Anda di halaman 1dari 37

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat LAPORAN KASUS

Dan Kedokteran Komunitas OKTOBER 2019


Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo

CARPAL TUNNEL SYNDROME


PADA KARYAWAN PT. A.M.O

Oleh:

Rahmawan Adhy Putra, S.Ked K1A1 13 128


Dian Ismail, S.Ked K1A1 11 049
A.M. Akramullah Dendi J, S. Ked K1A1 13 004
Nasrul, S. Ked K1A1 13 154
Yacoba Patandianan, S. Ked K1A1 12 106
Widyanty Hamdany, S. Ked K1A1 12 030

Pembimbing :
dr. Ika Rahma Mustika Hati, M.K.K

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang


memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah,
mengurangi bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya. Melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang
yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang
(Hoten dkk, 2015).

K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit


akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran,
kelembaban udara, dan hal-hal lain yang menyebabkan kerusakan pada
pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan,
kerusakan jaringan tubuh akibat sinar UV, percikan benda panas ,dan lain-
lain. K3 dalam konteks kerja berkaitan dengan waktu dan shift dalam
bekerja, waktu rekreasi dan libur dan waktu pergantian dalam shift bekerja
(Salmah, 2014).

Penyebab penyakit akibat kerja terdiri dari berbagai macam


diantaranya golongan fisik, golongan kimiawi, golongan biologik,
ganguan fisiologik (Ergonomi) dan gangguan psikososial. Namun akhir-
akhir ini gangguan ergonomi atau fisiologik yang menyebabkan gangguan
muskuloskeletal pada pekerja. Hal ini didukung oleh data dari Departemen
Kesehatan (2005) menyatakan bahwa dalam profil masalah kesehatan di
Indonesia tahun 2005, menunjukkan sekitar 40,5% penyakit yang diderita
pekerja sehubungan dengan pekerjaannya terhadap 9.482 pekerja di 12
kabupaten atau kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan penyakit
Musculoskeletal Disorders (MSD’s) sebanyak 16%, kardiovaskuler (8%),
gangguan saraf (3%) dan gangguan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
(THT) sebanyak 1,5%. Disini dapat diketahui bahwa dari semua penyakit
akibat kerja yang terjadi di setiap perusahaan di Indonesia cedera
muskuloskeletal adalah penyakit yang menduduki posisi paling rentan
diantara penyakit akibat kerja lainnya dengan persentase 16%.

Penyakit akibat kerja ditimbulkan karena hubungan kerja atau yang


disebabkan oleh pekerjaan dan sikap kerja. Faktor fisik dan kondisi
lingkungan kerja, dapat menjadi pendorong resiko terjadinya cidera atau
sakit pada sistem neuro muscular. Faktor fisik tersebut diantaranya
gerakan dengan kekuatan dan berulang, tekanan statis pada otot dan
tekanan oleh mesin atau getaran, dan suhu yang terlalu panas atau dingin,
serta postur kerja yang tidak ergonomis, yang dipengaruhi oleh desain
perlengkapan, alat-alat atau tempat kerja. Faktor tersebut akan semakin
mempengaruhi dan dirasakan sebagai pemicu penyakit akibat kerja setelah
masa kerja tertentu. Faktor-faktor pengaturan kerja seperti waktu kerja,
arah gerak kerja, waktu istirahat yang kurang dan pekerjaan yang monoton
dapat meningkatkan resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome(CTS)
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah kumpulan gejala akibat penekanan
pada nervus medianus oleh ligamentum karpal transversal, di dalam
terowongan karpal pada pergelangan tangan (Kamilah dkk, 2018).

Angka kejadian CTS di Amerika Serikat telah diperkirakan sekitar


1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan prevalensi sekitar 50
kasus dari 1.000 orang pada populasi umum. Prevalensi kejadian CTS
dalam masalah kerja di Indonesia sendiri belum diketahui karena belum
adanya survei yang dilakukan. Namun, pada penelitian yang dilakukan
pada populasi dengan pekerjaan berisiko tinggi pada pergelangan tangan
dan tangan, didapatkan prevalensi CTS sebesar 5,6% sampai dengan 15%
(Kurniawan dkk, 2015).

RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja bahaya potensial yang didapatkan pada karyawan PT. A.M.O?
2. Bagaimana mengidentifikasi kejadian CTS sebagai penyakit akibat kerja
pada karyawan PT. A.M.O?
3. Apakah rencana penatalaksanaan CTS pada karyawan PT. A.M.O?

