empat suntikan,. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien di bawah
usia 30 tahun.
Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa
pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar. Namun
pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.
Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS
bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang
paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan
bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,
sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya
sensibilitas yang persisten (Rambe, 2004).
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik
operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan
mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal,
tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering
menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf.
Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly
maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi
secara terbuka (Rambe, 2004).
G. Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa
baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan
operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi
karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita
CTS penyembuhan post operatifnya bertahap. Bila setelah dilakukan tindakan
operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali
kemungkinan berikut ini: (Bachrodin, 2011).
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap
nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
Bahaya Potensial
Gangguan
Risiko Kecelakaan
UrutanKegiatan Fisiologik/ Psikolog kesehatan yang
Fisik Kimia Biologi kerja
Ergonomi i mungkin terjadi
Penerimaan bahan baku - Asap Mikrobiologi Mengangkat - ISPA Tergelincir
kendaraan (jamur, bakteri, fish box Low Back Pain
dll) Lantai licin Fraktur
Dislokasi
PPOK
Dermatitis
kontak
Penampungan, Penimbangan, dan - - - Gerakan - Sinkop Tergelincir
Sortasi berulang Vertigo
Berdiri lama fatigue
Myalgia
Lantai licin Fraktur
Dislokasi
Carpal Tunnel
Syndrom
Bahaya Potensial
Gangguan
Risiko Kecelakaan
UrutanKegiatan Fisiologik/ Psikolog kesehatan yang
Fisik Kimia Biologi kerja
Ergonomi i mungkin terjadi
Pencucian dan Penyusunan dalam Dingin Cairan - Lantai licin, - Hipotermia Tergelincir
pan kimia Fraktur
Bau amis penghilang Dislokasi
bau amis kram
common cold
DKI
18
licin, tempat istirahat dan ruang ganti baju pekerja yang kurang layak, serta
toilet yang tidak bersih.
b. Pelayanan preventif
Perlindungan pada tenaga kerja sebelum adanya proses gangguan kerja
telah dilakukan namun belum maksimal. Pekerja di PT. AMO terkadang
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek, sarung
tangan dan masker, namun tidak terdapat pengawasan terhadap pekerja
yang tidak menggunakan APD. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala,
khusus dan purna tugas tidak dilakukan oleh PT. AMO.
c. Pelayanan kuratif
Untuk pelayanan pengobatan belum diberikan oleh pihak PT. AMO.
d. Pelayanan rehabilitatif
Belum terdapat pelayanan rehabilitatif disebabkan pekerja belum ada
yang mengalami penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah
mengakibatkan cacat permanen.
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 43 Tahun
19
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : Sekolah Menegah Atas
Agama : Islam
Suku : Muna
Alamat : Baruga Kendari
Tanggal Periksa : 20 Agustus 2019
B. Anamnesis Klinis
1. Keluhan Utama
Nyeri pada bagian Ibu jari, telunjuk, jari tengah dan nyeri pada
pergelangan tangan kanan.
2. Anamnesis Terpimpin
Ny. A mengalami nyeri pada ibu jari ,telunjuk dan pergelangan tangan
kanan sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri di ketiga jarinya di
tangan kanan dan pergelangan tangan kanan terasa lebih berat ketika bekerja
mengemas ikan dan membawah kendaraan motor. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama sekitar 3 tahun yang lalu pada saat bekerja sebagai
klining servis di mall mandonga Kendari. Pasien mengatakan saat ini nyeri
ketiga jarinya diperberat saat membawa kendaraan motor. Pasien belum
pernah berobat ke dokter. Nyeri berkurang ketika pasien memijat tangannya
menggunakan balsem dan pasien kadang minum obat Asam Mefenamat
( dibeli sendiri) ketika mengalami nyeri hebat pada ketiga jarinya dan
pergelangan tangannya.
Sehari-hari pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan
Ikan. Pasien bekerja pada bagian pengemasan ikan dengan jadwal kerja 7
hari dalam seminggu dengan durasi 8 jam perhari, yakni mulai pukul 08.00-
16.00 WITA, terkadang juga pasien mendapat jadwal lembur hingga pukul
22.00 WITA. Dalam melakukan pekerjaannya pasien bekerja mem-packing
20
ikan. Pasien menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) hanya berupa Apron,
dan sepatu boot, pasien tidak menggunakan masker dan sarung tangan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama (+) yaitu 3 tahun yang
lalu pasien merasakan nyeri ketiga jarinya pada saat bekerja sebagai klining
servis di mall mandonga Kendari.
4. Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebiasaan dalam hal ini yaitu pola makan berlebih (-),
konsumsi karbohidrat berlebih (-), berolahraga rutin (-).
5. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan : pasien belum pernah berobat ke Dokter terkait
keluhannya. Namun Pasien pernah mengkonsumsi Asam Mefenamat apabila
nyeri yang dirasakan sudah tidak tertahankan, biasanya setelah pasien
membawa kendaraan bermotor ataupun setelah mengemas ikan.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Aspek ekonomi keluarga Ny. A dalam kategori Menengah kebawah.
Saat ini Ny. A memiliki penghasilan tetap yang bekerja sebagai karyawan di
perusahaan Ikan PT. Abadi Makmur Ocean. Pembiayaan kesehatan Ny. A
menggunakan kartu BPJS ketenagakerjaan.
7. Riwayat Gizi
Ny.A makan sebanyak 3 kali dalam sehari dengan komposisi nasi,
ikan, sayur dan lauk pauk yang beragam. Kadang mengkonsumsi buah-
buahan dan cemilan.
C. Anamnesis Okupasi
1. Jenis Pekerjaan
Tabel 1. Jenis pekerjaan Pasien
2. Uraian Tugas
21
Pasien bertugas mengemas ikan. Dalam pekerjaannya pasien berada di
lantai yang licin.
Jadwal Kerja
Satu minggu bekerja dengan durasi 8 jam kerja per hari yakni mulai
pukul 08.00 – 16.00 WITA, dengan waktu isitrahat mulai pukul 12.00-13.00
WITA. Terkadang pasien mendapat jadwal lembur mlam hingga jam 10
malam.
Tabel 2. Uraian Kegiatan Sehari-hari
Jam Kegiatan
06.00-07.30 Sarapan
08.00-12.00 Bekerja
3. Bahaya potensial
Tabel 3. Bahaya Potensial di Lingkungan Kerja Pasien
Daftar Kegiatan Bahaya Potensial Gangguan Resiko
Kesehatan Kecelakaan
Fisika Kimia Biologi Ergonomi Psikolo
gi
22
Mengeluarkan Suhu Mikrobiolo Posisi LBP, CTS, Nyeri otot
ikan dari lemari dingin - gi (jamur, mendorong - Hipotermi,
Tergelincir
pendingin bakteri dll) dan Dermatitis
mempertah
ankan
muatan di
atas troli
23
tangan dan masker yang telah disiapkan perusahaan sehingga pasien
mengeluhkan nyeri pada jari-jarinya.
Hasil wawancara yang dilakukan bersama rekan-rekan kerja Ny.A,
selain dia ada 2 lagi yang mengalami keluahan serupa tetapi waktu
kemunculannya berbeda-beda. Mereka adalah Ny.S (32 tahun) dan Tn.T (27
tahun).
Ket :
Nyeri :
Pegal – Pegal : ////
24
Kesemutan : XXX
Baal : VVV
Interpretasi :
Hands and wrists : Kanan =3 (High)
Kiri = 0 (Low)
Elbows : Kanan = 0 (Low)
Kiri = 0 (Low)
Shoulders : Kanan = 4 (High)
Kiri = 4 (High)
25
Neck : 3 (High)
Back : 4 (High)
Legs : 4 (High)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak baik, sakit ringan, kesadaran kompos
mentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekwensi nadi : 92 x/menit
Frekwensi napas : 23 x/menit
Suhu : 37 oC
Berat badan : 62 Kg
Tinggi badan : 160 cm
Gizi : Baik
Status Generalisata
- Kepala : Normosefal, rambut dalam batas normal
- Kulit : Pucat (-), peteki (-), ekimosis (-).
- Mata : Pupil isokor
- Telinga : Otore (-)
- Hidung : Rinore (-)
- Mulut : Stomatitis (-), lidah kotor (-)
- Tonsil : T1/T1
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri = kanan, retraksi (-),
Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal fremitus normal kiri =
kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : Bronchovesikuler, BT : Rhonki -/- Wheezing : +/+
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
26
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
Auskultasi: Bunyi Jantung I/II murni regular
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus kesan normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Ekstremitas : - Pergelangan tangan tidak tampak kemerahan
- Nyeri gerak
Tabel 4. Pemeriksaan Kelenjar limfe
Pemeriksaan Khusus:
1. Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat
sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
2. Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet
dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di
atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa.
3. Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
27
4. Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud
D. Pemeriksaan Penunjang
-
E. Resume
Ny. A mengalami nyeri pada ibu jari ,telunjuk dan pergelangan tangan
kanan sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri di ketiga jarinya di
tangan kanan dan pergelangan tangan kanan terasa lebih berat ketika bekerja
mengemas ikan dan membawah kendaraan motor. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama sekitar 3 tahun yang lalu saat bekerja sebagai cleaning
service di Mall Mandonga Kendari (bekerja selama 2 tahun). Pasien
mengatakan saat ini nyeri ketiga jarinya diperberat saat membawa kendaraan
motor. Pasien belum pernah berobat ke dokter. Nyeri berkurang ketika pasien
memijat tangannya menggunakan balsem dan pasien kadang minum obat
Asam Mefenamat ketika mengalami nyeri hebat pada ketiga jarinya dan
pergelangan tangannya.