TUJUAN

Untuk mengetahui pendekatan diagnosis kedokteran okupasi


penyakit Carpal tunnel syndrome (CTS) akibat hubngan kerja pada
karyawan industri ikan PT. A.M.O

MASALAH

1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah pengetahuan terutama
mengenai CTS (Carpal tunnel syndrom) terhadap penyakit akibat kerja
2. Manfaat Aplikatif
Sebagai acuan dan menambah pengetahuan pentingnya posisi kerja yang
ergonomis dalam pekerjaan sehingga mengurangi resiko penyakit akibat
kerja.

BAB II
LAPORAN KASUS
A. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau cerutan
terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum. Dulu sindroma ini juga
disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial
thenar atrophy (Campbell, 2005).
Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala akibat penekanan
nervus medianus ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan
dan lengan dan disfungsi otot yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan
kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja.
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical
Guideline, Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N.
medianus ditingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan
tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf ditingkat itu.
Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi
dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri
tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia,
jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik,
faktor mekanis dan penyakit lokal (American Academy of Orthopaedic
Surgeons, 2007).

B. Epidemiologi
Carpal Tunnel syndrome adalah salah satu gangguan saraf yang umum
terjadi. Sebuah survei di California memperkirakan 515 dari 100.000 pasien
mencari perhatian medis untuk carpal tunnel syndrome pada tahun 1988. Di
Belanda, prevalensinya dilaporkan 220 per 100.000 orang.
Angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Amerika Serikat telah
diperkirakan sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan
revalensi sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi umum. Orang tua
setengah baya lebih mungkin beresiko dibandingkan orang yang lebih muda,
dan wanita tiga kali lebih sering daripada pria (Joseph, 2012).
Jaga et al meneliti bahwa pekerjaan yang berisiko tinggi mengalami
carpal tunnel syndrome adalah:
1. Pekerja yang terpapar getaran
2. Pekerja perakitan
3. Pengolahan makanan dan buruh pabrik makanan beku
4. Pekerja took
5. Pekerja industry
6. Pekerja tekstil
7. Pengguna computer
(Mc Cabe, 2007).

C. Etiologi
Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan
volar dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat
sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik
N. medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga
dan keempat. Di terowongan karpal N.medianus sering terjadi terjepit.
N.medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera oleh trauma
langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari
N.medianus sehingga mengahasilkan rasa kesemutan. Itulah parestesia atau
hipestesia dari “Carpal Tunnel Syndrome” (Mc Cabe dkk, 2007).
Terdapat beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko CTS
yaitu usia lanjut, jenis kelamin, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor
risiko lain termasuk kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena
gerakan berulang dan kumulatif, sejarah keluarga yang kuat, gangguan medis
tertentu seperti hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit rematologi,
arthritis, penyakit ginjal, trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan
dan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat
dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat
keparahan yang lebih besar (Pecina, 2001).

Beberapa penyebab dan fator-faktor yang berpengaruh terhadap


kejadian carpal tunnel syndrome antara lain:
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
3. Pekerjaan: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang.
4. Degeneratif: osteoartritis.
5. Inflamasi: Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome (Latov, 2007).

D. Gambaran Klinis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4
sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari-jari (Salter, 1993).
Komar dan Ford membahas dua bentuk carpal tunnel syndrome: akut
dan kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pada
pergelangan tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan
gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk
kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada
dalam carpal tunnel syndrome (Pecina, 2001).
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala
lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam
hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri
ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-
gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang
lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak
mengistirahatkan tangannya (Rambe, 2004).
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi
kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-otot
lainya yang diinervasi oleh nervus medianus (Mumenthaler, 2006).
Gambar 3. Gejala dan Tanda Carpal Tunnel Syndrome

E. Diagnosis
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di
atas dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu:

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada
penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan
otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosa CTS adalah:
a. Phalen's test: Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes
ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

Gambar 2.2 Phalen’s Test

Gambar 4. Phalen’s Test


b. Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan
tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan
tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul
gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
c. Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia
atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan
perkusi padaterowongan karpal dengan posisi tangan sedikit
dorsofleksi.

Gambar 5. Tinel’s Test

d. Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau


menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa
tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
e. Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya
atrofi otot-otot thenar.
f. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara
manual maupun dengan alat dynamometer.
g. Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan
secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan
sehinggadapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala
seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
h. Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal
dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120
detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
i. Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari
dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan
penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes
dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
j. Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan
dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di
daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.
k. Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah
ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada
daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnose
CTS.
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah
test yang patognomonis untuk CTS (Tana, 2004).

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot
lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS. Kecepatan Hantar
Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya
KHS akan menurun dan masa latendistal (distal latency) memanjang,
menunjukkan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan
tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik (Latov,
2007).

3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos
leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra.
USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang
akan dioperasi. USG dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf
median di carpal tunne proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal
tunnel syndrome (Rambe, 2004).

4. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda
tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah
lengkap (Rambe, 2004).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi,
durasi gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu
penyakit sekunder untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit
sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan
obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit
pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal 2 bulan terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang.
Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang
mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang cukup
mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi (Latov,
2007).
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
1. Terapi langsung terhadap CTS
a. Terapi konservatif
 Istirahatkan pergelangan tangan.
 Obat anti inflamasi non steroid.
 Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-
3 minggu.
 Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM)
latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan
ketegangan dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain
dari ekstremitas atas.
 Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25
pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di
sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Sementara
suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga
atau empat suntikan,. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien di bawah
usia 30 tahun.
 Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa
pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar. Namun
pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.
 Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS
bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang
paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan
bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,
sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya
sensibilitas yang persisten (Rambe, 2004).
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik
operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan
mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal,
tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering
menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf.
Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly
maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi
secara terbuka (Rambe, 2004).

G. Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa
baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan
operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi
karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita
CTS penyembuhan post operatifnya bertahap. Bila setelah dilakukan tindakan
operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali
kemungkinan berikut ini: (Bachrodin, 2011).
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap
nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.

Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif


cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi
kembali (Bachrodin, 2011).

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

A. Profil Umum Perusahaan

Pelabuhan perikanan samudera (PPS) merupakan pusat industri


perikanan terpadu di Kawasan Timur Indonesia dan khususnya di Sulawesi
Tenggara yang mempunyai pekerja 9.113 orang yang sudah termaksud jumlah
nelayan. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pelabuhan Perikanan
Samudera ditunjang oleh pihak swasta untuk berinvestasi, sehingga dapat
memberikan dampak positif berupa kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat perikanan. Pada kawasan industri PPS Kendari
tercatat 25 Perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha perikanan,
salah satunya adalah PT. A.M.O.
PT. A.M.O. bertempat di Kompleks PPS Kendari, Jl. Samudra No.3,
Puday, Sulawesi Tenggara. Industri PT. A.M.O. yang didirikan pada tahun
2002 bergerak dalam bidang pengawetan dengan cara pembekuan.
Perusahaan ini membekukan berbagai macam ikan yang kemudian di
pasarkan ke Jakarta, Surabaya dan juga di ekspor ke negara Thailand.
Saat ini Industri Pengolahan Ikan PT. A.M.O. dipimpin oleh bapak
Rusia sejak tahun 2004 sampai sekarang. PT. A.M.O. memiliki 50 orang
karyawan, 20 karyawan tetap dan 30 karyawan lepas, dengan jam kerja mulai
dari 08.00-16.00 (PT.Abadi Makmur Ocean, 2018).

B. Alur Proses Produksi


Proses pembekuan ikan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Penerimaan bahan baku
Untuk pengadaan bahan baku, supplier mendatangkan bahan baku
dari nelayan dengan menggunakan truck dan mobil pick up. Bahan
baku diangkut dengan menggunaan fish box yang diberi es dan air.
b. Penampungan dan Penimbangan
Setelah pembongkaran bahan baku selanjutnya bahan baku berupa
Ikan ditimbang satu persatu, untuk mengetahui size/ukuran ikan dari
beratnya masing- masing.
c. Sortasi
Setelah penimbangan selanjutnya bahan baku berupa Ikan di sortir
menurut sizenya diatas meja proses. Tujuan penyortiran adalah
memperoleh ikan dalam bentuk atau kualitas yang baik dan ukuran
yang seragam.
d. Pembersihan dan pencucian
Setelah penyortiran, ikan dibersihkan dan diberi bahan kimia untuk
menghilangkan bau amis lalu dicuci.
e. Penyusunan dalam pan
Setelah dilakukan pencucian selanjutnya dilakukan penyusunan.
Proses ini dilakukan di ruang proses dengan menyusunnya di pan
yang berukuran 32x10 cm yang tiap pannya berisi ±10 kg ikan.
f. Pembekuan
Setelah dilakukan penyusunan selanjutnya proses pembekuan. Ikan
yang sudah disusun di atas pan selanjutnya diangkat menggunakan
trolly kedalam ruang pembekuan yaitu ABF (Air Blast Freezer)
dengan suhu -35ºC – -40oC dengan waktu pembekuan sekitar 8 – 12
jam.
g. Pengemasan dan Penyimpanan
Untuk menjaga suhu ikan langkah selanjutnya yaitu pada tahapan
proses pengemasan. Pengemasan dilakukan di ruang packing dengan
tetap menjaga suhu ruangan yaitu 16 0C. Ikan kemudian dikeluarkan
dari pan dengan cara dibalik. Kemudian ikan dimasukan ke dalam
kardus 35 x 45 x 10 cm bersih dari kotoran. Dalam satu buah kardus
berisi dua buah pan ikan beku. Setelah ikan dimasukan ke dalam
kardus sebagai kemasan sekunder, kemudian diberi label dengan cara
menuliskan kode produk yang diberi nama.
Tujuannya yaitu agar produk tidak tertukar dengan produk lain dan
memudahkan dalam penetapan di cold storage, proses selanjutnya
yaitu penyimpanan. Penyimpanan di cold storage harus menggunakan
pallet dan ditata sesuai jenis, mutu dan size.
h. Pengiriman
Setelah melalui tahap pengolahan dengan prosedur yang baik maka
dapat dipastikan seluruh produk yang tersimpan siap untuk
dipasarkan. Produk-produk yang siap untuk dipasarkan hendaknya
memenuhi spesifikasi baik ukuran, dan bentuk kualitasnya sesuai
dengan permintaan konsumen. Dengan demikian, konfirmasi
penjualan dapat dilakukan kepada dua belah pihak melalui syarat-
syarat penjualan yang disepakati.
C. Analisis Potensi Bahaya
Tabel 5. Potensi bahaya PT. A.M.O