Sehari-hari pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan
ikan. Pasien bekerja pada bagian pengemasan ikan dengan jadwal kerja 7 hari
dalam seminggu dengan durasi 8 jam perhari, yakni mulai pukul 08.00-16.00
WITA, terkadang juga pasien mendapat jadwal lembur hingga pukul 22.00
WITA. Dalam melakukan pekerjaannya pasien bekerja mengemas ikan.
Pasien menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) hanya berupa Apron, dan
sepatu boot, pasien tidak menggunakan masker dan sarung tangan.
Hasil wawancara yang dilakukan bersama rekan-rekan kerja Ny.A,
selain dia ada 2 lagi yang mengalami keluahan serupa tetapi waktu
28
kemunculannya berbeda-beda. Mereka adalah Ny.S (32 tahun) dan Tn.T (27
tahun).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan tes phallen pasien mengeluhkan nyeri (+) dan diperberat
dengan pergerakan.
C. DIAGNOSA KERJA
Carpal tunnel Syndrom
29
Langkah Diagnosis Uraian
pekerja di Tempat Kimia : -
Kerja Biologi: jamur dan bakteri
Ergonomi: Mendorong dan mempertahankan muatan diatas troli,
mengangkat beban yang berat (±50 kg), Gerakan fleksi dan
ekstensif repetitive
Psikososial : kerja yang monoton.
3. Menentukan Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau
Hubungan pajanan cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal
dengan diagnosa klinis pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum.
30
Langkah Diagnosis Uraian
bahwa kejadian CTS akan meningkat setelah usia 40 tahun
dengan masa kerja ±20 tahun dan akan semakin meningkat
seiring dengan waktu pajanan. Selain itu Berat beban yang
direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan adalah 23-25 kg,
sedangkan mengangkat beban sebainya tidak melebihi dari
aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-
18) sebesar 12-15kg. dalam hal ini nelayan tangkap melakukan
gerakan yang berulang dan mengangkat ikan dengan beban 10
ton setiap harinya dalam waktu 30 hari di laut hal demikian berat
beban melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh
departemen kesehatan.1,9
F. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
31
G. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN
2. Mendorong dan
mempertahankan
muatan diatas troli,
Terapi non medikamentosa
mengangkat beban
Di lakukannya edukasi berupa: Keluhan tidak
yang berat (±50 kg),
Perbaiki posisi saat bekerja bertambah
Gerakan fleksi dan Melakukan gerakan perengangan berat
ekstensif repetitive otot di sela-sela pekerjan
Mengajarkan pasien senam
ergonomis
Menggunakan bidai posisi netral
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala akibat penekanan nervus
medianus ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan
lengan dan disfungsi otot yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan
kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja.
2. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penilaian bahaya potensial di
lingkungan kerja pasien maka dapat disimpulkan bahwa Carpal Tunnel
Syndrome yang di deritanya saat ini termasuk ke dalam penyakit akibat
hubungan kerja (PAHK).
B. Saran
32
1. Agar pihak industri melakukan peninjauan bahaya potensial secara berkala
serta memperbaiki sistim pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).
2. Menyarankan kepada pasien untuk mempertimbangkan agar pindah tempat
kerja ke lingkungan yang kurang memiliki risiko pencetus.
DAFTAR PUSTAKA
33
4. Kurniawan, S. N., Husna, M., Rasyid, H. A., Bilqis, N. E. 2016. Hubungan
Antara Gejala Klinis Carpal Tunnel Syndrome Dan Hasil Pemeriksaan
Elektroneuromiografi Di Rssa Malang. Universitas Brawijaya. Malang.
10. Joseph J. Biundo, and Perry J. Rush. 2012. Carpal Tunnel Syndrome.
American College of Rheumatology.
11. Jagga, V. Lehri, A. 2011. Occupation and its association with Carpal Tunnel
syndrome-A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. Vol. 7, No.
2: 68-78.
34
12. Mc Cabe, Steven J. 2007. Epidemiologic Associations of Carpal Tunnel
Syndrome and Sleep Position: Is There a Case for Causation?. American
Association for Hand Surgery. No.2 :127–134.
13. Latov, N. 2007. Peripheral Neuropathy. Demos Medical Publishing. New York.
14. Salter RB. 1993. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co;.p.274-275.
17. Jeffrey, NK, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med. 2002. Vol. 346.
18. Tana, Lusianawaty . 2004. Carpal tunnel syndrome Pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Buletin Peneliti Kesehatan. 2004. vol. 32, no. 2: 73-82.
19. Bachrodin, Moch. 2011.Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. Vol.7 No.
14.
35
36
37
Anamnesis pasien