Bahaya Potensial
Gangguan
Risiko Kecelakaan
UrutanKegiatan Fisiologik/ Psikolog kesehatan yang
Fisik Kimia Biologi kerja
Ergonomi i mungkin terjadi
Penerimaan bahan baku - Asap Mikrobiologi Mengangkat - ISPA Tergelincir
kendaraan (jamur, bakteri, fish box Low Back Pain
dll) Lantai licin Fraktur
Dislokasi
PPOK
Dermatitis
kontak
Penampungan, Penimbangan, dan - - - Gerakan - Sinkop Tergelincir
Sortasi berulang Vertigo
Berdiri lama fatigue
Myalgia
Lantai licin Fraktur
Dislokasi
Carpal Tunnel
Syndrom
Bahaya Potensial
Gangguan
Risiko Kecelakaan
UrutanKegiatan Fisiologik/ Psikolog kesehatan yang
Fisik Kimia Biologi kerja
Ergonomi i mungkin terjadi
Pencucian dan Penyusunan dalam Dingin Cairan - Lantai licin, - Hipotermia Tergelincir
pan kimia Fraktur
Bau amis penghilang Dislokasi
bau amis kram
common cold
DKI

Pembekuan Dingin - - Mendorong - Hipotermia Terbentur,


troly Kontusio Tergelincir,
Fraktur Terlindas
Dislokasi

Pengamasan dan penyimpanan Dingin, - - Gerakan - Hipotermi Teriris


teriris berulang Commoncold Tergelincir
cutter , Mendorong Vulnus
troly scisum/incisivum
Carpal tunnel
syndrome
D. Pengendalian Bahaya
Tabel 6. Pengendalian bahaya

Hierarki Pengendalian Upaya Pengendalian


Bahaya
Eleminasi Tidak terdapat upaya eleminasi
Substitusi Tidak terdapat upaya substitusi,
pengerjaan masih dengan cara manual
tidak menggunakan robot
Redesain Penggunaan troli untuk memindahkan
bahan baku/pan
Administratif  Tidak terdapat standard operasional
yang baku untuk setiap proses produksi
 Tidak terdapat rambu-rambu peringatan
Alat Pelindung Diri  Celemek untuk menghindari pakayan
basah saat bekerja dalam mesin
pendingin
 Masker untuk mencegah terhirupnya
bau bahan kimia dan bau amis
 Penggunaan sepatu boots pada saat
bekerja karena lantai yang licin
 Penggunaan sarung tangan untuk
mencegah alat yang dipegang melukai
pekerja

E. Upaya Kesehatan Kerja


Upaya kesehatan kerja yang dilakukan oleh PT. A.M.O dinilai belum maksimal
dalam upaya promotif dan preventif pada saat melakukan kunjungan dan
wawancara kepada pekerja.
a. Pelayanan promotif
PT. AMO tidak melakukan upaya edukasi untuk meningkatkan
produktifitas kerja pegawainya. Pemeliharaan tempat dan lingkungan kerja
dinilai kurang sehat, dibuktikan dengan kondisi lantai bekerja dibiarkan

18
licin, tempat istirahat dan ruang ganti baju pekerja yang kurang layak, serta
toilet yang tidak bersih.
b. Pelayanan preventif
Perlindungan pada tenaga kerja sebelum adanya proses gangguan kerja
telah dilakukan namun belum maksimal. Pekerja di PT. AMO terkadang
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek, sarung
tangan dan masker, namun tidak terdapat pengawasan terhadap pekerja
yang tidak menggunakan APD. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala,
khusus dan purna tugas tidak dilakukan oleh PT. AMO.
c. Pelayanan kuratif
Untuk pelayanan pengobatan belum diberikan oleh pihak PT. AMO.
d. Pelayanan rehabilitatif
Belum terdapat pelayanan rehabilitatif disebabkan pekerja belum ada
yang mengalami penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah
mengakibatkan cacat permanen.

BAB IV
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. A
Usia : 43 Tahun

19
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : Sekolah Menegah Atas
Agama : Islam
Suku : Muna
Alamat : Baruga Kendari
Tanggal Periksa : 20 Agustus 2019

B. Anamnesis Klinis
1. Keluhan Utama
Nyeri pada bagian Ibu jari, telunjuk, jari tengah dan nyeri pada
pergelangan tangan kanan.
2. Anamnesis Terpimpin
Ny. A mengalami nyeri pada ibu jari ,telunjuk dan pergelangan tangan
kanan sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri di ketiga jarinya di
tangan kanan dan pergelangan tangan kanan terasa lebih berat ketika bekerja
mengemas ikan dan membawah kendaraan motor. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama sekitar 3 tahun yang lalu pada saat bekerja sebagai
klining servis di mall mandonga Kendari. Pasien mengatakan saat ini nyeri
ketiga jarinya diperberat saat membawa kendaraan motor. Pasien belum
pernah berobat ke dokter. Nyeri berkurang ketika pasien memijat tangannya
menggunakan balsem dan pasien kadang minum obat Asam Mefenamat
( dibeli sendiri) ketika mengalami nyeri hebat pada ketiga jarinya dan
pergelangan tangannya.
Sehari-hari pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan
Ikan. Pasien bekerja pada bagian pengemasan ikan dengan jadwal kerja 7
hari dalam seminggu dengan durasi 8 jam perhari, yakni mulai pukul 08.00-
16.00 WITA, terkadang juga pasien mendapat jadwal lembur hingga pukul
22.00 WITA. Dalam melakukan pekerjaannya pasien bekerja mem-packing

20
ikan. Pasien menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) hanya berupa Apron,
dan sepatu boot, pasien tidak menggunakan masker dan sarung tangan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama (+) yaitu 3 tahun yang
lalu pasien merasakan nyeri ketiga jarinya pada saat bekerja sebagai klining
servis di mall mandonga Kendari.
4. Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebiasaan dalam hal ini yaitu pola makan berlebih (-),
konsumsi karbohidrat berlebih (-), berolahraga rutin (-).
5. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan : pasien belum pernah berobat ke Dokter terkait
keluhannya. Namun Pasien pernah mengkonsumsi Asam Mefenamat apabila
nyeri yang dirasakan sudah tidak tertahankan, biasanya setelah pasien
membawa kendaraan bermotor ataupun setelah mengemas ikan.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Aspek ekonomi keluarga Ny. A dalam kategori Menengah kebawah.
Saat ini Ny. A memiliki penghasilan tetap yang bekerja sebagai karyawan di
perusahaan Ikan PT. Abadi Makmur Ocean. Pembiayaan kesehatan Ny. A
menggunakan kartu BPJS ketenagakerjaan.
7. Riwayat Gizi
Ny.A makan sebanyak 3 kali dalam sehari dengan komposisi nasi,
ikan, sayur dan lauk pauk yang beragam. Kadang mengkonsumsi buah-
buahan dan cemilan.
C. Anamnesis Okupasi
1. Jenis Pekerjaan
Tabel 1. Jenis pekerjaan Pasien

Jenis Pekerjaan Tempat kerja Masa Kerja

Karyawan bagian PT. A.M.O 2016 – 2019


pengemasan (3 tahun)

2. Uraian Tugas

21
Pasien bertugas mengemas ikan. Dalam pekerjaannya pasien berada di
lantai yang licin.
Jadwal Kerja

Satu minggu bekerja dengan durasi 8 jam kerja per hari yakni mulai
pukul 08.00 – 16.00 WITA, dengan waktu isitrahat mulai pukul 12.00-13.00
WITA. Terkadang pasien mendapat jadwal lembur mlam hingga jam 10
malam.
Tabel 2. Uraian Kegiatan Sehari-hari
Jam Kegiatan

05.00-06.00 Bangun, sholat, menyiapkan sarapan pagi keluarga

06.00-07.30 Sarapan

07.30-08.00 Berangkat kerja dengan mengendarai sepeda motor

08.00-12.00 Bekerja

12.00-13.00 Istrahat sholat makan siang

13.00-17.00 Melanjutkan pekerjaan

17.00-18.00 Pulang kerja

18.00 – 05.00 Melakukan pekerjaan rumah dan istrahat

3. Bahaya potensial
Tabel 3. Bahaya Potensial di Lingkungan Kerja Pasien
Daftar Kegiatan Bahaya Potensial Gangguan Resiko
Kesehatan Kecelakaan
Fisika Kimia Biologi Ergonomi Psikolo
gi

Memakai Alat Mikrobiologi Dermatitis, Gatal-gatal


Pelindung Diri - - (jamur, bakteri - - Tinea
dll)

22
Mengeluarkan Suhu Mikrobiolo Posisi LBP, CTS, Nyeri otot
ikan dari lemari dingin - gi (jamur, mendorong - Hipotermi,
Tergelincir
pendingin bakteri dll) dan Dermatitis
mempertah
ankan
muatan di
atas troli

Mendorong Lantai Posisi Tertimpa pan


gerobak berisi yang - - mengangkat - ikan,
ikan ke tempat licin bahan Tergelincir
packing

Mengangkat ikan Beban Posisi Tertimpa pan


ke atas meja yang - - mengangkat - ikan,
berat, beban berat Tergelincir,
lantai
licin

Menimbang Posisi LBP, CTS, Nyeri otot


- - - mengangka - Hipotermi
Tergelincir
t beban
berat

Packing Lantai - - Posisi - CTS Nyeri otot,


(bungkus licin mengangka Tergelincir
kembali dan t beban
dimasukkan berat.
dalam karung)

4. Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit yang Dialami


Pasien mengeluhkan nyeri pada ibu jari, telunjuk dan pergelangan
tangan kanan yang semakin memberat pada saat bekerja di perusahaan
pengolahan ikan. Dalam melakukan pekerjaannya pasien sering menggunakan
tangannya untuk bekerja, dan pasien bekerja di lantai yang licin. Pasien hanya
menggunakan APD sepatu boot dan Apron, pasien tidak menggunakan sarung

23
tangan dan masker yang telah disiapkan perusahaan sehingga pasien
mengeluhkan nyeri pada jari-jarinya.
Hasil wawancara yang dilakukan bersama rekan-rekan kerja Ny.A,
selain dia ada 2 lagi yang mengalami keluahan serupa tetapi waktu
kemunculannya berbeda-beda. Mereka adalah Ny.S (32 tahun) dan Tn.T (27
tahun).

A. BODY DISCOMFORT MAP

Ket :
Nyeri :
Pegal – Pegal : ////

24
Kesemutan : XXX
Baal : VVV

Tabel 4. Baseline risk identification of ergonomic factors

Interpretasi :
Hands and wrists : Kanan =3 (High)
Kiri = 0 (Low)
Elbows : Kanan = 0 (Low)
Kiri = 0 (Low)
Shoulders : Kanan = 4 (High)
Kiri = 4 (High)

25
Neck : 3 (High)
Back : 4 (High)
Legs : 4 (High)
B. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Tampak baik, sakit ringan, kesadaran kompos
mentis (GCS E4V5M6)
 Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekwensi nadi : 92 x/menit
Frekwensi napas : 23 x/menit
Suhu : 37 oC
Berat badan : 62 Kg
Tinggi badan : 160 cm
Gizi : Baik
 Status Generalisata
- Kepala : Normosefal, rambut dalam batas normal
- Kulit : Pucat (-), peteki (-), ekimosis (-).
- Mata : Pupil isokor
- Telinga : Otore (-)
- Hidung : Rinore (-)
- Mulut : Stomatitis (-), lidah kotor (-)
- Tonsil : T1/T1
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

 Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri = kanan, retraksi (-),
Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal fremitus normal kiri =
kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : Bronchovesikuler, BT : Rhonki -/- Wheezing : +/+

 Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak

26
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
Auskultasi: Bunyi Jantung I/II murni regular
 Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus kesan normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
 Ekstremitas
Ekstremitas : - Pergelangan tangan tidak tampak kemerahan
- Nyeri gerak
Tabel 4. Pemeriksaan Kelenjar limfe

A. Leher Kanan : Normal Kiri : Normal


B. Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
C. Inguinal Kanan : Nomral Kiri : Normal

Pemeriksaan Khusus:
1. Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat
sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
2. Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet
dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di
atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa.
3. Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

27
4. Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud

D. Pemeriksaan Penunjang
-
E. Resume

Ny. A mengalami nyeri pada ibu jari ,telunjuk dan pergelangan tangan
kanan sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri di ketiga jarinya di
tangan kanan dan pergelangan tangan kanan terasa lebih berat ketika bekerja
mengemas ikan dan membawah kendaraan motor. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama sekitar 3 tahun yang lalu saat bekerja sebagai cleaning
service di Mall Mandonga Kendari (bekerja selama 2 tahun). Pasien
mengatakan saat ini nyeri ketiga jarinya diperberat saat membawa kendaraan
motor. Pasien belum pernah berobat ke dokter. Nyeri berkurang ketika pasien
memijat tangannya menggunakan balsem dan pasien kadang minum obat
Asam Mefenamat ketika mengalami nyeri hebat pada ketiga jarinya dan
pergelangan tangannya.
Sehari-hari pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan
ikan. Pasien bekerja pada bagian pengemasan ikan dengan jadwal kerja 7 hari
dalam seminggu dengan durasi 8 jam perhari, yakni mulai pukul 08.00-16.00
WITA, terkadang juga pasien mendapat jadwal lembur hingga pukul 22.00
WITA. Dalam melakukan pekerjaannya pasien bekerja mengemas ikan.
Pasien menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) hanya berupa Apron, dan
sepatu boot, pasien tidak menggunakan masker dan sarung tangan.
Hasil wawancara yang dilakukan bersama rekan-rekan kerja Ny.A,
selain dia ada 2 lagi yang mengalami keluahan serupa tetapi waktu

28
kemunculannya berbeda-beda. Mereka adalah Ny.S (32 tahun) dan Tn.T (27
tahun).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan tes phallen pasien mengeluhkan nyeri (+) dan diperberat
dengan pergerakan.

C. DIAGNOSA KERJA
Carpal tunnel Syndrom

D. TUJUH LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI

Langkah Diagnosis Uraian


1. Menegakkan CTS (Carpal tunnel Syndrom)
Diagnosis Klinis
Dasar diagnosis Ny. A mengalami nyeri pada ibu jari ,telunjuk dan
(anamnesis, pergelangan tangan kanan sejak 4 hari yang lalu, pasien
pemeriksaan fisis) mengeluhkan nyeri di ketiga jarinya di tangan kanan dan
pergelangan tangan kanan terasa lebih berat ketika bekerja
mengemas ikan dan membawah kendaraan motor. Pasien pernah
mengalami keluhan yang sama sekitar 3 tahun yang lalu saat
bekerja sebagai klining servis di Mall Mandonga Kendari (bekerja
selama 2 tahun). Pasien mengatakan saat ini nyeri ketiga jarinya
diperberat saat membawa kendaraan motor. Pasien belum pernah
berobat ke dokter. Nyeri berkurang ketika pasien memijat
tangannya menggunakan balsem dan pasien kadang minum obat
Asam Mefenamat ketika mengalami nyeri hebat pada ketiga
jarinya dan pergelangan tangannya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan tes phallen pasien mengeluhkan nyeri
(+) dan diperberat dengan pergerakan.
2. Menentukan Fisik : Suhu dingin
Pajanan yang dialami

29
Langkah Diagnosis Uraian
pekerja di Tempat Kimia : -
Kerja Biologi: jamur dan bakteri
Ergonomi: Mendorong dan mempertahankan muatan diatas troli,
mengangkat beban yang berat (±50 kg), Gerakan fleksi dan
ekstensif repetitive
Psikososial : kerja yang monoton.
3. Menentukan Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau
Hubungan pajanan cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal
dengan diagnosa klinis pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum.

Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala akibat


penekanan nervus medianus ditandai dengan keluhan mati rasa,
kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot yang
terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan kerja dan tidak terjadi
pada rangsangan diluar tempat kerja.
Berdasarkan definisi dari Carpal Tunnel Syndrome, maka
hubungannya dengan pekerjaan pasien adalah karena pekerjaan
pasien pada bagian mengemas ikan, dimana pengemasan ikan
dapat melibatkan gerakan berulang pada pergelangan tangan. Jika
gerakan tersebut terus menerus terjadi dalam waktu yang cukup
lama, maka akan menimbulkan resiko terjadinya tekanan pada
nervus medianus yang terletak di dalam terowongan karpal pada
pergelangan tangan.
4. Menentukan Hasil body map terdapat discomfort di bagian pinggang bawah,
besarnya pajanan
hasil brief surfey di dapatkan Hands and wrists: Kanan =3
(High), Shoulders: Kanan = 4 (High), Kiri = 4 (High); Neck : 3
(High); Back : 4 (High) Leg : 4 (High).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh bahrudin tentang
hubungan CTS pada pekerja perusahaan daun teh menyimpulkan

30
Langkah Diagnosis Uraian
bahwa kejadian CTS akan meningkat setelah usia 40 tahun
dengan masa kerja ±20 tahun dan akan semakin meningkat
seiring dengan waktu pajanan. Selain itu Berat beban yang
direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan adalah 23-25 kg,
sedangkan mengangkat beban sebainya tidak melebihi dari
aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-
18) sebesar 12-15kg. dalam hal ini nelayan tangkap melakukan
gerakan yang berulang dan mengangkat ikan dengan beban 10
ton setiap harinya dalam waktu 30 hari di laut hal demikian berat
beban melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh
departemen kesehatan.1,9

Kesimpulan: Bedasarkan referensi diatas dapat disimpulkan


bahwa pasien yang memiliki pajanan masa kerja 3 tahun belum
cukup untuk menimbulkan pajanan namun dan kebiasaan
mengangkat beban ±50 kg dan usia pasien 43 tahun cukup
menimbulkan keluhan pada pasien.
5. Menentukan faktor Usia dan jenis kelamin
individu yang
berperan
6 . Menentukan -
pajanan diluar tempat
kerja
7 . Menentukan CTS (Carpal tunnel syndrom) yang diperberat oleh pekerjaan
diagnosis penyakit sebagai karyawan PT. A.M.O
akibat kerja
E. KATEGORI KESEHATAN
Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan

F. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam

31
G. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN

Jenis Permasalahan Hasil yang


No. Medis & Non Medis Rencana Tindakan diharapkan
(okupasi, dll)

1. Carpal tunnel syndrom Keluhan


Terapi Medikamentosa dapat
Asam mefenamat 3x1 berkurang

2. Mendorong dan
mempertahankan
muatan diatas troli,
Terapi non medikamentosa
mengangkat beban
Di lakukannya edukasi berupa: Keluhan tidak
yang berat (±50 kg),
 Perbaiki posisi saat bekerja bertambah
Gerakan fleksi dan  Melakukan gerakan perengangan berat
ekstensif repetitive otot di sela-sela pekerjan
 Mengajarkan pasien senam
ergonomis
 Menggunakan bidai posisi netral

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala akibat penekanan nervus
medianus ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan
lengan dan disfungsi otot yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan
kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja.
2. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penilaian bahaya potensial di
lingkungan kerja pasien maka dapat disimpulkan bahwa Carpal Tunnel
Syndrome yang di deritanya saat ini termasuk ke dalam penyakit akibat
hubungan kerja (PAHK).

B. Saran

32
1. Agar pihak industri melakukan peninjauan bahaya potensial secara berkala
serta memperbaiki sistim pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).
2. Menyarankan kepada pasien untuk mempertimbangkan agar pindah tempat
kerja ke lingkungan yang kurang memiliki risiko pencetus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hoten, H. V., Mainil, A. K., Permadi, A. I. 2015. Keselamatan dan Kesehatan


Kerja(k3) Mekanik pada Stasiun Boiler PT X. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

2. Salmah, A. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja Dalam Proses Produksi Pada PT. Aneka Adhilogam Karya Klaten.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

3. Kamilah, R. H., Fatimah, N., Zulissetiana, E. F. 2018. Korelasi kecepatan


hantaran saraf tepi nervus medianus dengan derajat keparahan carpal tunnel
syndrome (cts) menggunakan global symptom score (gss). Universitas Sriwijaya.
Palembang.

33
4. Kurniawan, S. N., Husna, M., Rasyid, H. A., Bilqis, N. E. 2016. Hubungan
Antara Gejala Klinis Carpal Tunnel Syndrome Dan Hasil Pemeriksaan
Elektroneuromiografi Di Rssa Malang. Universitas Brawijaya. Malang.

5. Tana, L. 2004. Carpal tunnel syndrome Pada Pekerja Garmen di Jakarta.


Buletin Peneliti Kesehatan vol. 32, no. 2: 73-82.

6. Campbell, William W. 2005. DeJong's The Neurologic Examination, 6th Edition.


Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

7. American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2007. Clinical Practice Guideline


On The Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome.

8. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. 2001. Tunnel Syndromes: Peripheral


Nerve Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS.

9. American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2008. Clinical Practice Guideline


on the Treatment of Carpal Tunnel Syndrome.

10. Joseph J. Biundo, and Perry J. Rush. 2012. Carpal Tunnel Syndrome.
American College of Rheumatology.

11. Jagga, V. Lehri, A. 2011. Occupation and its association with Carpal Tunnel
syndrome-A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. Vol. 7, No.
2: 68-78.

34
12. Mc Cabe, Steven J. 2007. Epidemiologic Associations of Carpal Tunnel
Syndrome and Sleep Position: Is There a Case for Causation?. American
Association for Hand Surgery. No.2 :127–134.

13. Latov, N. 2007. Peripheral Neuropathy. Demos Medical Publishing. New York.

14. Salter RB. 1993. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co;.p.274-275.

15. Rambe, Aldi S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK


USU.

16. Mumenthaler, Mark. 2006. Fundamentals of Neurologic Disease. Stuttgard:


Thieme.

17. Jeffrey, NK, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med. 2002. Vol. 346.

18. Tana, Lusianawaty . 2004. Carpal tunnel syndrome Pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Buletin Peneliti Kesehatan. 2004. vol. 32, no. 2: 73-82.

19. Bachrodin, Moch. 2011.Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. Vol.7 No.
14.

35
36
37
Anamnesis pasien

Anda mungkin juga menyukai